Rabu, November 30, 2011

Segmentasi Dalam Aspek-aspek Dakwah Antara Kaya dan Miskin

Ada banyak hadits yang menjelaskan kepada kita

tentang keutamaan kekayaan dan harta yang banyak dibandingkan

dengan kemiskinan, dengan syarat tentunya jika kekayaan tersebut

didapat sepenuhnya dari harta yang halal, dan dimanfaatkan

sepenuhnya demi menggapai keridhaan SWT semata.

Diantara hadits-hadits tersebut adalah hadits tentang keutamaan

berzakat, keutamaan sedekah, keutamaan memberi hadiah, keutamaan

membantu orang yang kesulitan, keutamaan menolong anak yatim,

keutamaan memberi makan orang yang berpuasa, keutamaan

memerdekakan budak, keutamaan membebaskan piutang bagi orang

yang kesulitan, keutamaan infak fi sabilillah, dan lain-lain .

Di sini saya hanya akan sebutkan 3 hadits saja, selain dari yang saya

sebutkan pada konteks di atas, yaitu sebagai berikut:

1. Nabi SAW bersabda :

ﺎَﻟ َﺪَﺴَﺣ ﺎَّﻟِﺇ ﻲِﻓ ِﻦْﻴَﺘَﻨْﺛﺍ ٌﻞُﺟَﺭ ُﻩﺎَﺗﺁ ُﻪَّﻠﻟﺍ ﺎًﻟﺎَﻣ َﻂِّﻠُﺴَﻓ ﻰَﻠَﻋ ِﻪِﺘَﻜَﻠَﻫ ﻲِﻓ ِّﻖَﺤْﻟﺍ ٌﻞُﺟَﺭَﻭ ُﻩﺎَﺗﺁ

ُﻪَّﻠﻟﺍ َﺔَﻤْﻜِﺤْﻟﺍ َﻮُﻬَﻓ ﻲِﻀْﻘَﻳ ﺎَﻬِﺑ ﺎَﻬُﻤِّﻠَﻌُﻳَﻭ

“Tidak boleh hasad, kecuali pada 2 kelompok orang : Pertama, orang

yang diberi karunia harta dan ia menggunakannya dalam yang hak.

Kedua, orang yang diberi hikmah (ilmu) lalu ia berhukum dengannya

dan mengajarkannya.” [1]

2. Nabi SAW bersabda :

َّﻥَﺃ َﺀﺍَﺮَﻘُﻓ َﻦﻳِﺮِﺟﺎَﻬُﻤْﻟﺍ ﺍْﻮَﺗَﺃ َﻝﻮُﺳَﺭ ِﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَّﻠَﺻ ُﻪَّﻠﻟﺍ ِﻪْﻴَﻠَﻋ َﻢَّﻠَﺳَﻭ ﺍﻮُﻟﺎَﻘَﻓ َﺐَﻫَﺫ ُﻞْﻫَﺃ

ِﺭﻮُﺛُّﺪﻟﺍ ِﺕﺎَﺟَﺭَّﺪﻟﺎِﺑ ﻰَﻠُﻌْﻟﺍ ِﻢﻴِﻌَّﻨﻟﺍَﻭ ِﻢﻴِﻘُﻤْﻟﺍ َﻝﺎَﻘَﻓ ﺎَﻣَﻭ َﻙﺍَﺫ ﺍﻮُﻟﺎَﻗ َﻥﻮُّﻠَﺼُﻳ ﺎَﻤَﻛ ﻲِّﻠَﺼُﻧ

َﻥﻮُﻣﻮُﺼَﻳَﻭ ﺎَﻤَﻛ ُﻡﻮُﺼَﻧ َﻥﻮُﻗَّﺪَﺼَﺘَﻳَﻭ ﺎَﻟَﻭ ُﻕَّﺪَﺼَﺘَﻧ َﻥﻮُﻘِﺘْﻌُﻳَﻭ ﺎَﻟَﻭ ُﻖِﺘْﻌُﻧ َﻝﺎَﻘَﻓ ُﻝﻮُﺳَﺭ ِﻪَّﻠﻟﺍ

ﻰَّﻠَﺻ ُﻪَّﻠﻟﺍ ِﻪْﻴَﻠَﻋ َﻢَّﻠَﺳَﻭ ﺎَﻠَﻓَﺃ ْﻢُﻜُﻤِّﻠَﻋُﺃ ﺎًﺌْﻴَﺷ َﻥﻮُﻛِﺭْﺪُﺗ ِﻪِﺑ ْﻦَﻣ ْﻢُﻜَﻘَﺒَﺳ َﻥﻮُﻘِﺒْﺴَﺗَﻭ ِﻪِﺑ ْﻦَﻣ

ْﻢُﻛَﺪْﻌَﺑ ﺎَﻟَﻭ ُﻥﻮُﻜَﻳ ٌﺪَﺣَﺃ َﻞَﻀْﻓَﺃ ْﻢُﻜْﻨِﻣ ﺎَّﻟِﺇ ْﻦَﻣ َﻊَﻨَﺻ َﻞْﺜِﻣ ﺎَﻣ ْﻢُﺘْﻌَﻨَﺻ ﺍﻮُﻟﺎَﻗ ﻰَﻠَﺑ ﺎَﻳ َﻝﻮُﺳَﺭ

ِﻪَّﻠﻟﺍ َﻝﺎَﻗ َﻥﻮُﺤِّﺒَﺴُﺗ َﻥﻭُﺮِّﺒَﻜُﺗَﻭ َﻥﻭُﺪَﻤْﺤَﺗَﻭ َﺮُﺑُﺩ ِّﻞُﻛ ٍﺓﺎَﻠَﺻ ﺎًﺛﺎَﻠَﺛ َﻦﻴِﺛﺎَﻠَﺛَﻭ ﺓَّﺮَﻣ َﻝﺎَﻗ ﻮُﺑَﺃ ٍﺢِﻟﺎَﺻ

َﻊَﺟَﺮَﻓ ُﺀﺍَﺮَﻘُﻓ َﻦﻳِﺮِﺟﺎَﻬُﻤْﻟﺍ ﻰَﻟِﺇ ِﻝﻮُﺳَﺭ ِﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَّﻠَﺻ ُﻪَّﻠﻟﺍ َﻢَّﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ﺍﻮُﻟﺎَﻘَﻓ َﻊِﻤَﺳ ﺎَﻨُﻧﺍَﻮْﺧِﺇ

ُﻞْﻫَﺃ ِﻝﺍَﻮْﻣَﺄْﻟﺍ ﺎَﻤِﺑ ﺎَﻨْﻠَﻌَﻓ ﺍﻮُﻠَﻌَﻔَﻓ ُﻪَﻠْﺜِﻣ َﻝﺎَﻘَﻓ ُﻝﻮُﺳَﺭ ِﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَّﻠَﺻ ُﻪَّﻠﻟﺍ ِﻪْﻴَﻠَﻋ َﻢَّﻠَﺳَﻭ َﻚِﻟَﺫ

ُﻞْﻀَﻓ ِﻪَّﻠﻟﺍ ِﻪِﺗْﺆُﻳ ْﻦَﻣ ًُﺀﺎَﺸَﻳ

“Sesungguhnya orang-orang Fakir dari Muhajirin datang pada Nabi SAW

dan berkata : Orang-orang kaya pergi mendapatkan derajat yang tinggi

dan nikmat yang banyak. Sabda Nabi SAW : Mengapa? Kata mereka :

Mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana

kami berpuasa, lalu mereka bersedekah sedangkan kami tidak bisa

bersedekah, lalu mereka memerdekakan budak sementara kami tidak

bisa melakukannya. Sabda Nabi SAW : Maukah kalian aku ajarkan

sesuatu amal yang dengannya kalian bisa mengejar orang-orang yang

mendahului kalian dan meninggalkan orang-orang setelah kalian, dan

tidak ada orang yang lebih utama dari kalian kecuali yang melakukan apa

yang kalian lakukan? Jawab mereka : Mau wahai Rasulullah. Sabda Nabi

SAW : Kalian bertasbih dan bertakbir dan bertahmid di setiap akhir shalat

33x. Berkata Abu Shalih (perawi hadits ini –pen) : Maka datang lagi para

fuqara muhajirin ini pada Nabi SAW dan berkata : Ikhwan-ikhwan kami

yang kaya telah mendengar apa yang kami kerjakan lalu mereka pun

mengikutinya. Maka sabda Nabi SAW : Itulah keutamaan dari sisi ALLAH

yang diberikan pada siapa saja yang dikehendaki-NYA. ”[2]

3. Nabi SAW bersabda :

ْﻦِﻣ ِﺓَﺩﺎَﻌَﺳ ِﺀْﺮَﻤﻟْﺍ ُﺭﺎَﺠﻟْﺍ ُﺢِﻟﺎَﺼﻟﺍ ُﺐَﻛْﺮَﻤْﻟﺍَﻭ ﺀْﻲِﻨَﻬﻟْﺍ ُﻦَﻜْﺴَﻤْﻟﺍَﻭ ُﻊِﺳﺍَﻮﻟْﺍ

“Termasuk kebahagiaan seseorang adalah rumah yang luas, tetangga

yang shalih dan kendaraan yang nyaman.” [3]

Beberapa pelajaran dari As-sirah


Jika kita teliti berbagai hadits dan atsar yang menceritakan perikehidupan

para Sahabat RA, maka kita akan dapati kehidupan mereka amat

beragam, ada yang kaya dan ada pula yang miskin, di antara yang kaya

tersebut ada yang menyimpan dan menikmati sebagian kekayaannya dan

ada pula yang menginfakkan sebagiannya dan ada pula yang

menginfakkan seluruh kekayaannya tersebut. Demikianlah perbedaan di

antara mereka itu, sebagaimana ayat yang telah saya bahas pada kajian

sebelumnya, marilah kita simak bagaimana sirah kehidupan mereka,

sebagai berikut;

1. Khalifah Abu Bakar RA :

Namanya Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’d bin

Taim bin Murrah bin Ka’b bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr Al-Quraisyi At-

Taimiy[4]. Beliau adalah seorang yang berkulit putih, tipis kedua

pelipisnya, kecil pinggangnya (sehingga kainnya sering melorot melewati

mata-kaki ), wajahnya selalu berkeringat, hitam matanya, keningnya

lebar, tidak bisa bersajak dan selalu mewarnai jenggotnya dengan inai

(pacar/katam )[5 ]. Beliau adalah seorang yang kaya, saat awal

keislamannya saja beliau menginfakkan hartanya 40.000 dirham,

memerdekakan budak2 yang disiksa[6] dan lain-lainnya .

2. Khalifah Umar RA :

Namanya Umar bin Khattab bin Nufail bin Adiy bin Abdul ‘Uzza bin

Riyah bin AbduLLAAH bin Qurth bin Razah bin Adiy bin Ka’b bin Lu’ay[ 7].

Beliau adalah seorang yang tinggi besar, kepala bagian depan sulah

(botak) , dua matanya hitam, kulitnya putih kemerahan, giginya putih

bersih berkilau, selalu mewarnai janggutnya dan menyisir rambutnya

dengan inai[8] .

Beliau adalah orang yang kaya namun zuhud dan wara’, saat menikahi

Ummu Kultsum binti Ali RA beliau memberikan maharnya sebanyak

40.000 dirham[9] . Beliau jarang tertawa dan tidak pernah bergurau

dengan siapapun,cincinnya bertuliskan : KAFA’ BIL MAUTI WA’IZHAN YA

UMAR (Cukup Kematian itu Menjadi Peringatan Bagimu Hai Umar)[ 10].

3. Khalifah Utsman RA :

Namanya Utsman bin Affan bin Abil ‘Ash bin Umayyah bin Abdusy

Syams bin Abdu Manaf bin Qushayy bin Kilab bin Murrah bin Ka’b bin

Lu’ay[ 11] bergelar Abu AbduLLAAH Al-Quraisyi Al-Umawiy, juga Abu Amr

atau Dzun Nurain[12 ].

Beliau adalah seorang yang amat rupawan, lembut, jenggotnya lebat,

perawakannya sedang, persendiannya besar, bahunya bidang, rambutnya

lebat, mulutnya bagus[13] , dahinya lebar dan kedua tapak kakinya besar

[14] . Beliau adalah seorang yang amat sangat kaya, Ash-Sham’ i berkata :

Ibnu Amir mengangkat Quthn bin ‘Auf Al-Hilaly sebagai gubernur

Karman, maka datang pasukan muslimin 4000 personil, tapi terhalang

oleh air besar, maka ia berkata barangsiapa bisa melintas akan diberi

hadiah 1000 dirham, maka akhirnya semua pasukan berhasil melintas

dan jumlah hadiah sebesar 4.000.000 dirham, maka Ibnu Amir menulis

surat pada Utsman RA lalu beliau memberikannya, sehingga hadiah itu

terkenal dalam sejarah sebagai hadiah Penyeberangan Lembah[15] .

Demikian kaya dan dermawannya Utsman RA sehingga saat peperangan

di musim paceklik ia datang ke kamar Nabi SAW membawa uang 1000

dinar emas, sehingga beliau SAW bersabda : Tiada dosa bagi Utsman

setelah hari ini (diucapkan 2 kali)[16 ].

4. Khalifah Ali RA :

Namanya Ali bin Abu Thalib bin Abdi manaf bin Abdul Muthalib bin

Hasyim bin Abdi manaf bin Qushayy bin Kilab bin Murrah bin Ka’b bin

Lu’ayy bergelar Abul Hasan wal Husain atau Abu Turab[17 ].

Beliau berkulit coklat karena sengatan matahari, namun yang tidak

tersengat matahari seperti dada dan pundaknya padat/tegap dan putih,

matanya besar dan kemerahan, perutnya besar/gendut dan kepalanya

botak, badannya pendek dan janggutnya lebat, bulu dada dan bahunya

lebat, langkahnya ringan dan cepat, wajahnya tampan dan giginya bagus

[18] .

Ia adalah seorang yang amat miskin, saat Mekah tertimpa paceklik Nabi

SAW mengambilnya dari ayahnya dan menanggungnya sehingga ia

tinggal bersama Nabi SAW, diriwayatkan bahwa karena berat beban

hidupnya maka istrinya Fathimah RA meminta khadim (pembantu) pada

Nabi SAW, tapi Nabi SAW memerintahkan mereka membaca takbir 34x,

tasbih 33x dan tahmid 33x saat naik ke pembaringan[19 ].

_______________________________________________________

[1] Shahih Bukhari, I/130 no. 71, V/217 no. 1320, XXII/48 no. 6608,

XXII/294 no. 6772; Shahih Muslim, IV/251 no. 1352

[2] Hadits dengan matan seperti ini di-takhrij oleh Imam Muslim

shahih-nya (III/ 259, no. 936); hadits yang senada dengan matan sedikit

berbeda di-takhrij juga oleh Imam Bukhari (III/ 347, no. 798 dan XIX/401

no. 5854)

[3] Di-shahih- kan oleh Albany dalam 3 kitabnya, yaitu Shahih At-Targhib

wat Tarhib, II/348 no. 2575; Shahih wa Dha’if Jami’ Shaghir, XII/287 no.

5340; dan Shahih Adabul Mufrad, 188/355

[4] Thabaqat libni Sa’d, III/169; Tarikhut Thabari, III/425

[5] Thabaqat libni Sa’d, III/188

[6] Al-Bidayah wan Nihayah, III/26

[7] Thabaqat Libni Sa’d, III/265; Nasab Quraisy Liz Zubairi, hal. 103;

Jamharatu Ansab Al-Arab Libni Hazm hal. 44; Al-Isti’ab Libni Abdil Barr

hal. 1144

[8] Thabaqat Libni Sa’d, III/324; Tarikhut Thabari, IV/196

[9] Al-Bidayah wan Nihayah, IV/199

[10] Ibid.

[11] At-Thabaqat Al-Kubra, III/53 ; Tarikh Ar-Rusul wal Muluk, IV/420

[12] Al-Fath Libni Hajar, VII/52

[13] At-Thabaqat Al-Kubra, III/58 ; Tarikh Ar-Rusul wal Muluk, IV/419

[14] Tarikh Ar-Rusul wal Muluk, IV/419

[15] HR Ibnu Asakir dalam Tarikhu Dimasq, XI/265

[16] HR Ahmad, V/63; Tirmidzi, V/626

[17] HR Bukhari no. 441, 3703, 3280; Muslim no. 2409

[18] At-Thabaqatul Kubra, III/25 , 27; tarikhut Thabari, V/153

[19] HR Bukhari, XII/472 no. 3705


Published with Blogger-droid v2.0.1

Tingkatan Derajat Manusia

Tingkatan Derajat Manusia

Dalam Islam tidaklah demikian. Derajat kemulian manusia diusahakan oleh

individunya masing-masing . Seorang anak yang lahir dari keluarga muslim

atau mujahid, tidak berarti anaknya otomatis menjadi mujahid atau muslim

dan mendapat tiket masuk Syurga secara gratis…,TIDAK. Orang- orang yang

berhak masuk Syurga adalah orang-orang yang beriman dan beramal Shaleh,

sekalipun orang tuanya kafir, sebagaimana Nabi Ibrahim. Atau pula Nabi Nuh

tidak berhak menurunkan derajat kemuliannya sebagai Nabi dan Rasul kepada

anaknya, Kan’an .

Dengan demikian dalam al-Qur ’an ada beberapa derajat kemuliaan manusia,

diukur oleh sejauh mana upayanya dalam menggapai kemuliaan tersebut.

Yaitu dari mulai manusia kal an’am/manusia layaknya binatang (Qs 7 :

179), – kemudian sebagai manusia yang berperadaban – Abid/hamba

Allah (Qs 2 : 21) , Mu’min – Muslim – Ummah – Mujahid hingga

Muttaqin ( Qs 49 : 13).

Manusia kal an’am

Adalah manusia yang enggan mempergunakan fasilitas yang telah diberikan

Allah untuk beribadah kepadaNya, berupa hati, pendengaran dan penglihatan.

Hidupnya hanya memperturutkan hawa nafsu layaknya binatang, bahkan lebih

sesat dari binatang. Ketika hendak makan, barang atau harta milik siapa saja

dimakannya, yang penting ada peluang. Maka lahirlah Koruptor, Pencuri,

Penipu, perampok dan sebangsanya. Ketika hendak bersenggama (afwan. .),

dimana saja dan dengan siapa saja dilakukan, yang penting didasari suka

sama suka, kalau terpaksa diperkosa. Maka lahirlah PSK, Gigolo, WIL, PIL,

tante Girang, Oom Senang. Prilakunya senang dan bangga dipertontonkan

kepada publik melalui media internet atau HP. “ Bubuligiran” dan “ Bubulucun”

di depan kamera dihargai sebagai MISS Univers, Putri tercantik Sejagat.

Naudzubillah

Binatang-binatang semacam itu tidak perlu didemo untuk mengenakan

busana atau dibuatkan RUU Anti Pornografi , karena begitulah budaya

binatang. Ada- ada saja binatang dipaksa mesti pakai busana…!. Wajarlah bila

Ratna sarumpaet dan Dyah “Oneng” Rieke Pitaloka menolak RUU APP.

Jadikanlah dulu dia manusia…dengan DAKWAH.

Aeh…, ngomong2 Mpok Oneng Pitaloka dan Ceu Ratna Tarompet, aeh

Sarumpaet pernah mendebat penulis dengan kata-kata yang meledak bak

petasan di siang bolong pada acara “Silat Lidah ANTV”, begini ungkapannya,

“hey Boy…! bilangin yah sama kyai-kyai lhu, ustadz-ustadz lhu,

ulama-ulama lhu…. , yang sok alim dan sok suci itu…, jangan maksa-

maksa kami pake baju…, dan larang- larang telanjang. Karena ini bukan

komunitas Islam, bukan Negara-nya Allah, tapi ini Negara dan

komunitas yang menjunjung tinggi nilai-nilai HAM = Hak Asasi Monyet,

Hak Asasi Maung, Hak Asasi Munding, Hak Asasi Manuk, Hak Asasi

Mbeeek…. ! “.

Allah Swt berfirman, “ Dan sesungguhnya kebanyakan penghuni neraka

Jahannam adalah dari golongan Jin dan manusia, mereka telah diberi hati –

tapi tidak dipergunakan untuk memahami ayat-Ayat Allah dengan hatinya,

mereka telah diberi pendengaran tapi tidak dipergunakannya untuk

mendengar ayat-ayat Allah, dan mereka telah diberi penglihatan, tapi tidak

dipergunakan untuk melihat ayat-ayat Allah. Mereka seperti binatang, bahkan

lebih sesat dari binatang… (Qs Al-A ’raf [7] : 179 )


Published with Blogger-droid v2.0.1

Bila Amar Ma’ruf Nahi Munkar Diabaikan

Allah SWT mensifati umat Islam dalam Al-

Qur’an sebagai umat yang terbaik karena

menyuruh kepada yang ma’ruf dan

mencegah dari yang munkar. (Al- Imran [3]

ayat 110) yang artinya :

“Kamu adalah umat yang terbaik yang

dilahirkan untuk manusia, menyuruh

kepada yang makruf, dan mencegah dari

yang mungkar, dan beriman kepada Allah.

Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu

lebih baik bagi mereka; di antara mereka

ada yang beriman, dan kebanyakan mereka

adalah orang-orang yang fasik”.

Kebaikan Umat Islam ini diperkuat oleh

Rasulullah saw.dalam haditsnya yang

diriwayatkan oleh Tirmidzi bahwa

Rasulullah saw. bersabda tentang ayat 110

surat Ali Imran: “Kamu melengkapi tujuh

puluh umat, kamulah yang paling baik dan

paling  mulia di sisi Allah. ”

Kalau kita perhatikan susunan ayat di atas kita dapatkan bahwa penyebutan amar

ma’ruf dan nahy munkar (menyuruh kepada yang baik dan mencegah dari yang

munkar) didahulukan dari pada penyebutan iman kepada Allah, padahal iman

kepada Allah merupakan derajat tertinggi dan lebih dahulu keberadaannya,

bahkan amar ma’ruf dan nahy munkar merupakan konsekwensi iman kepada

Allah.

Ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya amar ma’ruf dan nahy munkar, dan

umat yang melakukannya adalah umat yang terbaik, karena umat itu telah

mencurahkan segala potensi dan kemampuannya untuk mewujudkan kebaikan

dan mencegah timbulnya kejahatan bagi umat manusia.

Karena pentingnya amar ma’ruf dan nahy munkar, Allah SWT memerintahkan

umat  Islam untuk melakukannya. Firman Allah SWT dalam surat (Al- Imran [3 ]

ayat 104) yang artinya :

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada

kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar;

merekalah orang-orang yang beruntung. ”

Sebagai perintah Allah, sudah barang tentu jika dilaksanakan akan menyebabkan

lahirnya berbagai macam kebaikan baik di dunia maupun di akhirat, sebaliknya

jika perintah ditinggalkan dan diabaikan akan menyebabkan timbulnya keburukan

baik di dunia maupun di akhirat.

Dalam tulisan ini akan diuraikan secara singkat akibat-akibat yang akan timbul

jika amar ma’ruf dan nahy munkar ditinggalkan dan diabaikan, agar dalam diri

kita timbul rasa takut kalau kita mengabaikan dan menyia-nyiakannya, yang pada

akhirnya kita terdorong untuk melakukannya.

**

Pengertian Amar Ma’ruf Dan Nahy Munkar

Untuk menghindari perbedaan penafsiran tentang amar ma’ruf dan nahy

munkar, terlebih dahulu perlu dijelaskan pengertian amar ma’ruf dan nahy

munkar.

1. Pengertian amar ma’ruf

Dr. Sayyid Muhammad Nuh menjelaskan dalam bukunya Taujihat Nabawiyyah

‘Ala al-Thariq bahwa al-ma ’ruf adalah nama yang mencakup semua yang dicintai

dan diridhai Allah, baik perkataan, maupun perbuatan lahir dan batin.

Jadi al- ma’ruf mencakup keyakinan, yaitu iman kepada Allah, malaikat Nya, kitab

Nya, Rasul Nya, hari akhir dan qadar (takdir) .

Juga mencakup ibadah, yaitu shalat, zakat, shaum, haji, jihad, nikah dan thalaq,

menyusui anak, pemeliharaan anak, nafkah, iddah dan semacamnya.

Mencakup juga hukum danperundang- undangan seperti mu’amalah maliyyah

(transaksi harta), hudud (hukuman- hukuman) , qishash, transaksi-transaksi ,

perjanjian- perjanjian dan semacamnya. Mencakup juga akhlaq, seperti shidiq

(jujur), ‘adil, amanah, ‘iffah (menjaga diri dari yang haram), setia janji dan

semacamnya.

Semuanya itu dikatakan ma’ruf ( yang menurut bahasa berarti dikenal) karena

fitrah yang bersih dan akal yang sehat mengenalnya dan menyaksikan

kebaikannya.

Jadi pengertian amar ma’ruf ( menyuruh kepada yang ma’ruf ) adalah mengajak

dan memberikan dorongan kepada orang untuk melaksanakannya, menyiapkan

sebab- sebab dan sarana-sarananya dalam bentuk mengokohkan pilar- pilarnya

serta menjadikannya sebagai ciri umum bagi seluruh kehidupan.

2. Pengertian nahy munkar

Al-Munkar (kemungkaran) adalah nama yang mencakup semua yang dibenci dan

tidak diridhai Allah, baik perkataan maupun perbuatan lahir dan batin.

Jadi munkar (kemungkaran) mencakup : kemusyrikan dengan segala bentuknya,

mencakup segala penyakit hati seperti riya’, hiqd (dengki), hasad

(iri),permusuhan , kebencian dan semacamnya. Mencakup juga penyia-nyiaan

ibadah seperti shalat, zakat, shaum, haji dan semacamnya. Mencakup juga

perbuatan-perbuatan keji seperti zina,mencuri, minum khamar (minuman keras),

menuduh berzina, merampok, berbuat aniaya dan semacamnya.

Juga mencakup dusta, zalim, khiyanat, perbuatan hina, pengecut dan

semacamnya.

Kemungkaran dikatakan munkar karena fitrah yang bersih dan akal yang sehat

mengingkari dan menyaksikan kejahatan, kerusakan dan bahaya yang

ditimbulkannya.

Jadi pengertian nahy munkar (mencegah dari yang munkar) adalah

memperingatkan, menjauhkan dan menghalangi orang dari melakukannya,

memutuskan sebab-sebab dan sarana- sarananya dalam bentuk membasminya

sampai ke akar- akarnya serta membersihkan kehidupan dari segala bentuk

kemungkaran.

**

Akibat Mengabaikan Perintah Amar Ma’ruf Dan Nahy Munkar

Sebagaimana diungkapkan dalam pendahuluan karena pentingnya amar ma’ruf

dan nahy munkar, Allah memerintahkan umat Islam untuk melakukan amar

ma’ruf dan nahy munkar. Ketika kewajiban itu diabaikan dan tidak dilaksanakan,

maka pasti orang-orang yang mengabaikan dan tidak melaksanakannya akan

mendapat dosa. Tidak ada satu umatpun yang mengabaikan perintah amar

ma’ruf dan nahy munkar kecuali Allah menimpakan berbagai hukuman kepada

umat itu.

Berikut ini akan disebutkan sebagiannya sebagaimana disebutkan oleh

Dr.Muhammad Abdul Qadir Abu Faris dalam bukunya Al- Amru Bil- Ma’ruf Wan-

Nahyu’Anil - Munkar dan Dr. Sayyid Muhammad Nuh dalam bukunya Taujihat

Nabawiyyah.

1. Azab yang menyeluruh

Apabila kemaksiatan telah merajalela di tengah-tengah masyarakat, sedangkan

orang-orang yang shalih tidak berusaha mengingkari dan membendung

kerusakan tersebut, maka Allah SWT akan menimpakan azab kepada mereka

secara menyeluruh baik orang-orang yang jahat maupun orang-orang yang

shalih. Firman Allah:

“Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang

yang zalim saja di antara kamu.Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-

Nya” (QS.Al -Anfal [8 ] ayat 25).

Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab shahihnya dengan sanadnya dari

Zainab binti Jahsy bahwa ia bertanya: Wahai Rasulullah, apakah kita akan binasa

padahal di tengah-tengah kita ada orang-orang yang shalih? Rasulullah saw.

menjawab: “Ya, apabila kemaksitan telah merajalela.”

Abu Bakar r.a. berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda:

“ Sesungguhnya jika orang-orang melihat orang yang berbuat zalim lalu tidak

mencegahnya, maka hampir saja menimpakan siksa secara menyeluruh kepada

mereka”. (HR. Tirmidzi).

2. Tidak dikabulkannya do’a orang-orang yang shalih

Apabila suatu masyarakat mengabaikan amar ma’ruf dan nahy munkar serta

tidak mencegah orang yang berbuat zalim dari kezalimannya, maka Allah akan

menimpakan siksa kepada mereka dengan tidak mengabulkan do’a mereka.

Sabda Rasulullah saw.: “ Demi dzat yang diriku ada di tangan-Nya hendaknya

kamu menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, atau

Allah akan menimpakan siksa kepadamu kemudian kamu berdo’a kepada- Nya

lalu tidak dikabulkan.” (HR. Tirmidzi).

3. Berhak mendapatkan laknat

Di antara hukuman orang yang mengabaikan amar ma’ruf dan nahy munkar

adalah berhak mendapatkan laknat, yakni terusir dari rahmat Allah sebagaimana

yang telah menimpa Bani Israil ketika mengabaikan amar ma’ruf dan nahy

munkar.

Abu Daud meriwayatkan dalam kitab Sunannya dengan sanadnya dari Abdullah

bin Mas’ud ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Pertama kerusakan yang

terjadi pada Bani Israil, yaitu seseorang jika bertemu kawannya sedang berbuat

kejahatan ditegur: wahai fulan, bertaqwalah pada Allah dan tinggalkan perbuatan

yang kamu lakukan, karena perbuatan itu tidak halal bagimu, kemudian pada

esok harinya bertemu lagi sedang berbuat itu juga, tetapi ia tidak menegurnya,

bahkan ia telah menjadi teman makan minum dan duduk- duduknya. Maka

ketika demikian keadaan mereka, Allah menutup hati masing- masing,

sebagaimana firman Allah:

“Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putra

Maryam. sampai firman Allah (tapi kebanyakan mereka adalah orang-orang yang

fasik).”

Kemudian Nabi bersabda: “Tidak, sekali-kali jangan seperti mereka. Demi Allah,

kamu harus menyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar dan

mencegah orang yang berbuat zalim, kamu harus mengembalikannya ke jalan

hak, dan kamu batasi di dalam hak itu. Atau kalau tidak, Allah akan menutup

hatimu, kemudian melaknat kamu sebagaimana melaknat mereka.”

4. Timbulnya perpecahan

Sudah merupakan aksiomatis bahwa kemungkaran yang paling berat dan dan

paling keji dapat menjauhkan syari’at Allah dari realitas kehidupan dan

ditinggalkannya hukum- hukum Nya dalam kehidupan manusia.

Apabila hal ini terjadi dan orang-orang diam, tidak mengingkari dan tidak

mencegahnya, maka Allah akan menanamkan perpecahan  dan permusuhan di

kalangan mereka sehingga mereka saling melakukan pembunuhan dan

menumpahkan darah. Inilah yang diperingatkan Rasulullah saw kepada umatnya

dan beliau mohon perlindungan Allah agar umatnya tidak menemukan hal itu.

Ibnu Majah meriwayatkan dalam kitab Sunannya dengan sanadnya dari Abdullah

bin Umar r.a. bahwa ia bekata: Rasulullah saw. datang kepada kami dengan

mengatakan: Wahai golongan Muhajirin, Ada lima hal apabila kalian

melakukannya, pasti kalian akan ditimpa berbagai macam azab, saya berlindung

kepada Allah supaya kalian tidak menemukannya. Tidaklah pemimpin-pemimpin

kalian tidak berhukum dengan Al- Qur’an dan memilih hukum selain hukum

Allah, kecuali Allah menanamkan perpecahan di antara kalian.”

5. Pemusnahan mental

Sebagai kehormatan kepada Nabi Muhammad saw, Allah tidak memusnahkan

umat beliau secara fisik sebagaimana yang telah menimpa umat-umat terdahulu

seperti kaum Nabi Hud, Shalih, Nuh, Luth dan Syu’aib yang telah mendustakan

para Nabi dan mendurhakai perintah Allah. Tetapi bisa saja Allah membinasakan

umat Muhammad SAW secara mental.

Maksudnya umat ini tidak dimusnahkan fisiknya, tetap dalam keadaan hidup,

sekalipun melakukan dosa dan maksiat yang menyebabkan kehancuran dan

kebinasaan, namun walaupun jumlahnya banyak, kekayaannya melimpah ruah, di

sisi Allah tidak ada nilainya sama sekali, musuh-musuhnya tidak merasa takut,

serta kawan-kawannya tidak merasa hormat. Inilah yang diberitakan Rasulullah

saw. ketika umat ini takut mengatakan yang hak dan tidak mencegah orang yang

berbuat zalim dari kezalimannya.

Beliau bersabda: “Apabila kamu melihat umatku tidak mau mengatakan kepada

orang yang berbuat zalim di antara mereka: “Kamulah orang yang berbuat zalim,”

maka mereka dibiarkan dalam kemaksiatan yang mereka lakukan dalam keadaan

hina.” (HR. Ahmad)

**

Penutup

Demikianlah di antara hukuman Allah akibat diabaikannya amar ma’ruf dan nahy

munkar. Cukuplah lima hukuman yang disebutkan di atas menumbuhkan rasa

takut bagi seorang mukmin untuk tidak mengabaikan perintah amar ma’ruf dan

nahy munkar, sekaligus mendorongnya untuk melakukan perintah tersebut.


Published with Blogger-droid v2.0.1

Jilbab dan Aurat dalam Hukum Islam

Jilbab dan Aurat dalam Hukum Islam

Antropologi Jilbab

Secara historis, jilbab telah dikenal sejak lama misalnya di Yunani dan

Persia sebelum Islam datang. Motivasi yang melandasi tumbuhnya

tradisi berjilbab beragam. Bagi masyarakat Persia, Jilbab digunakan

untuk membedakan perempuan bangsawan dengan perempuan biasa

dan Perempuan yang sudah menikah (masih bersuami atau janda).

Seorang perempuan yang diperistri oleh seorang laki-laki dan

perempuan tersebut belum dijilbabkan maka statusnya adalah gundik

bukan istri sah. Jadi jilbab bagi masyarakat Persia dulu digunakan untuk

menunjukan eksklusifitas kelas. Sementara bagi masyarakat Yunani,

Jilbab berkaitan erat dengan teologi atau mitologi menstruasi.

Perempuan yang sedang menstruasi harus diasingkan secara sosial

karena diyakini dalam kondisi “kotor” sehingga mudah dirasuki Iblis.

Untuk menghalangi masuknya Iblis ke diri perempuan tersebut maka

harus ditutupi jilbab sehingga iblis tidak bisa masuk. Dan, bisa jadi

dalam kultur masyarakat tertentu memiliki fungsi yang berbeda.

Demikian jika kita ingin memotret tradisi berjilbab dalam perspektif

sejarah beberapa abad ke belakang. Data ini bisa dilacak dari hasil riset

yang dilakukan oleh Fadwa El-Guindi, Ph.D seorang Profesor

Antropologi dari Sourthen university California, juga dalam makalah

yang pernah ditulis Oleh Prof. Nasarudin Umar (Peneliti Kesetaraan

Gender dalam Islam, saat ini menjabat Dirjen BIMAS ISLAM DEPAG)

dalam jurnal Ulumul Quran sekitar Tahun 1990-an.

Dalam tradisi masyarakat arab, dimana pertama kali islam berkembang,

Jilbab pun sudah populer. Hanya saja, dalam tradisi masyarakat arab,

kepala ditutup rapat namun dada mereka terbuka. Data ini bisa dilacak

dalam kitab Shofwatuttafasir karya seorang ulama terkemuka yang

bernama Imam Muhammad Ali As-Shobuni .

Pandangan Islam tentang Jilbab

Pertama, kita harus memulai dari ayat berikut:

Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu

dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan

jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka

lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. (Al-

Ahzab ayat 59)

Dalam Al-Ahzab ayat 59 diatas, menurut ulama tafsir, Sabab Nuzul

(sebab turun) ayat tersebut adalah karena terjadinya hadist ifki (berita

bohong) atau fitnah kubro (fitnah yang sangat keji) terhadap Aisyah RA

yang bersatus istri nabi. Aisyah disinyalir memiliki kedekatan khusus

dengan salah seorang sahabat nabi bahkan difitnah berselingkuh. Oleh

karena itu turunlah ayat ini yang memerintahkan nabi menganjurkan

istri dan anaknya mengenakan jilbab dengan maksud mengangkat

kembali derajat istri nabi. Menurutku, pandangan ini memiliki

kemiripan dengan tradisi berjilbab masyarakat Persia dimana jilbab

berperan untuk mengangkat derajat perempuan.

Kajian Hukum/syariat/fikih ayat diatas:

1. jika menggunakan dalil penetapan hukum Islam: Al-Ibratu Bikhusus

as-sabab, laa bi umum al-lafdzi (Penetapan hukum harus berdasarkan

sebab yang spesifik bukan berdasarkan teks yang general) maka

kesimpulan hukum yang dapat diambil adalah bahwa jilbab hanya

diwajibkan bagi Istri dan anak nabi saja, tidak untuk perempuan muslim

lainnya meskipun dalam teks dinyatakan secara eksplisit : “Istri-istrimu ,

anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin”. Karena generalnya

teks tidak dapat digunakan sebagai dasar hukum dan hanya kepada

penyebab lahirnya hukum saja hukum itu berlaku.

2. Jika menggunakan dalil penetapan hukum Islam: Al-Ibratu Bi-umum

al-Lafdzi, laa bikhusus as-sabab (Penetapan hukum harus berdasarkan

generalnya teks bukan berdasarkan sebab yang spesifik) maka

kesimpulan hukum yang dapat diambil adalah bahwa jilbab diwajibkan

kepada istri& anak nabi begitupun seluruh perempuan beriman.

Meskipun ayat ini sebenarnya turun karena disebabkan peristiwa yang

menimpa aisyah (istri nabi tersebut) tapi ayat ini berlaku umum.

Dari sini mungkin kita sudah dapat menemukan titik terang, mengapa

ada ulama yang berpandangan bahwa Jilbab wajib untuk semua

perempuan muslim dan sebagian lagi berpandangan tidak wajib.

Sebenarnya itu dimulai dari perbedaan cara/metode penafsiran yang

digunakan. Dan kedua model penafsiran tersebut adalah metode yang

sama-sama dianggap sah dalam tradisi islam. Bagi yang berpegang

dengan metode pertama, biasanya berangkat dari para penafsir yang

lebih mengedepankan konteks dari ayat dan berusaha menggali pesan

moral yang terkandung dari ayat. Dalam tradisi Islam ini berkembang di

kalangan pemikir di luar Hijaz ( di luar makkah, madinah dan sekitar)

termasuk Indonesia yang memang tidak terlalu banyak diwarisi

pengalaman nabi, sahabat dan generasi awal Islam sehingga

mengharuskan mereka mengedepankan rasionalitas. Adapun yang

berpegang dengan metode kedua, biasanya berangkat dari para penafsir

yang mengedepankan teks ayat. Dalam tradisi Islam ini berkembang di

kalangan pemikir yang berada di sekitar Hijaz. Mereka cenderung

tekstual/literal karena memang banyak diwarisi pengalaman nabi,

sahabat dan generasi awal yang bisa dijadikan referensi mereka untuk

bertanya jika menemukan kesulitan dalam memaknai ayat sehingga

tidak perlu repot repot berfikir keras.

Jika ada pertanyaan, pandangan mana yang benar? Maka kita pun harus

bersandar bagaimana status sebuah pandangan hukum dalam hukum

Islam. Dalam hukum Islam kebenaran sebuah pandangan/pendapat

bersifat relatif, karena semuanya merupakan ijtihadi (bersifat pemikiran

manusia). Selama bersandar pada metodologi hukum Islam yang sah

maka hukum itupun dianggap sah. Manusia memiliki kebebasan penuh

untuk memilih hukum mana yang menurutnya lebih benar, lebih tepat

dan lebih diyakini untuk dijalankan. Perbedaan adalah hal yang

dianggap wajar dan dianggap hanya sebagai bentuk keragaman saja.

Seseorang baru dianggap salah jika sudah memutlakan pandangan yang

dianutnya dan menganggap pandangan orang lain salah.

Kedua, kadang jilbab dikaitkan dengan aurat, sebenarnya bagaimana

konsep aurat dalam tradisi Islam?

Kita harus memulai dari ayat:

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan

pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan

perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan

hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah

menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah

mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau

putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara laki-laki mereka,

atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara

perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang

mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai

keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti

tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar

diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu

sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu

beruntung. An-Nur ayat 31.

Ulama tafsir berpendapat bahwa sebab turun ayat ini masyarakat arab

punya tradisi menutup kepala tapi dada terbuka. Sebagaimana di awal

dikutip dari pandangan tafsir ash-shobuni dalam shofwatuttafasir.

Makanya kemudian dalam ayat ini ada perintah “menutup kain

kerudung ke dadanya”. Maksudnya, kenapa kepala ditutup, tapi dada

yang lebih privasi tidak ditutup. Maka bagusnya tutuplah sekalian

dadanya.

Ada ungkapan yang bagus dalam ayat ini, hendaklah menahan

pandangan dan kemaluannya. Ini juga mengisyaratkan apa sebenarnya

aurat itu. Pertama berkaitan dengan pandangan dan kedua berkaitan

dengan kemaluan. Tafsirnya, apa yang membuat pandangan orang lain

tidak nyaman begitupun apa yang membuat kita merasa malu menurut

standar etika yang berlaku bagi masyarakat tertentu atau dimana kita

berada maka itulah yang menjadi pijakan kita menentukan aurat.

adapun prakteknya seperti apa sangat bergantung pada kultur

masyarakat yang berlaku itu tadi. Maka, bagi kultur masyarakat arab,

menutup aurat bagi perempuan adalah dengan menutup kepala, dada,

tangan bahkan ada yang sampai bercadar sesungguhnya itu adalah

salah satu bentuk praktek menutup aurat bagi masyarakat tertentu yang

kemudian dilegitimasi oleh Islam sebagai contoh saja karena kebetulan

Alquran dan Islam pertama kali berinteraksi dengan kultur masyarakat

arab.

Lagi lagi, jika kita menggunakan pendekatan tekstual/literal maka

praktek menutup aurat yang benar adalah sebagaimana yang

dicontohkan oleh masyarakat arab yang hal tersebut dilegitimasi Islam

melalui teks alquran surat an-nur ayat 31 itu. Praktek ini benar dan

tidak bisa disalahkan.

Namun, jika kita menggunakan pendekatan kontekstual, maka yang

paling penting adalah menangkap pesan moral dari ayat ini. Yaitu

menjaga pandangan orang lain agar tidak terganggu dan menjaga harga

diri kita. Adapun prakteknya sangat bergantung dari standar moral yang

berlaku. Quraish Shihab dan Nurcholish Madjid berpandangan bahwa

aurat bagi perempuan Indonesia tidak termasuk kepala/rambut. Jadi

menggunakan pakaian yang sopan dan tidak ketat/memperlihatkan

lekuk tubuh itu sudah masuk dalam standar menutup aurat. praktek

inipun benar dan tidak bisa disalahkan.

Demikian seputar perdebatan syariat dalam masalah hukum jilbab dan

aurat. lagi lagi, persoalan hukum aurat dan jilbab adalah persoalan

syariat, maka pendekatan yang paling tepat untuk menentukan

hukumnya seperti apa hanya bisa dilakukan dengan menggunakan

epistimologi syariat. Tidak tepat jika kita ingin mendiskusikan hukum

jilbab dan aurat tapi dengan metode yang biasa digunakan membedah

ilmu hakikat yang cenderung bersifat intuitif-spekulatif. Sementara

hukum Islam lebih cenderung normatif-argumentatif. Pendekatan

intuitif-spekulatif baru tepat digunakan saat kita akan membedah

tujuan, makna, hakikat dan hikmah dibalik pensyariatan jilbab dan

aurat. mudah-mudahan kita terbiasa menempatkannya sesuai porsi

masing-masing sehingga tidak terjadi kerancuan dalam berfikir dan

berbuat dalam menjalankan spiritualitas (beragama) .


Published with Blogger-droid v2.0.1

Selasa, November 29, 2011

Hikmah Dibalik Khamr

Brewing . Demikian pembuatan khamar sering disebut, minuman haram yang

banyak diminati di dunia bagi orang kafir, dan paling dihindari oleh orang-orang

yang takut kepada Allah. Tetapi di dalamnya terdapat dua hal yang berlawanan.

Di satu sisi khamar adalah barang yang berbahaya tapi di dalamnya juga terdapat

keajaiban Allah seperti disebut dalam Al Qur’ an surat An Nahl ayat 67. Dan

ternyata keajaiban di dalamnya ini diakui, baik oleh orang kafir yang

mengonsumsi dan membuatnya maupun orang Islam yang berusaha memahami

Quran dan tanda- tanda kebesaran Allah di dalam ciptaan-Nya.

Pada acara “What’s that about?” dalam Discovery Science membahas tentang

bagaimana proses pembuatan bir dalam jumlah jutaan botol setiap tahun, yang

dalam proses pembuatan ini harus menghasilkan bir dengan rasa yang sama dan

tidak berubah pada setiap botolnya. Untuk pembuatan dalam jumlah sedikit

tentu hal ini tidak akan menjadi masalah, tapi bila jumlah jutaan tentunya akan

sangat sulit.

Kita bisa mengambil hikmah dari acara ini yang ternyata intinya adalah

menjelaskan kebenaran Al Quran surat An Nahl ayat 67. Allah Ta’ala berfirman,

yang artinya, “ Dan dari buah kurma dan anggur, kamu buat minuman yang

memabukkan dan rizki yang baik. Sesunggguhnya pada yang demikian itu benar-

benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan.”

Mengapa dalam ayat ini Allah menyatakan bahwa terdapat tanda kebesaran

Allah padahal minuman ini memabukkan dan haram? Diketahui ternyata cara

pembuatannya membutuhkan kecanggihan dan teknologi yang tinggi, yang saat

ini dibuat oleh orang-orang kafir. Dan hal ini tidak kita temukan dalam

pembuatan minuman yang lain seperti teh, kopi, cendol, dll.

Sehingga tidak mengherankan pula bahwa khamar (yang tidak memabukkan)

juga akan menjadi minuman di surga nanti. Subhanallah.

Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “Diedarkan kepada mereka gelas yang berisi

khamar dari sungai yang mengalir. (warnanya) putih bersih, sedap rasanya bagi

orang-orang yang minum. Tidak ada dalam khamar itu alkohol dan mereka tiada

mabuk karenanya.” (Qs. Ash Shaaffaat 45- 47)

“Mereka diberi minum dari ‘rohiq’ yang dilak (tempatnya) …” (Qs. Al Muthafifin

25). ‘Rohiq ’ maknanya adalah khamar yang bersih dari kotoran (Tafsir Jalalain

halaman 599)

Mari sedikit kita cermati proses pembuatannya.

Dalam proses pembuatan bir atau minuman anggur ternyata memerlukan tahap-

tahap yang sangat kritis dan memerlukan peralatan yang benar-benar harus

sempurna. Apalagi untuk membuat jutaan botol berisi khamar dengan rasa dan

bau yang sama.

Perlu diketahui prinsip brewing adalah yeast akan merubah glukosa menjadi

alkohol dan karbondioksida. Kalau kita amati dalam bahasa Arab ‘sukkaru‘ berarti

manis dan ‘sukaaraa‘ berarti yang memabukkan. Ternyata minuman yang

memabukkan tersebut memang berasal dari glukosa/gula yang diubah menjadi

alkohol dan karbondioksida oleh yeast/ragi .

Ada 7 tahap pada proses yang memiliki tingkat kesulitan cukup tinggi.

Memerlukan kontrol komputer yang sangat ketat. Kontrol ini meliputi suhu,

waktu, buih, tangki, dan pembersihan tangkinya. Bahkan oleh para pembuatnya

proses ini dikatakan “as a magic“.

Suhu pembuatan, waktu pencampuran, fermentasi harus benar-benar tepat,

buihnya pada saat memproses bir ini harus sempurna, tangki serta pipa harus

memiliki persyaratan yang sangat ketat. Tangki dan pipa aluminium harus benar-

benar halus, rata seperti gelas/kaca, tangki-tangki ini dibuat secara khusus oleh

perusahaan tersendiri. Akurasi pemotongan pipa untuk sambungannya adalah

1:1000 mm, dengan pengelasan/welding khusus untuk menghasilkan

sambungan yang benar-benar rata dan halus.

Setelah tangki dan pipa selesai masih harus dicek dengan endoscopy untuk

memastikan kehalusan permukaan dalam pipa dan tangki tersebut. Kekasaran

permukaan tangki dan pipa sangat kecil dengan toleransi 1/10 ketebalan kertas

fotocopy. Kekasaran yang lebih dari batas ini ataupun ‘microscopic roughness‘

bisa menyebabkan tumbuhnya mikroorganisme/bakteri yang akan menganggu

proses fermentasi. Di sisi luar tangki, perlu diselubungi dengan jaket (suatu bahan

logam lain yg menutupi/melindungi tangki) untuk melindungi suhu tangki dari

pengaruh panas/udara luar. Karena tinggi dan rendahnya temperatur akan

menghasilkan rasa dan warna bir yang berbeda.

Selain itu diperlukan ahli kimia khusus untuk membersihkan tangki dan pipa

sebelum digunakan. Dengan proses pembersihan yang sangat rumit dan sangat

teliti untuk memastikan pipa dan tangki (terutama bagian dalam) benar-benar

bersih dan steril. Pembersihan ini sangat diperlukan ntuk menghindari bakteri.

Sama halnya dengan kriteria kehalusan dan kelicinan permukaan dalam pipa,

tangki dan sambungannya, juga untuk menghindari timbul dan berkembangnya

bakteri. Bakteri ini sebenarnya tidak berbahaya bagi peminumnya (mengingat bir

ini akhirnya akan mengandung/menghasilkan alkohol) tetapi sangat berpengaruh

pada rasa yaitu mengakibatkan rasa bir menjadi hambar (menurut pengkonsumsi

bir), karena bakteri dan sinar matahari akan menyebabkan terjadinya pemecahan

molekul sehingga rasa bir menjadi tidak enak. Selain itu penambahan nitrogen

pada bir kadang diperlukan untuk mengubah tekstur bir, sehingga warna botol

penyaji minuman ini pun khusus, biasanya berwarna hijau.

Untuk saran penyajiannya disarankan menggunakan gelas kaca yang benar-benar

halus dan harus benar-benar bersih, serta disimpan di tempat yang bebas debu.

Botol-botol untuk tempat bir dalam perusahaan pembuatnya, diukur dan

diperiksa dengan sangat teliti menggunakan scanning computer yang diproses

dengan image prosessing untuk mendeteksi adanya ketidaksempurnaan/

kecacatan botol yang walaupun hanya sangat kecil. Botol yang tidak lolos akan di-

recycle. Pengukuran dan persyaratan dalam range yang sangat ketat, mendekati

exact. Hanya botol-botol yang sempurna dan lolos persyaratan tinggi itulah yang

bisa digunakan. Selain itu warna kaca botol juga akan mempengaruhi rasa dari

bir tersebut.

Saudaraku, ternyata Allah Ta’ala berfirman di dalam Al Qur’ an surat Al Insaan 16,

yang artinya, “(yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah mereka ukur

dengan sebaik- baiknya.”

Di surga, minuman tersebut ditempatkan pada gelas kaca yang telah diukur

dengan ketepatan yang exact, ketepatan ukuran yang sudah pasti, karena di

dunia pun orang kafir sudah tahu bahwa pengukuran yang tidak tepat dari gelas

untuk minum alkohol akan mengubah rasa dan teksturnya.

Diungkapkan pula bahwa pembuatan bir-bir tersebut menggunakan resep-resep

yang sudah berumur ratusan tahun. Ada banyak resep dengan berbagai macam

campuran untuk menghasilkan cita rasa yang berbeda. Perbedaan waktu

fermentasi dan suhu akan menghasilkan khamar yang berbeda, baik dari rasa

maupun warna, apalagi berbeda campuran atau bahan- bahan yang dipakai.

Campuran yang dipakai misalnya bunga- bunga tertentu, biji-bijian , madu, kopi,

kurma dan sebagainya yang biasanya sangat dirahasiakan oleh pabriknya.

Tetapi Allah telah memilihkan minuman bagi orang beriman di surga dengan

campuran yang khusus. Sebagai minuman surga, khamar juga disebutkan

mempunyai bermacam- macam campuran yang pastinya lebih nikmat, resep

yang tiada tandingannya dan merupakan minuman pilihan. Di dalam Al Qur’an

surat Al Insaan ayat 17- 18 campurannya jahe yang diperoleh dari sungai

Salsabila di surga, di Al Qur’an surat Al Muthafifin ayat 27 campuran dari mata

air Tasnin, dan di Al Qur’an surat Al Muthafifin ayat 6 campuran air Kaafur.

Ternyata untuk membuat bir dalam jumlah banyak dengan rasa dan bau yang

sama untuk setiap botolnya memerlukan proses yang sangat sulit. Perlu

pengontrolan yang ketat, teknik pembuatan yang sangat canggih, teknik

pembersihan pipa dan tangki yang sempurna, serta suhu yang tepat, waktu

fermentasi yang tepat, dan botol yang sempurna. Jadi, untuk membuat minuman

tersebut mempunyai rasa dan bau yang sama tidaklah mudah. Bahkan sangatlah

sulit. Oleh karena itu, mengapa di dalam Al Quran Allah menyatakan bahwa

minuman di surga tiada berubah rasa dan baunya? Karena salah satu yang kita

tahu saat ini, ternyata untuk membuat demikian adalah sangat sulit dan

diperlukan teknologi yang canggih.

Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “(Apakah) perumpamaan (penghuni ) jannah

yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-

sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai- sungai dari air susu

yang tidak berubah rasanya, sungai- sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi

peminumnya dan sungai- sungai dari madu yang disaring; dan mereka

memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb

mereka, sama dengan orang yang kekal dalam jahannam dan diberi minuman

dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya. ” (Qs. Muhammad: 15)

Bir ini bisa tahan sampai ratusan tahun, semakin lama botol ini disimpan akan

semakin mahal dan katanya semakin lezat, sehingga sebuah perusahaan bir

menyimpan bir-bir ini dalam terowongan bawah tanah sepanjang 6 mil dengan

sistem pengendalian suhu yang canggih. Bahkan ada botol- botol yang tersimpan

dalam kapal kuno yang tenggelam ratusan tahun dan berhasil diangkat oleh

manusia rasanya semakin ‘enak’.

Perusahaan bir terbesar di dunia Anheuser-Busch InBev “Budweiser”

memproduksi ratusan juta barrels per- tahunnya. Belum lagi perusahaan-

perusahaan lainnya. Produksi yang sangat besar dan ternyata pengkonsumsinya

pun sangat banyak. Padahal Khamar/minuman beralkohol ini sangat sulit proses

pembuatannya, perlu ketelitian, faktor ketepatan yang tinggi, perlu teknologi yang

canggih, memerlukan waktu yang lama, mahal, tidak menyehatkan dan merusak

tubuh, menurut pengalaman peminum rasanya pahit, untuk menyajikannya perlu

gelas diukur dengan baik dan bersih…

Betapa sulitnya untuk mendapatkan dan minum bir ini… padahal, hal tersebut

dilarang oleh Allah. Allah menyatakannya sebagai minuman/makanan yang

haram. Tetapi manusia tetap bersusah payah mengusahakannya, walau dengan

biaya besar dan memeras otak, hanya untuk menghasilkan dan mengkonsumsi

minuman haram… Sehingga tampaklah bahwa sebenarnya Syaitan berandil di

dalamnya, dan tipu daya Syaitan itu sebenarnya lemah. Akan tetapi karena hawa

nafsu manusia dan kebodohan manusia, Syaitan berhasil membutakan manusia.

Semoga Allah selalu menjaga kita dalam petunjuk dan jalan kebenarannya, serta

dalam menjaga ketaatan kepada Allah. Aamiin.

Itulah sekelumit pembuatan bir, yang memerlukan kerjasama ilmuwan- ilmuwan

dari berbagai bidang ilmu untuk meneliti dan menghasilkan minuman bir.

Dengan penelitian yang cukup canggih, itupun mereka para ahli pembuat bir ini

mengatakan bahwa proses fermentasi tersebut masih merupakan misteri bagi

mereka dan proses pembuatan bir ini menurut mereka adalah suatu keajaiban.

Sayangnya mereka tidak bertakwa kepada Allah, tidak mengingat siapa yang

menciptakannya, tidak bersyukur kepada Penciptanya, dan mengkonsumsi yang

dilarang Allah.

Sedangkan kita kaum muslim harus bisa mengambil manfaat dari apa yang

mereka lakukan untuk lebih bersyukur dan lebih tunduk hanya kepada Allah

karena tanda- tanda kebesaran-Nya semakin nyata. Memang manusia berusaha

memberi nama khamar dengan nama yang indah, seperti kata “bir” yang dalam

bahasa Arab “al birru” artinya adalah kebaikan, tapi di dunia ini khamar akan

tetap sebagai minuman yang tidak baik dan yang menjadi amalan Syaitan

sehingga harus kita jauhi.

Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman,

sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala,

mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan

syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat

keberuntungan.” (Qs. al-Maidah : 90)

Akan tetapi, di surga kelak khamar akan menjadi al-birru (kebaikan) yang

sesungguhnya. Kebaikan bagi hamba- hamba Allah yang menjauhinya di dunia.

Insyaa Allah. Wallahu a’lam .

Hanya karena petunjuk, penerangan dan tuntunan Allah, kebesaran Allah

dipahamkan.

***

Penulis: Abu Naufal & Ummu Naufal

Muraja’ah : Ustadz Abu Ukkasyah Aris Munandar

Artikel http:// www.muslim. or.id


Published with Blogger-droid v2.0.1

Allah Mengabulkan Setiap Doa Umatnya

Allah Yang Mahakuasa, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang, telah berfirman

dalam Al-Qur ’an bahwa Dia dekat dengan manusia dan akan mengabulkan

permohonan orang-orang yang berdoa kepada-Nya . Adapun salah satu ayat

yang membicarakan masalah tersebut adalah:

“Dan apabila hamba- hamba- Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka

sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa

apabila ia berdoa kepada-Ku , maka hendaklah mereka itu memenuhi- Ku, dan

hendaklah mereka beriman kepada-Ku , agar mereka selalu berada dalam

kebenaran.” (QS Al-Baqarah : 186) .

Sebagaimana dinyatakan dalam ayat di atas, Allah itu dekat kepada setiap orang.

Dia Maha Mengetahui keinginan, perasaan, pikiran, kata-kata yang diucapkan,

bisikan, bahkan apa saja yang tersembunyi dalam hati setiap orang. Dengan

demikian, Allah Mendengar dan Mengetahui setiap orang yang berpaling kepada-

Nya dan berdoa kepada-Nya . Inilah karunia Allah kepada manusia dan sebagai

wujud dari kasih- sayang- Nya, rahmat-Nya , dan kekuasaan- Nya yang tiada

batas.

Allah memiliki kekuasaan dan pengetahuan yang tiada batas. Dialah Pemilik

segala sesuatu di seluruh alam semesta. Setiap makhluk, setiap benda, dari

orang-orang yang tampaknya paling kuat hingga orang-orang yang sangat kaya,

dari binatang-binatang yang sangat besar hingga yang sangat kecil yang

mendiami bumi, semuanya milik Allah dan semuanya berada dalam kehendak-

Nya dan pegaturan-Nya yang mutlak.

Seseorang yang beriman terhadap kebenaran ini dapat berdoa kepada Allah

mengenai apa saja dan dapat berharap bahwa Allah akan mengabulkan doa-

doanya. Misalnya, seseorang yang mengidap penyakit yang tidak dapat

disembuhkan tentu saja akan berusaha untuk melakukan berbagai macam

pengobatan. Namun ketika mengetahui bahwa hanya Allah yang dapat

memberikan kesehatan, lalu ia pun berdoa kepada-Nya memohon kesembuhan.

Demikian pula, orang yang mengalami ketakutan atau kecemasan dapat berdoa

kepada Allah agar terbebas dari ketakutan dan kecemasan. Seseorang yang

menghadapi kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan dapat berpaling kepada

Allah untuk menghilangkan kesulitannya. Seseorang dapat berdoa kepada Allah

untuk memohon berbagai hal yang tidak terhitung banyaknya seperti untuk

memohon bimbingan kepada jalan yang benar, untuk dimasukkan ke dalam

surga bersama-sama orang-orang beriman lainnya, agar lebih meyakini surga,

neraka, Kekuasaan Allah, untuk kesehatan, dan sebagainya. Inilah yang telah

ditekankan Rasulullah saw dalam sabdanya:

“Maukah aku beritahukan kepadamu suatu senjata yang dapat melindungimu

dari kejahatan musuh dan agar rezekimu bertambah?” Mereka berkata, “Tentu

saja wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Serulah Tuhanmu siang dan malam,

karena ‘doa’ itu merupakan senjata bagi orang yang beriman.”

Namun demikian, terdapat rahasia lain di balik apa yang diungkapkan dalam Al-

Qur’ an yang perlu kita bicarakan dalam masalah ini. Sebagaimana Allah telah

menyatakan dalam ayat:

“Dan manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan.

Dan manusia itu tergesa-gesa. “ (QS Al-Isra ’:11 ) .

Tidak setiap doa yang dipanjatkan oleh manusia itu bermanfaat. Misalnya

seseorang memohon kepada Allah agar diberi harta dan kekayaan yang banyak

untuk anak-anaknya kelak. Akan tetapi Allah tidak melihat kebaikan di dalam

doanya itu. Yakni, kekayaan yang banyak itu justru dapat memalingkan anak-

anak tersebut dari Allah. Dalam hal ini, Allah mendengar doa orang tersebut,

menerimanya sebagai amal ibadah, dan mengabulkannya dengan cara yang

sebaik- baiknya. Sebagai contoh lainnya, seseorang berdoa agar tidak terlambat

dalam memenuhi perjanjian. Namun tampaknya lebih baik baginya jika ia

sampai di tujuan setelah waktu yang ditentukan, karena ia dapat bertemu dengan

seseorang yang memberikan sesuatu yang lebih bermanfaat untuk kehidupan

yang abadi. Allah mengetahui masalah ini, dan Dia mengabulkan doa bukan

berdasarkan apa yang dipikirkan orang itu, tetapi dengan cara yang terbaik. Yakni,

Allah mendengar doa orang itu, tetapi jika Dia melihat tidak ada kebaikan dalam

doanya itu, Dia memberikan apa yang terbaik bagi orang itu. Tentu saja hal ini

merupakan rahasia yang sangat penting.

Ketika doa tidak dikabulkan, orang-orang tidak menyadari tentang rahasia ini,

mereka mengira bahwa Allah tidak mendengar doa mereka. Sesungguhnya hal

ini merupakan keyakinan orang-orang bodoh yang sesat, karena “Allah itu lebih

dekat kepada manusia daripada urat lehernya sendiri.” ( QS Qaf: 16). Dia Maha

Mengetahui perkataan apa saja yang diucapkan, apa saja yang dipikirkan, dan

peristiwa apa saja yang dialami seseorang. Bahkan ketika seseorang tertidur,

Allah mengetahui apa yang ia alami dalam mimpinya. Allah adalah Yang

menciptakan segala sesuatu. Oleh karena itu, kapan saja seseorang berdoa

kepada Allah, ia harus menyadari bahwa Allah akan menerima doanya pada saat

yang paling tepat dan akan memberikan apa yang terbaik baginya.

Doa, di samping sebagai bentuk amal ibadah, juga merupakan karunia Allah yang

sangat berharga bagi manusia, karena melalui doa, Allah akan memberikan

kepada manusia sesuatu yang Dia pandang baik dan bermanfaat bagi dirinya.

Allah menyatakan pentingnya doa dalam sebuah ayat:

“Katakanlah: ‘Tuhanku tidak mengindahkan kamu, andaikan tidak karena doamu.

Tetapi kamu sungguh telah mendustakan- Nya, karena itu kelak azab pasti akan

menimpamu’. ” (QS Al- Furqan: 77)

**

Allah Mengabulkan Doa Orang-orang yang Menderita dan Berada dalam

Kesulitan

Doa adalah saat-saat ketika kedekatan seseorang dengan Allah dapat dirasakan.

Sebagai hamba Allah, seseorang sangat memerlukan Dia. Hal ini karena ketika

seseorang berdoa, ia akan menyadari betapa lemahnya dan betapa hinanya

dirinya di hadapan Allah, dan ia menyadari bahwa tak seorang pun yang dapat

menolongnya kecuali Allah. Keikhlasan dan kesungguhan seseorang dalam

berdoa tergantung pada sejauh mana ia merasa memerlukan. Misalnya, setiap

orang berdoa kepada Allah untuk memohon keselamatan di dunia. Namun,

orang yang merasa putus asa di tengah-tengah medan perang akan berdoa lebih

sungguh-sungguh dan dengan berendah diri di hadapan Allah. Demikian pula,

ketika terjadi badai yang menerpa sebuah kapal atau pesawat terbang sehingga

terancam bahaya, orang-orang akan memohon kepada Allah dengan berendah

diri. Mereka akan ikhlas dan berserah diri dalam berdoa. Allah menceritakan

keadaan ini dalam sebuah ayat:

“Katakanlah: Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat

dan di laut, yang kamu berdoa kepada- Nya dengan berendah diri dengan suara

yang lembut: ‘Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini,

tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur’. ” (QS Al-An’ am: 63).

Di dalam Al-Qur ’an, Allah memerintahkan manusia agar berdoa dengan

merendahkan diri:

“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS Al-

A’raf : 55).

Dalam ayat lainnya, Allah menyatakan bahwa Dia mengabulkan doa orang-orang

yang teraniaya dan orang-orang yang berada dalam kesusahan:

“Atau siapakah yang mengabulkan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia

berdoa kepada- Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan

kamu sebagai khalifah di bumi? Apakah ada tuhan lain selain Allah? Sedikit sekali

kamu yang memperhatikannya. “ (QS An-Naml : 62).

Tentu saja orang tidak harus berada dalam keadaan bahaya ketika berdoa

kepada Allah. Contoh-contoh ini diberikan agar orang-orang dapat memahami

maknanya sehingga mereka berdoa dengan ikhlas dan merenungkan saat

kematian, ketika seseorang tidak lagi merasa lalai sehingga mereka berpaling

kepada Allah dengan keikhlasan yang dalam. Dalam pada itu, orang-orang yang

beriman, yang dengan sepenuh hati berbakti kepada Allah, selalu menyadari

kelemahan mereka dan kekurangan mereka, mereka selalu berpaling kepada

Allah dengan ikhlas, sekalipun mereka tidak berada dalam keadaan bahaya. Ini

merupakan ciri penting yang membedakan mereka dengan orang-orang kafir

dan orang-orang yang imannya lemah.

**

Tidak Ada Pembatasan Apa pun dalam Berdoa

Seseorang dapat memohon apa saja kepada Allah asalkan halal. Hal ini karena

sebagaimana telah disebutkan terdahulu, Allah adalah satu-satunya penguasa

dan pemilik seluruh alam semesta; dan jika Dia menghendaki, Dia dapat

memberikan kepada manusia apa saja yang Dia inginkan. Setiap orang yang

berpaling kepada Allah dan berdoa kepada-Nya , haruslah meyakini bahwa Allah

berkuasa melakukan apa saja dan bersungguh-sungguhl ah dalam berdoa

sebagaimana disabdakan oleh Nabi saw. Ia perlu mengetahui bahwa mudah saja

bagi-Nya untuk memenuhi keinginan apa saja, dan Dia akan memberikan apa

yang diminta oleh seseorang jika di dalamnya terdapat kebaikan bagi orang itu

dalam doa tersebut. Doa-doa para nabi dan orang-orang beriman yang

disebutkan dalam Al-Qur ’an merupakan contoh bagi orang-orang beriman

tentang hal-hal yang dapat mereka mohon kepada Allah. Misalnya, Nabi Zakaria

a.s . berdoa kepada Allah agar diberi keturunan yang diridhai, dan Allah pun

mengabulkan doanya, meskipun istrinya mandul:

“Yaitu ketika ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. Ia berkata:

‘Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi

uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu , ya Tuhanku. Dan

sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang istriku

adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi-Mu seorang putra.

Yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya’qub ; dan

jadikanlah ia ya Tuhanku, seorang yang diridhai’. ” (Q.s . Maryam: 3- 6) .

Maka Allah mengabulkan doa Nabi Zakaria dan memberikan kepadanya berita

gembira tentang Nabi Yahya a.s .. Setelah menerima berita gembira tentang

seorang anak laki- laki, Nabi Zakaria merasa heran karena istrinya mandul.

Jawaban Allah kepada Nabi Zakaria menjelaskan tentang sebuah rahasia yang

hendaknya selalu dicamkan dalam hati orang-orang yang beriman:

“Zakaria berkata, ‘Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal istriku

adalah seorang yang mandul dan aku sesungguhnya sudah mencapai umur yang

sangat tua.’ Tuhan berfirman, ‘Demikianlah. ‘ Tuhan berfirman, ‘Hal itu mudah

bagi-Ku , dan sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu

belum ada sama sekali’.” (QS Maryam: 8- 9)

Ada beberapa Nabi lainnya yang disebutkan dalam Al-Qur ’an yang doa-doa

mereka dikabulkan. Misalnya, Nabi Nuh a.s . memohon kepada Allah untuk

menimpakan azab kepada kaumnya yang tersesat meskipun ia telah berusaha

sekuat tenaga untuk membimbing mereka kepada jalan yang lurus. Sebagai

jawaban dari doanya, Allah menimpakan azab besar kepada mereka yang

tercatat dalam sejarah.

Nabi Ayub a.s . menyeru Tuhannya ketika ia sakit, ia berkata, “… Sesungguhnya

aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di

antara semua penyayang.” (QS Al-Anbiya ’: 83). Sebagai jawaban terhadap doa

Nabi Ayub, Allah berfirman sebagai berikut:

“Maka Kami pun mengabulkan doanya itu, lalu Kami hilangkan penyakit yang

menimpanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat

gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk

menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah”. (QS Al-Anbiya ’: 84).

Allah mengabulkan Nabi Sulaiman a.s . yang berdoa, “Ya Tuhanku, ampunilah aku

dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapa pun

sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.” (QS Shad: 35). Maka

Allah mengaruniakan kekuasaan yang besar dan kekayaan yang banyak

kepadanya.

Oleh karena itu, orang-orang yang berdoa hendaknya mencamkan dalam hati

ayat ini, “Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah

berkata kepadanya, ‘Jadilah. ’ Maka terjadilah ia. (QS Yasin: 82) Sebagaimana

dinyatakan dalam ayat ini, segala sesuatu itu mudah bagi Allah dan Dia

Mendengar dan Mengetahui setiap doa.

**

Allah Memberi Karunia di Dunia ini bagi Orang- orang yang

Menginginkannya, Tetapi di Akhirat Mereka akan Menderita Kerugian

Orang- orang yang tidak memiliki ketakwaan kepada Allah dalam hatinya, dan

imannya sangat lemah terhadap kehidupan akhirat, hanyalah menginginkan

keduniaan. Mereka meminta kekayaan, harta benda, dan kedudukan hanyalah

untuk kehidupan di dunia ini. Allah memberi tahu kita bahwa orang-orang yang

hanya menginginkan keduniaan tidak akan memperoleh pahala di akhirat. Tetapi

bagi orang-orang yang beriman, mereka berdoa memohon dunia dan akhirat

karena mereka percaya bahwa kehidupan di akhirat sama pastinya dan sama

dekatnya dengan kehidupan dunia ini. Tentang masalah ini, Allah menyatakan

sebagai berikut:

“Di antara manusia ada orang yang berdoa, ‘Ya Tuhan kami, berilah kami

(kebaikan) di dunia,’ dan tidak ada baginya bagian di akhirat. Dan di antara

mereka ada orang yang berdoa, ‘Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia

dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka.’ Mereka itulah

orang-orang yang mendapat bagian dari apa yang mereka usahakan, dan Allah

sangat cepat perhitungan- Nya.” (QS Al-Baqarah: 200- 202).

Orang- orang yang beriman juga berdoa memohon kesehatan, kekayaan, ilmu,

dan kebahagiaan. Akan tetapi, semua doa mereka adalah untuk mencari

keridhaan Allah dan untuk memperoleh kebaikan bagi agamanya. Mereka

memohon kekayaan misalnya, adalah untuk digunakan di jalan Allah. Berkenaan

dengan masalah ini, Allah memberikan contoh tentang Nabi Sulaiman di dalam

Al-Qur ’an. Jauh dari keinginan untuk memperoleh dunia, doa Nabi Sulaiman

untuk meminta kekayaan adalah demi tujuan mulia untuk digunakan di jalan

Allah, untuk menyeru manusia kepada agama Allah, dan agar dirinya sibuk

berdzikir kepada Allah. Kata- kata Nabi Sulaiman sebagaimana yang diceritakan

dalam Al-Qur ’an menunjukkan niatnya yang ikhlas:

“Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik karena

ingat kepada Tuhanku.” (QS Shad: 32) .

Maka Allah mengabulkan doa Nabi Sulaiman a.s . tersebut dengan

mengaruniakan kepadanya kekayaan yang sangat banyak di dunia dan ia akan

memperoleh pahala di akhirat. Dalam pada itu, Allah juga mengabulkan

keinginan orang-orang yang hanya menghendaki kehidupan dunia, namun azab

yang pedih menunggu mereka di akhirat. Keuntungan yang telah mereka peroleh

di dunia ini tidak akan mereka peroleh lagi di akhirat kelak.

Kenyataan yang sangat penting ini diceritakan dalam Al-Qur ’an sebagai berikut:

“Barangsiapa menghendaki keuntungan di akhirat, akan Kami tambah

keuntungan itu baginya, dan barangsiapa menghendaki keuntungan di dunia,

Kami akan memberikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia, dan tidak

ada baginya bagian sedikit pun di akhirat. (QS Asy-Syura : 20).

“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang, maka Kami segerakan baginya

di dunia apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami

tentukan baginya neraka Jahanam, ia akan memasukinya dalam keadaan tercela

dan terusir. (QS Al-Isra ’: 18).

***

© Harun Yahya Internasional 2004


Published with Blogger-droid v2.0.1

Cukuplah Kematian Sebagai Pengingat

“Perbanyaklah mengingat sesuatu yang

melenyapkan semua kelezatan, yaitu

kematian!” (HR. Tirmidzi)

Berbahagialah hamba-hamba Allah yang

senantiasa bercermin dari kematian. Tak

ubahnya seperti guru yang baik, kematian

memberikan banyak pelajaran,

membingkai makna hidup, bahkan

mengawasi alur kehidupan agar tak lari

menyimpang. Nilai- nilai pelajaran yang

ingin diungkapkan guru kematian begitu

banyak, menarik, bahkan menenteramkan.

Di antaranya adalah apa yang mungkin

sering kita rasakan dan lakukan.

Kematian mengingatkan bahwa waktu

sangat berharga Tak ada sesuatu pun buat

seorang mukmin yang mampu

mengingatkan betapa berharganya nilai

waktu selain kematian. Tak seorang pun

tahu berapa lama lagi jatah waktu pentasnya di dunia ini akan berakhir.

Sebagaimana tak seorang pun tahu di mana kematian akan menjemputnya.

Ketika seorang manusia melalaikan nilai waktu pada hakekatnya ia sedang

menggiring dirinya kepada jurang kebinasaan. Karena tak ada satu detik pun

waktu terlewat melainkan ajal kian mendekat. Allah swt mengingatkan itu dalam

surah Al-Anbiya ayat 1,

“Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang

mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya) .”

Ketika jatah waktu terhamburkan sia-sia, dan ajal sudah di depan mata. Tiba-tiba,

lisan tergerak untuk mengatakan, “Ya Allah, mundurkan ajalku sedetik saja. Akan

kugunakan itu untuk bertaubat dan mengejar ketinggalan.” Tapi sayang,

permohonan tinggallah permohonan. Dan, kematian akan tetap datang tanpa

ada perundingan.Allah swt berfirman dalam surah Ibrahim ayat 44,

“Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu)

datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang zalim: ‘Ya Tuhan

kami, beri tangguhlah kami walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami

akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul ….”

**

Kematian mengingatkan bahwa kita bukan siapa- siapa
Kalau kehidupan dunia bisa diumpamakan dengan pentas sandiwara, maka

kematian adalah akhir segala peran. Apa pun dan siapa pun peran yang

telahdimainkan, ketika sutradara mengatakan ‘habis’ , usai sudah permainan.

Semua kembali kepada peran yang sebenarnya. Lalu, masih kurang patutkah kita

dikatakan orang gila ketika bersikeras akan tetap selamanya menjadi tokoh yang

kita perankan. Hingga kapan pun. Padahal, sandiwara sudah berakhir.

Sebagus- bagusnya peran yang kita mainkan, tak akan pernah melekat

selamanya. Silakan kita bangga ketika dapat peran sebagai orang kaya. Silakan

kita menangis ketika berperan sebagai orang miskin yang menderita. Tapi,

bangga dan menangis itu bukan untuk selamanya. Semuanya akan berakhir. Dan,

peran-peran itu akan dikembalikan kepada sang sutradara untuk dimasukkan

kedalam laci- laci peran. Teramat naif kalau ada manusia yang berbangga dan

yakin bahwa dia akan menjadi orang yang kaya dan berkuasa selamanya. Pun

begitu, teramat naif kalau ada manusia yang merasa akan terus menderita

selamanya. Semua berawal, dan juga akan berakhir. Dan akhir itu semua adalah

kematian.

**

Kematian mengingatkan bahwa kita tak memiliki apa-apa
Fikih Islam menggariskan kita bahwa tak ada satu benda pun yang boleh ikut

masuk ke liang lahat kecuali kain kafan. Siapa pun dia. Kaya atau miskin.

Penguasa atau rakyat jelata Semuanya akan masuk lubang kubur bersama

bungkusan kain kafan. Cuma kain kafan itu. Itu pun masih bagus. Karena, kita

terlahir dengan tidak membawa apa-apa. Cuma tubuh kecil yang telanjang. Lalu,

masih layakkah kita mengatasnamakan kesuksesan diri ketika kita meraih

keberhasilan. Masih patutkah kita membangga-banggakan harta dengan sebutan

kepemilikan. Kita datang dengan tidak membawa apa-apa dan pergi pun

bersama sesuatu yang tak berharga.

Ternyata, semua hanya peran. Dan pemilik sebenarnya hanya Allah. Ketika peran

usai, kepemilikan pun kembali kepada Allah. Lalu, dengan keadaan seperti itu,

masihkah kita menyangkal bahwa kita bukan apa-apa. Dan, bukan siapa-siapa .

Kecuali, hanya hamba Allah. Setelah itu, kehidupan pun berlalu melupakan peran

yang pernah kita mainkan.

**

Kematian mengingatkan bahwa hidup sementara

Kejayaan dan kesuksesan kadang menghanyutkan anak manusia kepada sebuah

khayalan bahwa ia akan hidup selamanya. Hingga kapan pun. Seolah ia ingin

menyatakan kepada dunia bahwa tak satu pun yang mampu memisahkan antara

dirinya dengan kenikmatan saat ini.Ketika sapaan kematian mulai datang berupa

rambut yang beruban, tenaga yang kian berkurang, wajah yang makin keriput,

barulah ia tersadar. Bahwa, segalanya akan berpisah. Dan pemisah kenikmatan

itu bernama kematian. Hidup tak jauh dari siklus: awal, berkembang, dan

kemudian berakhir.

**

Kematian mengingatkan bahwa hidup begitu berharga

Seorang hamba Allah yang mengingat kematian akan senantiasa tersadar bahwa

hidup teramat berharga. Hidup tak ubahnya seperti ladang pinjaman. Seorang

petani yang cerdas akan memanfaatkan ladang itu dengan menanam tumbuhan

yang berharga. Dengan sungguh-sungguh . Petani itu khawatir, ia tidak mendapat

apa-apa ketika ladang harus dikembalikan. Mungkin, inilah maksud ungkapan

Imam Ghazali ketika menafsirkan surah Al- Qashash ayat 77,

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)

negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)

dunia…”

dengan menyebut, “Ad- Dun-ya mazra’atul akhirah.” (Dunia adalah ladang buat

akhirat)

Orang yang mencintai sesuatu takkan melewatkan sedetik pun waktunya untuk

mengingat sesuatu itu. Termasuk, ketika kematian menjadi sesuatu yang paling

diingat. Dengan memaknai kematian, berarti kita sedang menghargai arti

kehidupan.

***

Daarut tauhid

Published with Blogger-droid v2.0.1

Kebenaran Al-Qur'an

Benar kiranya jika Al Qur’an disebut sebagai mukjizat. Bagaimana tidak, ternyata

ayat-ayat Al Qur’an yang diturunkan di abad ke 7 masehi di mana ilmu

pengetahuan belum berkembang (saat itu orang mengira bumi itu rata dan

matahari mengelilingi bumi) , sesuai dengan ilmu pengetahuan modern yang

baru- baru ini ditemukan oleh manusia.

Sebagai contoh ayat di bawah:

“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan

bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan

antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka

mengapakah mereka tiada juga beriman?” [Al Anbiyaa:30 ]

Saat itu orang tidak ada yang tahu bahwa langit dan bumi itu awalnya satu.

Ternyata ilmu pengetahuan modern seperti teori Big Bang menyatakan bahwa

alam semesta (bumi dan langit) itu dulunya satu. Kemudian akhirnya pecah

menjadi sekarang ini.

Kemudian ternyata benar segala yang bernyawa, termasuk tumbuhan bersel satu

pasti mengandung air dan juga membutuhkan air. Keberadaan air adalah satu

indikasi adanya kehidupan di suatu planet. Tanpa air, mustahil ada kehidupan.

Inilah satu kebenaran ayat Al Qur’an .

Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur’ an, ditegaskan

bahwa masing- masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu.

“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.

Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya. ” (Al Qur’an ,

21:33 )

Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi

bergerak dalam garis edar tertentu:

“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang

Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Al Qur’an , 36: 38)

**

Langit yang mengembang (Expanding Universe)

Dalam Al Qur’ an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih

terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut

ini:

“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami

benar-benar meluaskannya. ” (Al Qur’an , 51: 47)

Menurut Al Qur’an langit diluaskan/mengembang. Dan inilah kesimpulan yang

dicapai ilmu pengetahuan masa kini.

Sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara

terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Para ilmuwan menyamakan

peristiwa mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang

ditiup.

Hingga awal abad ke- 20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di

dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah

ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan

perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa

alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus

“mengembang”.

Pada awal abad ke-20 , fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi

Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa

alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang.

Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun

1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang

astronom Amerika, menemukan bahwa bintang- bintang dan galaksi terus

bergerak saling menjauhi.

**

Gunung yang Bergerak

“Dan kamu lihat gunung- gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya,

padahal ia berjalan sebagai jalannya awan.” [QS 27:88 ]

14 abad lampau seluruh manusia menyangka gunung itu diam tidak bergerak.

Namun dalam Al Qur’ an disebutkan gunung itu bergerak.

Gerakan gunung- gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka

berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma yang lebih

rapat. Pada awal abad ke- 20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang

ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua- benua

pada permukaan bumi menyatu pada masa- masa awal bumi, namun kemudian

bergeser ke arah yang berbeda- beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak

saling menjauhi.

Gambar Gerakan Gunung / BenuaPara ahli geologi memahami kebenaran

pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, yakni 50 tahun setelah

kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam sebuah

tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh tanah daratan

yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan

Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan.

Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-

masingnya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua

raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India.

Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan

Asia, kecuali India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan

Laurasia terbagi menjadi daratan- daratan yang lebih kecil.

Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak

pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per

tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara

wilayah daratan dan lautan di Bumi.

Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan

di awal abad ke- 20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana

berikut:

Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi

atas lapisan- lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama,

dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik,

lempengan- lempengan ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua

dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan

1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan- lempengan tersebut terus-menerus

bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan.

Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih lebar. (Carolyn

Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc.

Newton, Massachusetts, 1985, s. 30)

Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah

telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya

perjalanan awan. (Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan istilah “continental

drift” atau “gerakan mengapung dari benua” untuk gerakan ini. (National

Geographic Society, Powers of Nature, Washington D.C. , 1978, s.12 -13 )

Tidak dipertanyakan lagi, adalah salah satu kejaiban Al Qur’ an bahwa fakta ilmiah

ini, yang baru-baru saja ditemukan oleh para ilmuwan, telah dinyatakan dalam Al

Qur’ an.

“Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan dan Kami turunkan hujan

dari langit lalu Kami beri minum kamu dengan air itu dan sekali kali bukanlah

kamu yang menyimpannya.” (Al Qur’an , 15:22 )

**

Ramalan Kemenangan Romawi atas Persia

“Alif, Lam, Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan

mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi

Allah- lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang).” (Al Qur’an , 30: 1- 4)

Ayat- ayat ini diturunkan kira-kira pada tahun 620 Masehi, hampir tujuh tahun

setelah kekalahan hebat Bizantium Kristen di tangan bangsa Persia, ketika

Bizantium kehilangan Yerusalem. Kemudian diriwayatkan dalam ayat ini bahwa

Bizantium dalam waktu dekat menang. Padahal, Bizantium waktu itu telah

menderita kekalahan sedemikian hebat hingga nampaknya mustahil baginya

untuk mempertahankan keberadaannya sekalipun, apalagi merebut kemenangan

kembali. Tidak hanya bangsa Persia, tapi juga bangsa Avar, Slavia, dan Lombard

menjadi ancaman serius bagi Kekaisaran Bizantium. Bangsa Avar telah datang

hingga mencapai dinding batas Konstantinopel. Kaisar Bizantium, Heraklius, telah

memerintahkan agar emas dan perak yang ada di dalam gereja dilebur dan

dijadikan uang untuk membiayai pasukan perang. Banyak gubernur

memberontak melawan Kaisar Heraklius dan dan Kekaisaran tersebut berada

pada titik keruntuhan. Mesopotamia, Cilicia, Syria, Palestina, Mesir dan Armenia,

yang

semula dikuasai oleh Bizantium, diserbu oleh bangsa Persia. (Warren Treadgold,

A History of the Byzantine State and Society, Stanford University Press, 1997, s.

287- 299.)

**

Diselamatkannya Jasad Fir’aun

“Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi

pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu” [QS 10: 92]

Maurice Bucaille dulunya adalah peneliti mumi Fir’aun di Mesir. Pada mumi

Ramses II dia menemukan keganjilan, yaitu kandungan garam yang sangat tinggi

pada tubuhnya. Dia baru kemudian menemukan jawabannya di Al- Quran,

ternyata Ramses II ini adalah Firaun yang dulu ditenggelamkan oleh Allah swt

ketika sedang mengejar Nabi Musa as.

Injil & Taurat hanya menyebutkan bahwa Ramses II tenggelam; tetapi hanya Al-

Quran yang kemudian menyatakan bahwa mayatnya diselamatkan oleh Allah

swt, sehingga bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.

Perhatikan bahwa Nabi Muhammad saw hidup 3000 tahun setelah kejadian

tersebut, dan tidak ada cara informasi tersebut (selamatnya mayat Ramses II)

dapat ditemukan beliau (karena di Injil & Taurat pun tidak disebut). Makam

Fir’aun , Piramid, yang tertimbun tanah baru ditemukan oleh arkeolog Giovanni

Battista Belzoni tahun 1817. Namun Al-Quran bisa menyebutkannya karena

memang firman Allah swt (bukan buatan Nabi Muhammad saw).

**

Segala Sesuatu diciptakan Berpasang- pasangan

Al Qur’an yang berulang-ulang menyebut adanya pasangan dalam alam

tumbuh-tumbuhan , juga menyebut adanya pasangan dalam rangka yang lebih

umum, dan dengan batas-batas yang tidak ditentukan.

“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan- pasangan semuanya baik

dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa-apa

yang mereka tidak ketahui.” [Yaa Siin 36: 36]

Kita dapat mengadakan hipotesa sebanyak-banyaknya mengenai arti hal-hal

yang manusia tidak mengetahui pada zaman Nabi Muhammad. Hal- hal yang

manusia tidak mengetahui itu termasuk di dalamnya susunan atau fungsi yang

berpasangan baik dalam benda yang paling kecil atau benda yang paling besar,

baik dalam benda mati atau dalam benda hidup. Yang penting adalah untuk

mengingat pemikiran yang dijelaskan dalam ayat itu secara rambang dan untuk

mengetahui bahwa kita tidak menemukan pertentangan dengan Sains masa ini.

Meskipun gagasan tentang “pasangan” umumnya bermakna laki- laki dan

perempuan, atau jantan dan betina, ungkapan “maupun dari apa yang tidak

mereka ketahui” dalam ayat di atas memiliki cakupan yang lebih luas. Kini,

cakupan makna lain dari ayat tersebut telah terungkap. Ilmuwan Inggris, Paul

Dirac, yang menyatakan bahwa materi diciptakan secara berpasangan,

dianugerahi Hadiah Nobel di bidang fisika pada tahun 1933. Penemuan ini, yang

disebut “parité”, menyatakan bahwa materi berpasangan dengan lawan jenisnya:

anti-materi. Anti-materi memiliki sifat-sifat yang berlawanan dengan materi.

Misalnya, berbeda dengan materi, elektron anti-materi bermuatan positif, dan

protonnya bermuatan negatif. Fakta ini dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah

sebagaimana berikut:

“…setiap partikel memiliki anti-partikel dengan muatan yang berlawanan … dan

hubungan ketidakpastian mengatakan kepada kita bahwa penciptaan

berpasangan dan pemusnahan berpasangan terjadi di dalam vakum di setiap

saat, di setiap tempat.”

Semua ini menunjukkan bahwa unsur besi tidak terbentuk di Bumi, melainkan

dibawa oleh meteor-meteor melalui letupan bintang- bintang di luar angkasa,

dan kemudian “dikirim ke bumi”, persis sebagaimana dinyatakan dalam ayat

tersebut. Jelas bahwa fakta ini tak mungkin diketahui secara ilmiah pada abad

ke- 7, di saat Al Qur’an diturunkan.

***

Sumber: Harun Yaya,

Mukjizat Al Qur’ an, Prof. Dr. Quraisy Syihab

BIBEL, QUR-AN , dan Sains Modern, Dr. Maurice Bucaille

Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science

Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi


Published with Blogger-droid v2.0.1