Sekarang kita membahas komposisi ruhani
manusia. “Dan telah Aku tiupkan kepadanya ruh-Ku.” (Al- Hijr: 29) disini
jelas, Saudaraku, bahwa manusia tidaklah terdiri dari satu unsur, tidak
hanya terdiri dari unsur materi saja, tetapi tanah yang telah ditiupkan ke
dalamnya ruh Allah swt.
Akhi, Anda bukan semata-mata wadah dari tanah ini, tidak hanya
sampul dari kulit ini, tetapi Anda diciptakan dari ruh Allah. Sebelumnya
Anda hanya berupa segenggam tanah, tetapi setelah ditiup dengan ruh
Allah itu, Anda menjadi seorang manusia sempurna. Dengan demikian,
Anda termasuk salah satu makhluk surga, karena kemanusiaan Anda
belum terbentuk kecuali setelah Allah meniupkan ruh-Nya kepada Anda.
Adapun hakikat, substansi, esensi, dan rahasia ruh ini, maka tidak ada
urusan Anda dengannya. Cukuplah Anda mengetahui, Saudaraku, bahwa
ruh ini merupakan unsur ketuhanan dan bahwa apa saja yang berkaitan
dengan Allah swt. terlalu besar untuk dapat dipikirkan oleh manusia, di
luar jangkauan akalnya dan jauh dari kemampuan penalarannya.
Disana ada hakikat yang dikemukakan oleh kisah tersebut. Hakikat ini,
Saudaraku, berkaitan dengan perbandingan Anda sebagai manusia
terhadap malaikat dan kedudukan Anda terhadap makhluk Tuhan yang
tercipta dari unsur cahaya ini. Anda melihat bahwa Allah swt. telah
memerintahkan kepada para malaikat untuk bersujud kepada Anda
setelah memberi Anda ruh dari-Nya. Dengan demikian, Anda wahai
manusia, lebih agung di sisi Allah daripada para malaikat. Bila Anda
benar-benar mewujudkan kemanusiaan Anda, maka Anda lebih tinggi
daripada para malaikat.
Adapun jika Anda lalai, maka Anda termasuk golongan setan. Bila Anda
menunaikan hak-hak kemanusiaan ini
sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah swt. niscaya para malaikat
akan menjadi pelayan bagi Anda. Telah diriwayatkan oleh hadits shahih
bahwa para malaikat menjenguk orang-orang shalih yang sedang sakit.
Al-Qur’ anul Karim juga menjelaskan bahwa mereka akan menjadi
pelayan Anda pada hari kiamat.
Jadi, para malaikat itu, Saudaraku, hanyalah hamba-hamba Allah dan
sebagian dari makhluk-makhluk -Nya. Mereka tidak membangkang
kepada perintah Allah, selalu melaksanakan apa yang diperintahkan
kepada mereka. Ekspresi yang dimunculkan Allah pada mereka hanyalah
satu, yaitu ketaatan. Adapun ekspresi yang dimunculkan Allah swt. pada
diri Anda, wahai manusia, lebih agung daripada itu, yaitu ekspresi ikhtiar
(menentukan berbagai pilihan).
Hakikat keempat yang dipaparkan dalam kisah tersebut adalah
berkenaan dengan hubungan Anda dengan setan. Saudaraku, kita
menemukan bahwa paparan ini telah menjelaskan hubungan ini, yaitu
bahwa ada permusuhan dan pertentangan yang keras serta
berkesinambungan antara Anda dengan setan. Bahkan kehidupan ini
pada hakikatnya hanyalah pertentangan antara Anda dengan setan itu.
Allah swt. pernah memperingatkan Anda dari bahaya setan, di lebih dari
satu tempat dalam Al-Qur’ anul Karim.
“Turunlah kalian semua, sebagian kalian menjadi musuh bagi sebagian
yang lain.” (Al- Baqarah: 36, Al-A’ raf: 24)
“Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam, supaya
kamu tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu musuh yang
nyata bagimu. Dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang
lurus.” (Yasin: 60-61 )
Hakikat kelima yang terkandung dalam kisah tersebut adalah berkaitan
dengan kedudukan Anda, wahai manusia, berkaitan dengan tempat
Anda. Kisah itu menyebutkan bahwa Anda adalah makhluk yang
termasuk dalam golongan makhluk mulia. Anda diciptakan di dunia
malaikat. Kemudian Anda diturunkan ke bumi ini disebabkan
oleh ikhtiar (pilihan) Anda. Anda akan kembali ke tempat tinggal yang
tinggi itu jika Anda mengetahui jalan kembali ke sana. Semoga Allah
merahmati orang yang mengatakan, “Mari menuju taman-taman Adn.”
Al-Qur’ an dalam memaparkan kisah tersebut tidak berhenti pada hakikat
ini. Ia mengemukakan hakikat keenam yang membahas tentang
hubungan antara manusia dengan seluruh alam ini. Ternyata ia adalah
makhluk yang mulia di tengah-tengah makhluk lain. Ia mempunyai
tugas sebagai khalifah di muka bumi ini.
“Ingatlah ketika Tuhanmu berkata kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya
Aku akan menjadikan seorang khalifah di bumi ini.’” (Al-Baqarah : 30)
Jadi, bumi ini telah diserahkan kepada manusia, untuk dimakmurkan,
bukan untuk dihancurkan dan dimusnahkan. Ia berkuasa di bumi,
sedangkan seluruh makhluk di sana ditundukkan kepadanya.
“Tidakkah kalian perhatikan bahwa sesungguhnya Allah telah
menundukkan untuk (kepentingan) kalian apa yang di langit dan apa
yang di bumi dan menyempurnakan untuk kalian nikmat-Nya lahir dan
batin.” (Luqman:20 )
Jadi, kedudukan manusia, terlihat dalam perkataan ini:
Mereka mengangkatmu untuk suatu urusan
Jika kau telah terima
Hati-hatilah agar tiada telantar
Jadi, Anda, wahai manusia, adalah khalifah yang diutus untuk
memakmurkan bumi. Allah telah menundukkan segala sesuatu di bumi
kepada Anda, sehingga Anda dapat melaksanakan tugas Anda dengan
ikhlas.
Inilah, Saudaraku, kedudukan Anda di tengah-tengah seluruh makhluk
lain.
Kemudian, kita bicarakan juga tentang hubungan antara manusia
dengan sesama manusia, yaitu hakikat ketujuh,
“Sebagian dari kalian adalah bagian dari yang lain.” (An- Nisa’: 25)
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang
lelaki dan seorang wanita, dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku, agar kalian saling mengenal.” (Al-Hujurat : 13)
Allah swt. tidak menjadikan bangsa-bangsa dan suku-suku untuk saling
membenci dan bermusuhan, tetapi sebaliknya untuk saling mengenal
dan menolong. Hubungan manusia dengan sesama manusia adalah
hubungan sebagai saudara. Seseorang adalah saudara bagi yang lain.
Landasan hubungan antara manusia dengan Allah swt. secara global
disebutkan oleh Al-Qur’ an dalam firman-Nya ,
“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, kecuali agar mereka
beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzaariyat : 56)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar