Sabtu, November 26, 2011

Al-Qur’an Menurut Hasan Al-Banna () Manusia Sebagai Salah Satu Makhluk Al-Malaul A’la

Sekarang kita membahas komposisi ruhani

manusia. “Dan telah Aku tiupkan kepadanya ruh-Ku.” (Al- Hijr: 29) disini

jelas, Saudaraku, bahwa manusia tidaklah terdiri dari satu unsur, tidak

hanya terdiri dari unsur materi saja, tetapi tanah yang telah ditiupkan ke

dalamnya ruh Allah swt.

Akhi, Anda bukan semata-mata wadah dari tanah ini, tidak hanya

sampul dari kulit ini, tetapi Anda diciptakan dari ruh Allah. Sebelumnya

Anda hanya berupa segenggam tanah, tetapi setelah ditiup dengan ruh

Allah itu, Anda menjadi seorang manusia sempurna. Dengan demikian,

Anda termasuk salah satu makhluk surga, karena kemanusiaan Anda

belum terbentuk kecuali setelah Allah meniupkan ruh-Nya kepada Anda.

Adapun hakikat, substansi, esensi, dan rahasia ruh ini, maka tidak ada

urusan Anda dengannya. Cukuplah Anda mengetahui, Saudaraku, bahwa

ruh ini merupakan unsur ketuhanan dan bahwa apa saja yang berkaitan

dengan Allah swt. terlalu besar untuk dapat dipikirkan oleh manusia, di

luar jangkauan akalnya dan jauh dari kemampuan penalarannya.

Disana ada hakikat yang dikemukakan oleh kisah tersebut. Hakikat ini,

Saudaraku, berkaitan dengan perbandingan Anda sebagai manusia

terhadap malaikat dan kedudukan Anda terhadap makhluk Tuhan yang

tercipta dari unsur cahaya ini. Anda melihat bahwa Allah swt. telah

memerintahkan kepada para malaikat untuk bersujud kepada Anda

setelah memberi Anda ruh dari-Nya. Dengan demikian, Anda wahai

manusia, lebih agung di sisi Allah daripada para malaikat. Bila Anda

benar-benar mewujudkan kemanusiaan Anda, maka Anda lebih tinggi

daripada para malaikat.

Adapun jika Anda lalai, maka Anda termasuk golongan setan. Bila Anda

menunaikan hak-hak kemanusiaan ini

sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah swt. niscaya para malaikat

akan menjadi pelayan bagi Anda. Telah diriwayatkan oleh hadits shahih

bahwa para malaikat menjenguk orang-orang shalih yang sedang sakit.

Al-Qur’ anul Karim juga menjelaskan bahwa mereka akan menjadi

pelayan Anda pada hari kiamat.

Jadi, para malaikat itu, Saudaraku, hanyalah hamba-hamba Allah dan

sebagian dari makhluk-makhluk -Nya. Mereka tidak membangkang

kepada perintah Allah, selalu melaksanakan apa yang diperintahkan

kepada mereka. Ekspresi yang dimunculkan Allah pada mereka hanyalah

satu, yaitu ketaatan. Adapun ekspresi yang dimunculkan Allah swt. pada

diri Anda, wahai manusia, lebih agung daripada itu, yaitu ekspresi ikhtiar

(menentukan berbagai pilihan).

Hakikat keempat yang dipaparkan dalam kisah tersebut adalah

berkenaan dengan hubungan Anda dengan setan. Saudaraku, kita

menemukan bahwa paparan ini telah menjelaskan hubungan ini, yaitu

bahwa ada permusuhan dan pertentangan yang keras serta

berkesinambungan antara Anda dengan setan. Bahkan kehidupan ini

pada hakikatnya hanyalah pertentangan antara Anda dengan setan itu.

Allah swt. pernah memperingatkan Anda dari bahaya setan, di lebih dari

satu tempat dalam Al-Qur’ anul Karim.

“Turunlah kalian semua, sebagian kalian menjadi musuh bagi sebagian

yang lain.” (Al- Baqarah: 36, Al-A’ raf: 24)

“Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam, supaya

kamu tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu musuh yang

nyata bagimu. Dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang

lurus.” (Yasin: 60-61 )

Hakikat kelima yang terkandung dalam kisah tersebut adalah berkaitan

dengan kedudukan Anda, wahai manusia, berkaitan dengan tempat

Anda. Kisah itu menyebutkan bahwa Anda adalah makhluk yang

termasuk dalam golongan makhluk mulia. Anda diciptakan di dunia

malaikat. Kemudian Anda diturunkan ke bumi ini disebabkan

oleh ikhtiar (pilihan) Anda. Anda akan kembali ke tempat tinggal yang

tinggi itu jika Anda mengetahui jalan kembali ke sana. Semoga Allah

merahmati orang yang mengatakan, “Mari menuju taman-taman Adn.”

Al-Qur’ an dalam memaparkan kisah tersebut tidak berhenti pada hakikat

ini. Ia mengemukakan hakikat keenam yang membahas tentang

hubungan antara manusia dengan seluruh alam ini. Ternyata ia adalah

makhluk yang mulia di tengah-tengah makhluk lain. Ia mempunyai

tugas sebagai khalifah di muka bumi ini.

“Ingatlah ketika Tuhanmu berkata kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya

Aku akan menjadikan seorang khalifah di bumi ini.’” (Al-Baqarah : 30)

Jadi, bumi ini telah diserahkan kepada manusia, untuk dimakmurkan,

bukan untuk dihancurkan dan dimusnahkan. Ia berkuasa di bumi,

sedangkan seluruh makhluk di sana ditundukkan kepadanya.

“Tidakkah kalian perhatikan bahwa sesungguhnya Allah telah

menundukkan untuk (kepentingan) kalian apa yang di langit dan apa

yang di bumi dan menyempurnakan untuk kalian nikmat-Nya lahir dan

batin.” (Luqman:20 )

Jadi, kedudukan manusia, terlihat dalam perkataan ini:


Mereka mengangkatmu untuk suatu urusan

Jika kau telah terima

Hati-hatilah agar tiada telantar

Jadi, Anda, wahai manusia, adalah khalifah yang diutus untuk

memakmurkan bumi. Allah telah menundukkan segala sesuatu di bumi

kepada Anda, sehingga Anda dapat melaksanakan tugas Anda dengan

ikhlas.

Inilah, Saudaraku, kedudukan Anda di tengah-tengah seluruh makhluk

lain.

Kemudian, kita bicarakan juga tentang hubungan antara manusia

dengan sesama manusia, yaitu hakikat ketujuh,

“Sebagian dari kalian adalah bagian dari yang lain.” (An- Nisa’: 25)

“Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang

lelaki dan seorang wanita, dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan

bersuku-suku, agar kalian saling mengenal.” (Al-Hujurat : 13)

Allah swt. tidak menjadikan bangsa-bangsa dan suku-suku untuk saling

membenci dan bermusuhan, tetapi sebaliknya untuk saling mengenal

dan menolong. Hubungan manusia dengan sesama manusia adalah

hubungan sebagai saudara. Seseorang adalah saudara bagi yang lain.

Landasan hubungan antara manusia dengan Allah swt. secara global

disebutkan oleh Al-Qur’ an dalam firman-Nya ,

“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, kecuali agar mereka

beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzaariyat : 56)


Published with Blogger-droid v2.0.1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar