Minggu, Desember 25, 2011

Tanda-Tanda Sakit Hati Dan Mengembalikannya Agar Sehat Kembali Serta Cara Mengetahui Orang Lain Dan Aib Dirinya

Setiap anggota badan manusia diperuntukkan untuk tugas yang khusus.
Adapun tanda sakitnya ialah ketidakmampuannya melaksanakan tugas itu, atau
tugas itu bisa dilaksanakan dalam keadaan kacau. Tangan yang sakit terlihat dari
ketidakmampuannya memegang. Mata yang sakit terlihat dari
ketidakmampuannya melihat. Hati yang sakit terlihat dari ketidakmampuannya
melaksanakan tugas khusus yang karenanya ia diciptakan, dan beribadah
kepada- Nya sertaI yaitu ilmu, hikmah, ma’rifat , mencintai Allah mementingkan
semua ini daripada setiap bisikan nafsu.
Orang yang mengetahui , seakan-akan dia tidakI segala sesuatu, tetapi tidak
mengetahui Allah mengetahui sesuatu pun. Tanda ma’rifat adalah cinta. Siapa
yang mengetahui tentu mencintai- Nya. Adapun tanda cinta adalah tidak
mementingkanI Allah . Siapa yangI sesuatu dari sekian banyak hal- hal yang
dicintainya daripada Allah ,I lebih mementingkan sesuatu yang dicintainya
daripada cintanya kepada Allah berarti hatinya sakit, sebagaimana perut yang
yang lebih suka memakan tanah daripada roti, maka perutnya tidak beres alias
sakit.
Penyakit hati ini tersembunyi. Boleh jadi pemiliknya tidak tahu, karena itu dia
mengabaikannya. Kalau pun tahu, mungkin dia tidak sabar menanggung pahitnya
obat, karena obatnya adalah menentang nafsu. Kalaupun dia sabar, belum tentu
dia mendapatkan dokter yang bisa mengobatinya. Dokter di sini adalah para
ulama. Sementara penyakit pun sudah menjangkiti mereka. Dokter yang sakit
jarang yang mau mengobati orang lain yang sakit, sehingga penyakit menjadi
menyebar kemana- mana dan ilmu pun hilang, obat hati dan penyakit hati sama-
sama dibiarkan, manusia hanya sekedar melakukan ibadah- ibadah zhahir,
sedangkan di dalam batinnya hanya sekedar tradisi. Inilah yang disebut tanda
sumber penyakit.
Untuk mengetahui keadaan agar segar kembali setelah berusaha melakukan
pengobatan ialah dengan melihat jenis penyakitnya. Pengobatan penyakit kikir
ialah dengan mengeluarkan harta, tapi tidak perlu berlebih-lebihan dan boros.
Penyakit lain dengan pengobatannya sendiri-sendiri , seperti panas dengan dingin
agar tidak semakin panas dan tidak menjadi terlalu dingin, agar tidak menjadi
penyakit baru. Yang dituntut adalah jalan tengah.
Jika engkau ingin melihat jalan tengah ini, lihatlah kepada dirimu sendiri. Jika
menumpuk harta dan mempertahankannya lebih engkau sukai dan lebih mudah
daripada mengeluarkannya sekalipun kepada orang yang berhak, maka
ketahuilah bahwa yang ada pada dirimu adalah sifat kikir. Maka obatilah jiwamu
dengan mengeluarkan harta itu. Jika mengeluarkan harta itu kepada orang, yang
lebih engkau sukai, maka tahanlah sedikit harta itu, karena yang ada pada dirimu
adalah pemborosan. Janganlah engkau lebih condong untuk mengeluarkan harta
atau menahannya. Buatlah harta itu mengalir seperti air di sisimu. Engkau tidak
menuntut air itu untuk berhenti bukan untuk suatu keperluan, atau
mengalirkannya secara deras untuk orang yang memerlukannya. Setiap hari yang
bisa seperti itu dalam keadaan selamat. Iakan mendatangi Allah
Seseorang harus terbebas dari segala akhlak (jelek), agar dia tidak mempunyai
hubungan dengan sesuatu pun dari keduniaan, agar jiwa dapat meninggalkan
dunia dalam keadaan memutuskan hubungan dengannya, tidak menoleh
kepadanya dan tidak mengharapkannya. Pada saat itu dia akan kembali kepada
Rabb-nya sebagaimana kembalinya jiwa yang muthma’ inah.
Karena jalan tengah yang hakiki antara dua sisi itu cukup sulit dideteksi,
bahkan lebih lembut daripada sehelai rambut dan lebih tajam daripada pedang,
maka tidak aneh siapa yang bisa melewati jalan yang lurus ini di dunia, tentu akan
bisa melewati jalan ini pula di akherat. Karena sulitnya istiqomah, maka hamba
diperintahkan- membaca, “Ihdinash- shirathal- mustaqim” beberapa kali setiap
hari. Siapa yang tidak sanggup istiqamah, hendaklah dia berusaha mendekati
istiqamah, karena keselamatan itu hanya dengan amal shalih. Sementara itu,
amal yang shalih tidak keluar kecuali dari akhlak yang baik. Maka hendaklah
setiap hamba mencari sifat dan akhlaknya sendiri, hendaklah mengobati satu
persatu dan hendaklah bersabar dalam masalah ini (karena dia akan
mendapatkan keadaan yang enak seperti halnya anak kecil yang tadinya enggan
disapih, tapi lama- kelamaan dia merasa enaknya di sapih. Bahkan andaikan dia
ditawari untuk menyusu lagi, tentu dia akan menolaknya). Siapa yang menyadari
umur yang pendek jika dibanding dengan kehidupan akherat yang panjang, maka
dia akan berani menanggung beratnya perjalanan selama beberapa hari, untuk
mendapatkan menghendaki kebaikan paI kenikmatan yang abadi. Ketahuilah
bahwa bila Allahda seorang hamba, maka dia membuatnya tahu aib dirinya.
Siapa yang mempunyai mata hati, dia tidak akan takut terhadap aib dirinya. Jika
dia tahu aib dirinya, memungkinkan baginya untuk mengobatinya. Tetapi
mayoritas manusia tidak mau tahu aib dirinya sendiri. Kuman di seberang lautan
tampak, gajah di pelupuk mata tidak tampak. Kotoran di mata temannya tampak,
batang pohon di depan matanya tidak tampak.
Siapa yang ingin mengetahui aib diri sendiri, maka ada empat jalan yang bisa
ditempuh:
1. Menghadap seorang syaikh yang bisa mengetahui aib jiwa, sehingga dia bisa
mengenali aibnya dan sekaligus mengobatinya. Yang seperti ini seringkali terjadi,
dan cukup banyak dokter yang menanganinya.
2. Mencari teman karib yang jujur, dapat dipercaya dan bagus agamanya. Dia
bisa menjadikan teman karib itu sebagai pendampingnya, agar memberinya
peringatan dari akhlak atau perbuatannya yang kurang baik. Amirul Mukminin
Umar bin pernah berkata, “Semoga Allah merahmati seseorang yang mautAl-
Khaththab menunjukkan aib kami kepada kami.”
Suatu kali dia bertanya kepada Salman menjawab, “Aku mendengarttentang
aib yang pernah dilakukannya. Maka Salman engkau pernah mengumpulkan dua
jenis sayur di meja makanmu dan engkau mengenakan dua macam pakaian, satu
untuk siang hari dan satu lagi untuk malam hari.”
berkata, “Apakah ada selain itu?” “Tidak”, jawab Salmant Umar “Kalau dua hal
itu aku sudah tidak melakukannya lagi,” jawab Umar bin , “Apakah akut juga
pernah bertanya kepada Hudzaifaht . Umar t Al-Khaththab termasuk orang-
orang munafik?” dia perlu bertanya seperti itu, sebab siapa yang kedudukannya
semakin tinggi, maka tuduhan terhadap dirinya juga semakin gencar. Hanya saja
di zaman sekarang jarang ada teman karib yang jujur dengan memiliki sifat
seperti ini. Sedikit sekali teman yang tidak mencari muka atau tidak dengki.
Orang- orang salaf sangat suka jika ada seseorang yang menunjukkan aib
mereka. Sementara kita pada zaman sekarang justru marah besar jika ada
seseorang yang menunjukkan aib kita. Hal ini menunjukkan lemahnya iman.
Sebab akhlak yang buruk itu seperti kalajengking. Jika ada seseorang yang
memperingatkan bahwa ada di dalam baju salah seorang di antara kita ada
kalajengking, maka secepat itu pula kita kan bertindak untuk membunuh
kalajengking tersebut. Sementara akhlak yang hina lebih berbahaya dari
kalajengking, bagi orang yang tidak menyadarinya.
3. Mengambil manfaat tentang aib dirinya dari penuturan musuhnya. Sebab
mata yang penuh kebencian itu tentu akan memancarkan keburukan. Manfaat
yang bisa diambil seseorang dari musuh, bisa mengingatkan aib dirinya. Hal ini
lebih bermanfaat baginya daripada teman karib yang mencari muka dan
menutup aibnya.
4. Bergaul dengan manusia. Selagi dia melihat sesuatu yang tercela pada diri
mereka, maka dia segera menjauhinya.
Dikutip dari: Al-Imam Asy-syeikh Ahmad bin Abdurrahman bin
Qudamah Al-Maqdisy , “Muhtashor Minhajul Qoshidin, Edisi Indonesia:
Minhajul Qashidhin Jalan Orang-orang yang Mendapat Petunjuk”,
penerjemah: Kathur Suhardi, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta Timur, 1997, hal.
193- 195.

Published with Blogger-droid v2.0.2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar