Kamis, Februari 13, 2014

Hukum Seputar ucapan “Jazakallahu Khairan” dan “Waiyyakum

Hukum Seputar ucapan “Jazakallahu Khairan” dan “Waiyyakum”

Banyak orang yang sering mengucapkan
“waiyyak (dan kepadamu juga)” atau
“waiyyakum (dan kepada kalian juga)”
ketika telah dido’akan atau mendapat
kebaikan dari seseorang. Apakah ada
sunnahnya mengucapkan seperti ini? Lalu
bagaimanakah ucapan yang sebenarnya
ketika seseorang telah mendapat kebaikan
dari orang lain misalnya ucapan
“jazakallah khair atau barakalahu fiikum”?

Berikut fatwa Ulama yang berkaitan dengan ucapan tersebut:

1.Asy- Syaikh Muhammad bin Umar
Bazmul( hafizhahullah Ta’ala) , pengajar di Universitas Ummul Quraa Mekah, ditanya: Beberapa orang sering mengatakan "Amiin, waiyyaak” (yang artinya “Amiin, dan kepadamu juga”) setelah seseorang mengucapkan “Jazakallahu khairan” (yang berarti “semoga ALLAH membalas kebaikanmu”). Apakah merupakan suatu keharusan untuk membalas dengan perkataan ini setiap saat?

Beliau menjawab:
Ada banyak riwayat dari sahabat dan dari Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam, dan ada
riwayat yang menjelaskan tindakan ulama. Dalam riwayat mereka yang mengatakan
“Jazakalahu khairan,” tidak ada yang menyebutkan bahwa mereka secara khusus
membalas dengan perkataan “wa iyyaakum.”

Karena ini, mereka yang berpegang pada perkataan “wa iyyaakum,” setelah doa apapun,
dan tidak berkata “Jazakallahu khairan,” mereka telah jatuh ke dalam suatu yang baru
yang telah ditambahkan (untuk agama).

2. Al-Allamah Asy-Syaikh Al-Muhaddits Abdul Muhsin Al-Abbad hafizhahullah
Ta’ala ditanya: apakah ada dalil bahwa ketika membalasnya dengan mengucapkan “wa
iyyakum” (dan kepadamu juga)?

Beliau menjawab:
“tidak ada dalilnya, sepantasnya dia juga mengatakan “jazakallahu khair” (semoga Allah
membalasmu kebaikan pula), yaitu dido’akan sebagaimana dia berdo’a, meskipun
perkataan seperti “wa iyyakum” sebagai athaf (mengikuti) ucapan “jazaakum”, yaitu
ucapan “wa iyyakum” bermakna “sebagaimana kami mendapat kebaikan, juga
kalian” ,namun jika dia mengatakan “jazakalallahu khair” dan menyebut do’a tersebut
secara nash, tidak diragukan lagi bahwa hal ini lebih utama dan lebih afdhal.”

3. Asy Syaikh Ahmad bin Yahya An Najmi( hafizhahullah Ta’ala) ditanya: Apa
hukumnya mengucapkan, “Syukran (terimakasih)” bagi seseorang yang telah berbuat
baik kepada kita?

Beliau menjawab :
Yang melakukan hal tersebut sudah meninggalkan perkara yang lebih utama, yaitu
mengatakan, “Jazaakallahu khairan (semoga ALLAH membalas kebaikanmu.” Dan pada
Allah-lah terdapat kemenangan.
Menjawab dengan “Wafiika barakallah”.

Apabila ada seseorang yang telah mengucapkan do’a “Barakallahu fiikum atau
Barakallahu fiika” kepada kita, maka kita menjawabnya: “Wafiika barakallah” (Semoga
Allah juga melimpahkan berkah kepadamu) (lihat Ibnu Sunni hal. 138, no. 278, lihat
Al-Waabilush Shayyib Ibnil Qayyim, hal. 304. Tahqiq Muhammad Uyun)
Menjawab dengan “jazakallahu khair”.

Ada satu hadits yang menjelaskan sunnahnya mengucapkan “jazakallahu khairan”, dari
Usamah bin Zaid radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam
bersabda:

“Barangsiapa yang diberikan satu perbuatan kebaikan kepadanya lalu dia membalasnya
dengan mengatakan : jazaakallahu khair (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan),
maka sungguh hal itu telah mencukupi dalam menyatakan rasa syukurnya.” (HR.At-
Tirmidzi (2035), An-Nasaai dalam Al-kubra (6/53), Al-Maqdisi dalam Al-mukhtarah:
4/1321, Ibnu Hibban: 3413, Al-Bazzar dalam musnadnya:7/54. Hadits ini
dishahihkan Al-Albani dalam shahih Tirmidzi)

Ada beberapa ketentuan dalam mengucapkan jazakallah:
– jazakallahu khairan (engkau, lelaki)
– jazakillahu khairan (engkau, perempuan)
– jazakumullahu khairan (kamu sekalian)
– jazahumullahu khairan (mereka)

Fatwa ulama seputar ucapan “jazakallah”:

Al-Allamah Asy Syaikh Abdul Muhsin hafizhahullah ditanya:
sebagian ikhwan ada yang menambah pada ucapannya dengan mengatakan “jazakallah
khaeran wa zawwajaka bikran” (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan dan
menikahkanmu dengan seorang perawan), dan yang semisalnya. Bukankah tambahan ini
merupakan penambahan dari sabda Rasul shallallahu alaihi wasallam, dimana beliau
mengatakan “sungguh dia telah mencukupi dalam menyatakan rasa syukurnya.?

Beliau menjawab:
Tidak perlu (penambahan) doa seperti ini, sebab boleh jadi (orang yang didoakan) tidak
menginginkan do’a yang disebut ini. Boleh jadi orang yang dido’akan dengan do’a ini
tidak menghendakinya. Seseorang mendoakan kebaikan, dan setiap kebaikan sudah
mencakup dalam keumuman doa ini. Namun jika seseorang menyebutkan do’a ini,
bukan berarti bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melarang untuk menambah
dari do’a tersebut. Namun beliau hanya mengabarkan bahwa ucapan ini telah
mencukupi dalam menyatakan rasa syukurnya. Namun seandainya jia dia mendoakan
dan berkata: “jazakallahu khaer wabarakallahu fiik wa ‘awwadhaka khaeran” (semoga
Allah membalas kebaikanmu dan senantiasa memberkahimu dan menggantimu dengan
kebaikan pula” maka hal ini tidak mengapa. Sebab Rasul Shallallahu alaihi wasallam
tidak melarang adanya tambahan do’a. Namun tambahan do’a yang mungkin saja tidak
pada tempatnya, boleh jadi yang dido’akan dengan do’a tersebut tidak menghendaki
apa yang disebut dalam do’a itu.

Al-Allamah Asy Syaikh Abdul Muhsin hafizhahullah ditanya:
Ada sebagian orang berkata: ada sebagian pula yang menambah tatkala berdo’a dengan
mengatakan : jazaakallahu alfa khaer” (semoga Allah membalasmu dengan seribu
kebaikan” ?

Beliau -hafidzahullah- menjawab:
“Demi Allah, kebaikan itu tidak ada batasnya, sedangkan kata seribu itu terbatas,
sementara kebaikan tidak ada batasnya. Ini seperti ungkapan sebagian orang “beribu-
ribu terima kasih”, seperti ungkapan mereka ini. Namun ungkapan yang disebutkan
dalam hadits ini bersifat umum.” (transkrip dari kaset: durus syarah sunan At-
Tirmidzi,oleh Al-Allamah Abdul Muhsin Al-Abbad hafidzahullah, kitab Al-Birr wa Ash-
Shilah, nomor hadits: 222)

Kesimpulan:

Ucapan “Waiyyak” secara harfiah artinya “dan kepadamu juga”. Ini adalah bentuk do’a
`yang walaupun ulama kita tidak menemukan itu sebagai sunnah. Dalam kasus
manapun, namun tidak ada ulama yang melarang berdo’a dengan selain ucapan
“Jazakumullah khairan” dengan syarat tidak boleh menganggapnya merupakan bagian
dari sunnah. Namun untuk lebih afdholnya kita ucapkan “jazakalla khair”, inilah
sunnahnya.

Ada satu kaidah ushul fiqih yang dengan ini mudah-mudahan kita bisa terhindar dari
bid’ah dan kesalahan-kesalahan dalam beramal atau beribadah.

Al-Imam Al-Bukhari (dalam kitab Al-Ilmu) beliau berkata, “Ilmu itu sebelum berkata dan
beramal”. Perkataan ini merupakan kesimpulan yang beliau ambil dari firman Allah
ta’ala “Maka ilmuilah (ketahuilah)! Bahwasanya tiada sesembahan yang berhak
disembah selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu” (QS. Muhammad: 19).

Dari ayat yang mulia ini, Allah ta’ala memulai dengan ilmu sebelum seseorang
mengucapkan syahadat, padahal syahadat adalah perkara pertama yang dilakukan
seorang muslim ketika ia ingin menjadi seorang muslim, akan tetapi Allah mendahului
syahadat tersebut dengan ilmu, hendaknya kita berilmu dahulu sebelum mengucapkan
syahadat, kalau pada kalimat syahadat saja Allah berfirman seperti ini maka bagaimana
dengan amalan lainnya? Tentunya lebih pantas lagi kita berilmu baru kemudian
mengamalkannya. Kita tidak boleh asal ikut-ikutan orang lain tanpa dasar ilmu,
seseorang sebelum berbuat sesuatu harus mengetahui dengan benar dalil-dalilnya.

Muraja’ah:
- sunniforum.com/forum/showthread.php?t=3105
- darussalaf.or.id/stories.php?id=1520
- Hisnul Muslim, Syaikh Said bin Ali Al Qathani
Semoga bermanfaat, Wallahu ta’ala a’lam bissowab.

disalin dari http://airmatakehidupan.wordpress.com/

Sumber : http://www.lautanilmu.com/2010/04/hukum-seputar-ucapan-jazakallahu-
khairan-dan-waiyyakum/

Sabtu, Februari 08, 2014

Ayat-ayat Syifa' (Penyembuh) Ijazah Syaikh Wahbah Az-Zuhaili


Ayat-Ayat Syifa' (Penyembuh) Ijazah Syaikh Wahbah Az-Zuhaili

Sahabat yang dirahmati Allah, pada kesempatan kali ini saya memposting amalan yang diijazahkan oleh Syaikh Wahbah Zuhaili, salah seorang ulama besar Syiria.

Ayat-ayat syifa' yang diijazahkan oleh Syaikh Wahbah adalah ayat-ayat yang sebetulnya sudah dikenal oleh banyak kalangan terutama di pesantren-pesantren sebagai ayat penyembuh.
Dengan membaca ayat tersebut secara terus-menerus dan istiqamah, penyakit seberat apapun (kecuali penyakit perantara untuk mati) insa Allah akan diangkat dan disembuhkan oleh Allah berkat barakah dan kemuliaan ayat-ayat tersebut. berikut ayat-ayat yang dimaksud:

Q.S. Al-Isra: 82

ُﻝِّﺰَﻨُﻧَﻭ َﻦِﻣ ِﻥَﺁْﺮُﻘْﻟﺍ َﻮُﻫ ﺎَﻣ ٌﺔَﻤْﺣَﺭَﻭ ٌﺀﺎَﻔِﺷ ﺎَﻟَﻭ َﻦﻴِﻨِﻣْﺆُﻤْﻠِﻟ َﻦﻴِﻤِﻟﺎَّﻈﻟﺍ ُﺪﻳِﺰَﻳ ﺍًﺭﺎَﺴَﺧ ﺎَّﻟِﺇ

Q.S. An-Nahl: 69

َّﻢُﺛ ْﻦِﻣ ﻲِﻠُﻛ ِّﻞُﻛ ِﺕﺍَﺮَﻤَّﺜﻟﺍ ﻲِﻜُﻠْﺳﺎَﻓ َﻞُﺒُﺳ ﺎًﻠُﻟُﺫ ِﻚِّﺑَﺭ ﺎَﻬِﻧﻮُﻄُﺑ ْﻦِﻣ ُﺝُﺮْﺨَﻳ ُﻪُﻧﺍَﻮْﻟَﺃ ٌﻒِﻠَﺘْﺨُﻣ ٌﺏﺍَﺮَﺷ ٌﺀﺎَﻔِﺷ ِﻪﻴِﻓ ِﺱﺎَّﻨﻠِﻟ َّﻥِﺇ
َﻚِﻟَﺫ ﻲِﻓ ًﺔَﻳَﺂَﻟ َﻥﻭُﺮَّﻜَﻔَﺘَﻳ ٍﻡْﻮَﻘِﻟ

Q.S. Fushilat: 44

ْﻮَﻟَﻭ ﺎًﻧَﺁْﺮُﻗ ُﻩﺎَﻨْﻠَﻌَﺟ ﺎًّﻴِﻤَﺠْﻋَﺃ ﺍﻮُﻟﺎَﻘَﻟ ﺎَﻟْﻮَﻟ ْﺖَﻠِّﺼُﻓ ُﻪُﺗﺎَﻳَﺁ ٌّﻲِﻤَﺠْﻋَﺃَﺃ َﻮُﻫ ْﻞُﻗ ٌّﻲِﺑَﺮَﻋَﻭ َﻦﻳِﺬَّﻠِﻟ ﺍﻮُﻨَﻣَﺁ ﻯًﺪُﻫ ٌﺀﺎَﻔِﺷَﻭ ﺎَﻟ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍَﻭ
َﻥﻮُﻨِﻣْﺆُﻳ ْﻢِﻬِﻧﺍَﺫَﺁ ﻲِﻓ َﻮُﻫَﻭ ٌﺮْﻗَﻭ ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ ﻰًﻤَﻋ َﻚِﺌَﻟﻭُﺃ ْﻦِﻣ َﻥْﻭَﺩﺎَﻨُﻳ ٍﻥﺎَﻜَﻣ ٍﺪﻴِﻌَﺑ

Q.S. Yunus: 57

ﺎَﻳ ﺎَﻬُّﻳَﺃ ْﺪَﻗ ُﺱﺎَّﻨﻟﺍ ْﻦِﻣ ٌﺔَﻈِﻋْﻮَﻣ ْﻢُﻜْﺗَﺀﺎَﺟ ْﻢُﻜِّﺑَﺭ ٌﺀﺎَﻔِﺷَﻭ ﻲِﻓ ﺎَﻤِﻟ ِﺭﻭُﺪُّﺼﻟﺍ ﻯًﺪُﻫَﻭ َﻦﻴِﻨِﻣْﺆُﻤْﻠِﻟ ٌﺔَﻤْﺣَﺭَﻭ

Q.S. At-Taubah: 14

ْﻢُﻫﻮُﻠِﺗﺎَﻗ ُﻪَّﻠﻟﺍ ُﻢُﻬْﺑِّﺬَﻌُﻳ ْﻢُﻜﻳِﺪْﻳَﺄِﺑ ْﻢِﻫِﺰْﺨُﻳَﻭ ْﻢُﻛْﺮُﺼْﻨَﻳَﻭ ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ ِﻒْﺸَﻳَﻭ َﺭﻭُﺪُﺻ َﻦﻴِﻨِﻣْﺆُﻣ ٍﻡْﻮَﻗ

Q.S. Al-Mu'minuun: 115-118

ْﻢُﺘْﺒِﺴَﺤَﻓَﺃ ﺎًﺜَﺒَﻋ ْﻢُﻛﺎَﻨْﻘَﻠَﺧ ﺎَﻤَّﻧَﺃ ﺎَﻨْﻴَﻟِﺇ ْﻢُﻜَّﻧَﺃَﻭ ﺎَﻟ َﻥﻮُﻌَﺟْﺮُﺗ
ُﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَﻟﺎَﻌَﺘَﻓ ُّﻖَﺤْﻟﺍ ُﻚِﻠَﻤْﻟﺍ ﺎَﻟ ﺎَّﻟِﺇ َﻪَﻟِﺇ ُّﺏَﺭ َﻮُﻫ ِﺵْﺮَﻌْﻟﺍ ِﻢﻳِﺮَﻜْﻟﺍ
ُﻉْﺪَﻳ ْﻦَﻣَﻭ ِﻪَّﻠﻟﺍ َﻊَﻣ ﺎًﻬَﻟِﺇ َﺮَﺧَﺁ ﺎَﻟ ُﻪَﻟ َﻥﺎَﻫْﺮُﺑ ِﻪِﺑ ﺎَﻤَّﻧِﺈَﻓ ُﻪُﺑﺎَﺴِﺣ َﺪْﻨِﻋ ِﻪِّﺑَﺭ ُﻪَّﻧِﺇ ُﺢِﻠْﻔُﻳ ﺎَﻟ َﻥﻭُﺮِﻓﺎَﻜْﻟﺍ
ْﻞُﻗَﻭ ِّﺏَﺭ ْﺮِﻔْﻏﺍ َﺖْﻧَﺃَﻭ ْﻢَﺣْﺭﺍَﻭ ُﺮْﻴَﺧ َﻦﻴِﻤِﺣﺍَّﺮﻟﺍ

Q.S. Al-Hasyr: 21-24

ْﻮَﻟ ﺍَﺬَﻫ ﺎَﻨْﻟَﺰْﻧَﺃ َﻥَﺁْﺮُﻘْﻟﺍ ٍﻞَﺒَﺟ ﻰَﻠَﻋ ُﻪَﺘْﻳَﺃَﺮَﻟ ﺎًﻋِّﺪَﺼَﺘُﻣ ﺎًﻌِﺷﺎَﺧ ِﻪَّﻠﻟﺍ ِﺔَﻴْﺸَﺧ ْﻦِﻣ َﻚْﻠِﺗَﻭ ُﻝﺎَﺜْﻣَﺄْﻟﺍ ﺎَﻬُﺑِﺮْﻀَﻧ ِﺱﺎَّﻨﻠِﻟ ْﻢُﻬَّﻠَﻌَﻟ
َﻥﻭُﺮَّﻜَﻔَﺘَﻳ
ُﻪَّﻠﻟﺍ َﻮُﻫ ﺎَﻟ ﻱِﺬَّﻟﺍ َﻪَﻟِﺇ َﻮُﻫ ﺎَّﻟِﺇ ِﺓَﺩﺎَﻬَّﺸﻟﺍَﻭ ِﺐْﻴَﻐْﻟﺍ ُﻢِﻟﺎَﻋ ُﻦَﻤْﺣَّﺮﻟﺍ َﻮُﻫ ُﻢﻴِﺣَّﺮﻟﺍ
ُﻪَّﻠﻟﺍ َﻮُﻫ ﺎَﻟ ﻱِﺬَّﻟﺍ َﻪَﻟِﺇ َﻮُﻫ ﺎَّﻟِﺇ ُﺱﻭُّﺪُﻘْﻟﺍ ُﻚِﻠَﻤْﻟﺍ ُﻦِﻣْﺆُﻤْﻟﺍ ُﻡﺎَﻠَّﺴﻟﺍ ُﺰﻳِﺰَﻌْﻟﺍ ُﻦِﻤْﻴَﻬُﻤْﻟﺍ ُﺭﺎَّﺒَﺠْﻟﺍ ُﺮِّﺒَﻜَﺘُﻤْﻟﺍ ِﻪَّﻠﻟﺍ َﻥﺎَﺤْﺒُﺳ ﺎَّﻤَﻋ
َﻥﻮُﻛِﺮْﺸُﻳ
ُﻪَّﻠﻟﺍ َﻮُﻫ ُﺉِﺭﺎَﺒْﻟﺍ ُﻖِﻟﺎَﺨْﻟﺍ ُﺭِّﻮَﺼُﻤْﻟﺍ ﻰَﻨْﺴُﺤْﻟﺍ ُﺀﺎَﻤْﺳَﺄْﻟﺍ ُﻪَﻟ ُﺢِّﺒَﺴُﻳ ﺎَﻣ ُﻪَﻟ ﻲِﻓ ِﺽْﺭَﺄْﻟﺍَﻭ ِﺕﺍَﻭﺎَﻤَّﺴﻟﺍ َﻮُﻫَﻭ ُﻢﻴِﻜَﺤْﻟﺍ ُﺰﻳِﺰَﻌْﻟﺍ

Selain ayat-ayat syifa' di atas, Syaikh Wahbah juga mengijazahkan shalawat Thibbil Qulub
untuk menyembuhkan sakit kepala.
Caranya dengan menutup mata dan menempelkan tangan pada kening kanan sebanyak 17 x (kalau tidak salah ustad penerjemah tadi salah menerjemahkan. beliau menerjemahkannya 10x.

Semoga Bermanfaat

Wasalam: Gus Rochim

Selasa, Februari 04, 2014

Rangkaian Hadits Isra' dan Mi'raj


Rangkaian Hadis Isra dan Mi'raj

Oleh: Gus Rochim

Pembedahan pertama sebelum kenabian

Dari Anas bin Malik, bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam didatangi Jibril Alaihi sallam ketika beliau bermain bersama anak-anak (sebayanya). Lalu beliau diambil, kemudian dibedah dadanya. Dikeluarkanlah jantung (qolbu, hati), lalu dikeluarkan dari jantung itu segumpal darah. Dia (Jibril) berkata: "Ini adalah bagian setan darimu." Kemudian jantungnya dibasuh dalam bejana emas dengan Air Zam Zam, lalu dikembalikan ke tempatnya semula. Sementara anak-anak tadi datang mengabarkan kepada ibunya, yaitu ibu susuannya. Mereka berkata: "Sesungguhnya Muhammad telah dibunuh." Kemudian mereka mendatanginya (Muhammad) dan beliau dalam keadaan berubah kulitnya (menjadi pucat). Anas berkata: "Dan sungguh aku pernah melihat bekas pembedahan itu di dada beliau."(HR Muslim (162.3), Kitab Iman, Bab Isra Rasulullah ke Langit dan Kewajiban Shalat.
Perkataan Anas tentang bekas pembedahan inilah yang mungkin sekarang dikenal sebagai jaringan parut.

Peristiwa ketika Isra

Pembedahan kedua sesudah kenabian
Qatadah: Telah mengisahi kami Anas bin Malik, dari Malik bin Sha'sha'ah radhiyallahu anhuma, ia telah berkata: Telah bersabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam: "Ketika aku di al-Bait (yaitu Baitullah atau Ka'bah) antara tidur dan jaga", kemudian beliau menyebutkan tentang seorang lelaki di antara dua orang lelaki. "Lalu didatangkan kepadaku bejana dari emas yang dipenuhi dengan kebijaksanaan dan keimanan. Kemudian aku dibedah dari tenggorokan hingga perut bagian bawah.

Lalu perutku dibasuh dengan Air Zam Zam, kemudian diisi dengan kebijaksanaan (hikmah) dan keimanan. Dan didatangkan kepadaku binatang putih yang lebih kecil dari kuda dan lebih besar dari baghal (peranakan kuda dan keledai), yaitu Buraq.(HR al-Bukhari (3207). Hadits ini akan dilanjutkan pada bagian Langit Ke-1.

Dari Anas bin Malik, ia telah berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW: "Aku didatangi mereka
(malaikat), kemudian mengajakku ke Sumur Zam Zam. Lalu dadaku dibedah, kemudian dibasuh dengan Air Zam Zam. Lalu aku dikembalikan."(HR Muslim (162.2), Kitab Iman, Bab Isra Rasulullah ke Langit dan Kewajiban Shalat.

Beliau SAW melihat gambaran para nabi dan umatnya

Dari Ibnu Abbas, ia telah berkata: Ketika Nabi SAW diisra`kan, beliau melewati seorang nabi dan beberapa nabi, dan bersama mereka ada banyak orang. Dan seorang nabi dan beberapa nabi, dan bersama mereka beberapa orang. Dan seorang nabi dan beberapa nabi, dan bersama mereka tidak ada seorangpun sampai beliau melewati kelompok yang besar. Aku berkata: “Siapa Ini?” Dijawablah (oleh Jibril): “Musa dan kaumnya. Akan tetapi angkatlah kepalamu, kemudian lihatlah!” Kemudian ada kelompok besar yang memenuhi ufuk dari sebelah sana dan dari sebelah sana. Lalu dikatakan (oleh Jibril): “Mereka adalah umatmu dan yang lainnya adalah kelompok dari umatmu yang berjumlah tujuh puluh ribu (70.000) orang yang akan masuk surga tanpa hisab (perhitungan amal).”

Kemudian beliau masuk (ke kamar beliau) dan mereka (para sahabat) tidak menanyai beliau dan beliau tidak merangkan kepada mereka. Maka mereka berkata: "Kami adalah mereka itu tadi". Dan ada pula yang berkata: "Mereka adalah anak-anak kami yang lahir dalam fitrah dan Islam".
Kemudian Nabi SAW keluar, lalu bersabda: "Mereka adalah orang-orang yang tidak berobat dengan besi panas, tidak meruqyah, dan tidak pula bertakhayul (tathayyur). Dan mereka bertawakal kepada Tuhan mereka.” Lantas Ukasyah bin Mihshan berdiri lalu berkata: “Saya termasuk mereka wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Ya.” Kemudian yang lain lagi berdiri lalu berkata pula: “Saya termasuk mereka?" Beliau menjawab: “Kamu telah didahului oleh Ukasyah (dalam bertanya demikian).”(HR at-Tirmidzi (2446). Beliau berkata: "Ini adalah hadits hasan shahih".

Dalam hadits ini terdapat tambahan seorang sahabat lagi yang mendapat kabar gembira akan masuk surga, yaitu Ukasyah bin Mihshan.
Beliau SAW bertemu beberapa kelompok malaikat dan mereka berwasiat sama untuk umat beliau Dia (Anas) berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW: "Tidaklah aku melewati sekelompok malaikat pada malam aku diisra`kan kecuali mereka berkata: Wahai Muhammad, suruhlah umatmu berbekam."(HR Ibnu Majah (3479), Kitab Pengobatan, Bab Bekam. Disahkan al-Albani dalam Shahih al-Jami` (II:5671), dan Takhrij al-Misykat (4544).
Dari Ibnu 'Abbas, bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda: "Tidaklah aku melewati sekelompok malaikat pada malam aku diisra`kan kecuali tiap mereka berkata kepadaku: Wajib bagimu wahai Muhammad untuk berbekam."(HR Ibnu Majah (3477), Kitab Pengobatan, Bab Bekam. Dishahihkan al-Albani dalam ash-Shahihah (V:2263) dan Shahih al-Jami` (II: 5672).

Rasulullah SAW bertemu Nabi Ibrahim yang berwasiat untuk umat beliau

Dari Ibnu Mas'ud, ia telah berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW: Aku bertemu Ibrahim pada malam aku diisra'kan. Iapun bertanya: "Wahai Muhammad, suruhlah umatmu mengucapkan salam kepadaku, dan kabarkanlah kepada mereka bahwa sesungguhnya surga subur tanahnya, manis airnya, dan terhampar luas. Dan bahwasanya tanamannya adalah (ucapan dzikir) Subhanallah, Alhamdulillah, La ilaha illallah, Allahu Akbar."(HR at-Tirmidzi (3462), Kitab Doa-Doa dari Rasulullah, Bab Dalil tentang Keutamaan Tasbih, Takbir,
Tahlil, dan Tahmid. Beliau berkata: Ini adalah hadits hasan gharib dari sisi ini dari hadits Ibnu Mas'ud. Dihasankan al-Albani dalam ash-Shahihah (I:105) dengan dua syahid (penguat) dari hadits Ibnu 'Umar dan hadits Abu Ayyub al-Anshari.

Rasulullah SAW mengimami shalat jama'ah para nabi di Masjid Al-Aqsha

Dari Abu Hurairah, ia telah berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW : "..... Dan sungguh telah
diperlihatkan kepadaku jama'ah para nabi. Adapun Musa, dia sedang berdiri shalat. Dia lelaki tinggi kekar seakan-akan dia termasuk suku Sanu'ah. Dan ada pula 'Isa bin Maryam alaihi`ssalam sedang berdiri shalat. Manusia yang paling mirip dengannya adalah 'Urwah bin Mas'ud ats-Tsaqafi. Ada pula Ibrahim 'alaihi`ssalam sedang berdiri shalat. Orang yang paling mirip dengannya adalah sahabat kalian ini, yakni beliau sendiri. Kemudian diserukanlah shalat. Lantas aku mengimami mereka. Seusai shalat, ada yang berkata (Jibril): "Wahai Muhammad, ini adalah Malik, penjaga neraka. Berilah salam kepadanya!" Akupun menoleh kepadanya, namun dia mendahuluiku memberi salam.(HR Muslim (172).

Beliau SAW melihat Nabi Musa, Nabi Isa, Dajjal, dan Malaikat Malik

Dari Anas bin Malik, bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda: "Pada malam aku diisra'kan aku melewati Musa di gundukan tanah merah ketika dia sedang shalat di dalam kuburnya."(HR Muslim (2375), Kitab Keutamaan-Keutamaan, Bab Sebagian Keutamaan Musa.
Dari Abu al-'Aliyah: Telah mengisahi kami sepupu Nabi kalian, yaitu Ibnu 'Abbas radhiya`llahu 'anhuma, dari Nabi SAW, beliau telah bersabda: "Pada malam aku diisra'kan aku telah melihat Musa, seorang lelaki berkulit sawo matang, tinggi kekar, seakan-akan dia adalah lelaki Suku Syanu'ah. Dan aku telah melihat 'Isa, seorang lelaki bertinggi sedang, berambut lurus. Dan aku juga telah melihat Malaikat Penjaga Neraka dan Dajjal" termasuk ayat yang telah diperlihatkan Allah kepada beliau. {maka janganlah kamu ragu tentang pertemuan dengannya (yaitu Musa) (as-Sajdah, 32: 23)}.

Dari Anas dan Abu Bakrah, dari Nabi SAW: "Malaikat-malaikat kota Madinah berjaga-jaga dari
Dajjal."(HR al-Bukhari (3239), Kitab Permulaaan Penciptaan, Bab Penyebutan Malaikat.
Disodorkan kepada beliau SAW dua gelas minuman Abu Hurairah telah berkata: Pada malam beliau diisra`kan, disodorkan kepada Rasulullah SAW dua gelas minuman: khamr (minuman keras) dan susu. Beliaupun melihat keduanya, lalu mengambil susu. Jibril berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki engkau kepada fitrah. Seandainya engkau mengambil khamr, niscaya binasalah umatmu."(HR al-Bukhari (4709), Kitab Tafsir al-Qur'an, Bab Firmannya {yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram (al-Isra', 17: 1)}.

Dari Abu Hurairah, ia telah berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW: Ketika aku diisra`kan, aku bertemu Musa. Dia berkata: Kemudian beliau menyifatkannya. Dia adalah lelaki, aku mengira beliau bersabda: Kurus, agak tinggi. Rambutnya ikal, seakan-akan dari suku Syanu'ah. Beliau bersabda:
Dan aku bertemu 'Isa. Dia berkata: Kemudian beliau menyifatkannya. Beliau bersabda: Tingginya sedang, berkulit kemerahan, seperti baru keluar dari Dimas, yaitu pemandian. Dan aku telah melihat Ibrahim. Beliau bersabda: Dan aku adalah keturunannya yang paling mirip dengannya.

Beliau bersabda: Dan disodorkan kepadaku dua gelas minuman. Salah satunya susu, dan yang lain khamr. Kemudian dikatakan kepadaku: Ambillah yang mana dari keduanya yang engkau kehendaki!

Akupun mengambil susu, kemudian meminumnya. Lalu dikatakan kepadaku: "Engkau telah ditunjuki kepada fitrah" atau "Engkau telah menepati fitrah. Adapun sungguh seandainya engkau mengambil khamr, niscaya binasalah umatmu."(HR at-Tirmidzi (3130), Kitab Tafsir al-Qur`an dari Rasulullah, Bab Dan Dari Surah Bani Isra`il.
Beliau berkata: "Ini adalah hadits hasan shahih."

Peristiwa ketika Mi'raj

Langit Ke-1 (ar-Rafii'ah): Adam

Akupun pergi bersama Jibril hingga kami mendatangi Langit Dunia. Ada yang bertanya: "Siapa ini?", dia menjawab: "Jibril". Ditanya lagi: "Siapa bersamamu?", dia menjawab: "Muhammad". Ditanya lagi: "Dan sudah waktunya ia diutus kepada-Nya?", dia menjawab: "Ya". Dikatakanlah: "Selamat datang untuknya dan sungguh sebaik-baik pendatang telah tiba". Begitu menjumpai Adam, aku memberinya salam. Diapun berkata: "Selamat datang untukmu wahai anak dan nabi!".

Langit Ke-2 (al-Maa'uun): Isa dan Yahya

Kemudian kami mendatangi Langit Kedua. Ada yang bertanya: "Siapa ini?", dia menjawab: "Jibril".
Ditanya lagi: "Siapa bersamamu?", dia menjawab: "Muhammad". Ditanya lagi: "Sudah waktunya ia diutus kepada-Nya?", dia menjawab: "Ya". Dikatakanlah: "Selamat datang untuknya dan sungguh sebaik-baik pendatang telah tiba". Ketika menjumpai Isa dan Yahya, keduanya berkata: "Selamat datang untukmu, wahai saudara dan nabi!".

Langit Ke-3 (al-Maziinah): Yusuf

Lalu kami mendatangi Langit Ketiga. Ada yang bertanya: "Siapa ini?", dia menjawab: "Jibril". Ditanya lagi: "Siapa bersamamu?", dia menjawab: "Muhammad". Ditanya lagi: "Dan sudah waktunya ia diutus kepada-Nya?", dia menjawab: "Ya". Dikatakanlah: "Selamat datang untuknya dan sungguh sebaik-baik pendatang telah tiba". Saat menjumpai Yusuf, aku memberinya salam. Dia berkata:"Selamat datang untukmu, wahai saudara dan nabi!".

Langit Ke-4 (az-Zahirah): Idris

Lantas kami mendatangi Langit Keempat. Ada yang bertanya: "Siapa ini?", dia menjawab: "Jibril".
Ditanya: "Siapa bersamamu?", dia menjawab: "Muhammad". Ditanya lagi: "Dan telah waktunya ia diutus kepada-Nya?", dia menjawab: "Ya". Dikatakanlah: "Selamat datang untuknya dan sebaik-baik pendatang telah tiba". Tatkala menjumpai Idris, aku memberinya salam. Diapun berkata: "Selamat datang untukmu, wahai saudara dan nabi!".

Langit Ke-5 (al-Muniirah): Harun

Kemudian kami mendatangi Langit Kelima. Ada yang bertanya: "Siapa ini?", dia menjawab: "Jibril".
Ditanya: "Siapa bersamamu?", dia menjawab: "Muhammad". Ditanya lagi: "Dan sudah waktunya ia diutus kepada-Nya?", dia menjawab: "Ya". Dikatakanlah: "Selamat datang untuknya dan sungguh sebaik-baik pendatang telah tiba". Saat kami menjumpai Harun, aku memberinya salam. Diapun menjawab: "Selamat datang untukmu, wahai saudara dan nabi!".

Langit Ke-6 (al-Khaliishah): Musa

Lantas kami mendatangi Langit Keenam. Ada yang bertanya: "Siapa ini?", dia menjawab: "Jibril".
Ditanya: "Siapa bersamamu?", dia menjawab: "Muhammad". Dikatakan: "Dan sudah waktunya ia diutus kepada-Nya? Selamat datang untuknya dan sebaik-baik pendatang telah tiba." Ketika menjumpai Musa, aku memberinya salam. Diapun dia berkata: "Selamat datang untukmu, wahai saudara dan nabi!". Tatkala aku berlalu, dia menangis sehingga ditanya: "Apa yang menyebabkanmu menangis?". Dia menjawab: "Wahai Tuhan, (yang menyebabkanku menangis yaitu) pemuda ini yang diutus sesudahku. Umatnya yang masuk surga lebih utama daripada umatku yang memasukinya."

Langit Ke-7 (al-Ajiibah): Ibrahim

Lalu kami mendatangi Langit Ketujuh. Ada yang bertanya: "Siapa ini?", dia menjawab: "Jibril".
Ditanya: "Siapa bersamamu?", dia menjawab: "Muhammad". Dikatakanlah: "Dan telah waktunya ia diutus kepada-Nya? Selamat datang untuknya dan sungguh sebaik-baik pendatang telah tiba." Saat menjumpai Ibrahim, aku memberinya salam. Diapun berkata: "Selamat datang untukmu, wahai putra dan nabi!".

Bait al-Makmur

Tatkala dinaikkan ke Baitul Makmur, aku menanyai Jibril. Maka ia menjawab: "Ini adalah Baitul Makmur. Setiap hari di dalamnya shalat tujuh puluh ribu (70.000) malaikat. Jika mereka telah keluar,mereka tidak akan pernah kembali lagi ke sana sampai yang terakhir dari mereka."

Peristiwa di Sidratul Muntaha

Dan aku dinaikkan ke Sidratul Muntaha yang mana buahnya seperti bejana batu dan daunnya seperti telinga gajah. Pada akarnya terdapat empat sungai: dua sungai batin dan dua sungai lahir.
Begitu kutanyai Jibril, ia menjawab: "Adapun dua yang batin (tidak tampak dari dunia) berada di surga, sedangkan dua yang lahir (tampak di dunia) adalah Nil dan Eufrat." Kemudian aku diwajibkan lima puluh shalat.(HR al-Bukhari (3207).

Peristiwa di Surga

Dari Anas bin Malik, dari Nabi {{{SAW}}}, beliau telah bersabda: Ketika aku jalan-jalan di Surga, aku mendekati sungai yang di kedua bantarannya terdapat kubah-kubah dari rangkaian mutiara. Aku bertanya: "Apa ini wahai Jibril?" Ia menjawab: "Ini adalah al-Kautsar yang diberikan Tuhanmu kepadamu." Maka ingatlah (ketahuilah) oleh kalian bahwa tanahnya atau debunya adalah kesturi yang harum semerbak.(HR al-Bukhari (6581), Kitab Kelembutan Hati, Bab Tentang al-Kautsar)

Peristiwa di Neraka

Dari Anas bin Malik, ia telah berkata: Telah bersabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam: Ketika aku dimi'rajkan [Tuhanku yang Maha Perkasa lagi Maha Tinggi], aku melewati suatu kaum yang mempunyai kuku-kuku dari tembaga. Mereka mencakari wajah-wajah dan dada-dada mereka. Aku bertanya: "Siapa mereka wahai Jibril?" Ia menjawab: "Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia dan menumpuk-numpuk harta."(HR Abu Dawud (4878), Kitab Adab, Bab Tentang Ghibah. Menurut al-Albani hadits ini shahih lighairih dalam ash-Shahihah (II: 533) dan Shahih at-Targhib (III: 2839). Sebelumnya dalam Takhrij al-Misykat (III: 5046) beliau belum menetapkan derajatnya.

Langit Ke-6: Saran Musa

Saat aku kembali (turun) hingga menjumpai Musa, ia bertanya: "Apa yang engkau bawa?".Kujawab:"Aku diwajibkan lima puluh shalat". Ia berkata: "Aku lebih mengetahui manusia daripadamu. Aku telah berurusan dengan Bani Israil dengan urusan yang sulit. Dan sesungguhnya umatmu tidak akan mampu. Maka kembalilah kepada Tuhanmu, kemudian mintalah (keringanan) kepada-Nya."

Sidratul Muntaha: Keringanan kewajiban shalat

Oleh karena itu aku kembali. Akupun meminta (keringanan) kepada-Nya sehingga Dia
menjadikannya empat puluh.

Langit Ke-6, Sidrat al-Muntaha

Kemudian seperti tadi (ketika bertemu Musa), lalu tiga puluh. Kemudian seperti tadi sehingga Dia jadikan dua puluh. Kemudian seperti tadi sehingga Dia jadikan sepuluh. Ketika aku bertemu Musa,ia berkata seperti tadi. Dia pun menjadikannya lima.

Langit Ke-6: Berserah diri

Tatkala aku bertemu Musa, ia berkata: "Apa yang engkau bawa?". Begitu kujawab: "Dia jadikan lima", ia (masih) berkata seperti tadi. Maka aku katakan: "Aku berserah diri dengan baik", sehingga diserukanlah: "Sesungguhnya Aku (Allah) telah menetapkan kewajiban-Ku serta meringankan hamba-Ku, dan Aku akan memberi pahala kebajikan sepuluh kalinya."
HR al-Bukhari (3207) dengan redaksi sebagaimana telah dikemukakan panjang lebar, an-Nasai (448), dan Ahmad (17378 & 17381).

Peristiwa Sepulang Isra Mi'raj

Isra Mi'raj merupakan ujian keimanan bagi manusia

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma tentang firman-Nya Ta'ala: "Dan Kami tidak menjadikan penglihatan yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia" (al-Isra', 17: 60). Ia berkata: Itu adalah dengan mata yang telah dilihat Rasulullah SAW pada malam beliau diisra'kan ke Bait al-Maqdis. Ia berkata: "dan pohon kayu yang terkutuk dalam Al-Qur'an", ia berkata: Itu adalah Pohon Zaqqum.(HR al-Bukhari (3888), Kitab Manaqib, Bab Mi'raj.

Rasululullah SAW menceritakan Isra Mi'raj dan melihat gambaran Baitul Maqdis

Dari Ibnu Abbas, ia telah berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW: Ketika malam aku diisra'kan dan subuhnya aku telah sampai di Makkah, aku mengkhawatirkan urusanku, dan aku tahu bahwasanya manusia akan mendustakanku. Kemudian aku duduk bersedih hati.
Ia Ibnu Abbas) berkata: Kemudian melintaslah musuh Allah, Abu Jahl. Dia datang sehingga duduk di dekat beliau, kemudian berkata kepada beliau: Kamu tampak bersedih, apakah ada sesuatu?.

Rasulullah SAW pun menjawab: Ya. Dia berkata: Apa itu? Beliau menjawab: Sesungguhnya aku diisra'kan malam tadi. Dia berkata: Ke mana? Beliau menjawab: Ke Bait al-Maqdis. Dia bertanya: Kemudian engkau subuh sudah ada di hadapan kami (di Makkah ini)? Beliau jawab: Ya. Ia berkata: Namun dia tidak menampakkan sikap bahwa dia mendustakannya karena takut beliau tidak mau menceritakan hal itu lagi jika kaumnya dipanggilkannya. Dia berkata: Tahukah engkau, jika engkau hendak mendakwahi kaummu, kau harus kisahi mereka apa yang barusan kau ceritakan padaku.
Rasulullah SAW pun menjawab: Ya.

Kemudian dia berseru: Kemarilah wahai penduduk Bani Ka'ab bin Lu`ai! Lalu mereka berkumpul kepadanya datang sampai duduk mengelilingi keduanya. Dia berkata: Kisahi kaummu apa yang telah engkau kisahkan kepadaku. Rasulullah SAW pun berkata: Sesungguhnya malam tadi aku diisra'kan.
Mereka bertanya: Ke mana? Kujawab: Ke Bait al-Maqdis. Mereka bertanya: Kemudian subuh engkau berada di depan kami. Beliau menjawab: Ya.

Ia (Ibnu Abbas) berkata: Maka ada yang bersorak dan ada yang meletakkan tangannya di atas kepala heran atas kebohongan itu (menurut mereka). Mereka berkata: Dan apakah engkau dapat menyifatkan kepada kami masjid itu? Dan di antara penduduk ada yang pernah pergi ke negeri itu dan pernah melihat masjid itu. Maka Rasulullah SAW bersabda: "Maka aku mulai menyebutkan ciri-cirinya dan tidaklah aku berhenti menyifatkan sehingga aku lupa beberapa cirinya." Beliau bersabda: "Lantas didatangkanlah masjid sampai diletakkan tanpa kesamaran sehingga aku dapat melihat(nya). Maka aku menyifatkannya dengan melihat hal itu."
Ia berkata: Dan sampai ini, ada sifat yang tidak aku hafal.
Ia berkata: Kemudian ada kaum yang berkata: "Adapun sifat tersebut, demi Allah, ia benar."
(HR Ahmad (2680). Disahkan al-Albani dalam ash-Shahihah (VII: 3021).

Hasan dan Abu Zaid telah berkata: Abdu`sh Shamad telah berkata: Telah mengisahi kami Hilal, dari Ikrimah, dari Ibnu 'Abbas, ia telah berkata: Nabi SAW diisra'kan ke Bait al-Maqdis. Kemudian sekembalinya dari malamnya itu, beliaupun mengisahi mereka (umat manusia) mengenai perjalanannya, ciri-ciri Bait al-Maqdis dan unta-unta mereka. Maka saling berbincanglah (gemparlah) manusia
.
Hasan berkata: Kami membenarkan Muhammad terhadap apa yang diucapkannnya. Lalu banyak orang yang kembali kafir. Kemudian Allah menebas leher-leher mereka bersama-sama dengan Abu Jahal (ketika Perang Badar). Dan Abu Jahal berkata: "Muhammad menakut-nakuti kita dengan Pohon Zaqqum (terlaknat). Bawalah kemari kurma dan mentega, kemudian laknatlah ia." Dan beliau telah melihat Dajjal dalam bentuknya dengan mata kepala, bukan ketika mimpi saat tidur; 'Isa, Musa, dan Ibrahim semoga shalawat Allah atas mereka. Kemudian Nabi SAW ditanya tentang (ciri-ciri) Dajjal.
Beliaupun menjawab: "Tinggi dan besar."
Hasan berkata: Beliau berkata: "Aku melihatnya berkulit putih, tinggi besar. Salah satu matanya juling seperti bintang yang bersinar. Rambut kepalanya seperti ranting-ranting pohon. Dan aku melihat 'Isa sebagai pemuda berkulit putih, kepalanya tegak, bermata tajam, bertubuh bagus. Dan aku melihat Musa (yang) kekar, berkulit sawo matang, (dan) berambut lebat."Hasan berkata (melanjutkan riwayat marfu' tadi): "Rambutnya indah. Dan aku melihat Ibrahim,maka aku tidak melihat salah satu cirinya kecuali aku melihatnya ada pada diriku. Seakan-akan dia adalah sahabat kalian ini (yaitu Rasulullah sendiri). Kemudian Jibril 'alaihi`s salam berkata:"Berilah salam kepada Malik (malaikat penjaga neraka)", maka aku mengucapkan salam kepadanya."(HR Ahmad (3365). Isnadnya hasan menurut al-Albani.

Dari Abu Hurairah, ia telah berkata: Telah bersabda Rasulullah n : "Sungguh aku telah melihat di al-Hijr dan orang-orang Quraisy menanyaiku tentang perjalanan malamku (isra). Mereka menanyaiku tentang hal-hal dari Baitul Maqdis yang tidak kuperhatikan. Maka akupun gelisah dengan kegelisahan yang belum pernah kurasakan sebelumnya." Beliau bersabda: "Kemudian Allah menampakkan (gambaran Baitul Maqdis) untukku sehingga aku melihat kepadanya. Tidaklah aku ditanya tentang sesuatupun (mengenai Baitul Maqdis) kecuali aku kabarkan hal itu kepada mereka.

Dan sungguh telah diperlihatkan kepadaku jama'ah para nabi. Adapun Musa, dia sedang berdiri shalat. Dia lelaki tinggi kekar seakan-akan dia termasuk suku Syanu'ah. Dan ada pula Isa bin Maryam p sedang berdiri shalat. Manusia yang paling mirip dengannya adalah Urwah bin Mas'ud ats-Tsaqafi. Ada pula Ibrahim p sedang berdiri shalat. Orang yang paling mirip dengannya adalah sahabat kalian ini, yakni beliau sendiri. Kemudian diserukanlah shalat. Lantas aku mengimami mereka. Seusai shalat, ada yang berkata: Wahai Muhammad; ini adalah Malik, penjaga neraka.
Berilah salam kepadanya. Akupun menoleh kepadanya, namun dia mendahuluiku memberi salam."(HR Muslim (172), Kitab Iman, Bab Penyebutan al-Masih bin Maryam dan al-Masih ad-Dajjal.

Ketika Suku Quraisy mendustakanku [ketika aku diisrakan ke Baitul Maqdis], aku berdiri di al-Hijr.

Kemudian Allah menampakkan Baitul Maqdis bagiku. Akupun menerangkan kepada mereka tentang ciri-cirinya sementara aku melihat (penampakan) itu.(HR al-Bukhari (3886) & [4710] - redaksi di atas, Ahmad, al-Baihaqi, at-Tirmidzi, dan an-Nasai dari Jabir. Takhrij hadits dalam Shahih al-Jami' (II: 5215).

Abu Bakar memperoleh julukan ash-Shiddiq

Saat Nabi SAW diisrakan ke Masjid al-Aqsha, subuhnya orang-orang membicarakan hal itu. Maka sebagian orang murtad dari yang awalnya beriman dan membenarkan beliau. Mereka
memberitahukan hal itu kepada Abu Bakar radhiya`llahu anhu. Mereka bertanya: "Apa pendapatmu tentang sahabatmu yang mengaku bahwasanya dia diisrakan malam tadi ke Baitul Maqdis?" Dia (Abu Bakar) menjawab: "Apakah ia berkata demikian?" Mereka berkata: Ya. Dia menjawab: "Jika ia mengatakan itu, maka sungguh ia telah (berkata) jujur." Mereka berkata: "Apakah engkau membenarkannya bahwasanya dia pergi malam tadi ke Baitul Maqdis dan sudah pulang sebelum subuh?" Dia menjawab: "Ya, sungguh aku membenarkannya (bahkan) yang lebih jauh dari itu. Aku membenarkannya terhadap berita langit (yang datang) di waktu pagi maupun sore." Maka karena hal itulah, Abu Bakar diberi nama ash-Shiddiq (orang yang membenarkan).(HR al-Hakim dari Aisyah radhiyallahu anha. Shahih lighairih menurut al-Albani dalam ash-Shahihah (I: 306).

Datang sekelompok orang-orang Quraisy kepada Abu Bakar. Mereka kemudian berkata: "Apa
pendapatmu tentang sahabatmu ! Ia mengaku bahwasanya dia mendatangi Baitul Maqdis, kemudian pulang ke Makkah dalam satu malam saja ?! Abu Bakar menjawab: "Apakah ia berkata demikian?"
Mereka berkata: "Ya." Dia menjawab: "Sungguh ia telah jujur." (menurut riwayat al-Baihaqi: Dia menjawab: "Ya, sungguh aku membenarkannya bahkan yang lebih jauh dari itu. Aku
membenarkannya terhadap berita langit." Dia berkata: Maka karena itulah, dia diberi nama ash-Shiddiq).(HR Qasim bin Tsabit (dan al-Baihaqi) dalam ad-Dalail mereka masing-masing dari Jabir (al-Isra, h.60-61).

(Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas)

Jumat, Januari 31, 2014

Tiga Macam Nafsu Manusia Menurut Al-Qur'an

Tiga Macam Nafsu Manusia Menurut Alquran

Al-quran telah membagi tiga tingkatan nafsu manusia:

1. Nafsu Ammarah

Sumber pertama yang merupakan pangkal dan daripadanya tim¬bul semua keadaan thobi’i
(Keadaan alamiah) manusia, Alquran Suci menamakan-nya nafs ammarah, seba¬gaimana dikatakan-Nya:

“…Sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kepada kejahatan..” (Q.S 12:53).

Yakni, adalah ciri khas nafs ammarah bahwa ia membawa manusia kepada keburukan yang
bertentangan dengan kesempurnaannya serta bertolak belakang dari keadaan akhlaknya dan ia menginginkan manusia supaya berjalan pada jalan yang tidak baik dan buruk.
Ringkasnya, melangkahnya manusia ke arah pelanggaran dan keburuk¬an adalah suatu keadaan yang secara alami menguasai dirinya, sebelum ia mencapai keadaan akhlaki. Sebelum manusia melangkah dengan dinaungi oleh akal dan makrifat (pengetahuan), keadaan ini dinamai keadaan thobi’i (pembawaan alami). Bahkan seperti halnya hewan-hewan berkaki empat, di dalam kebiasaan mereka makan minum, tidur bangun, menunjukkan emosi dan naik darah, dan begitu juga kebiasaan kebiasaan lainnya, manusia ikut kepada dorongan thobi’inya. Dan manakala manusia tunduk kepada akal dan makrifat serta memperhatikan timbang rasa, maka saat itu keadaan ketiga tersebut tidak lagi dinamakan keadaan-keadaan thobi’i, melainkan saat itu keadaan-keadaan ini disebut keadaan-keadaan akhlaki.

2. Nafsu Lawwamah

Keadaan kedua, yaitu Tingkatan akhlaki yang dalam Al-Qur’an dinamai nafsu lawwamah.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala di dalam Alquran Suci:

“Dan aku bersumpah demi jiwa yang selalu menyesali dirinya sendiri. (Q.S 75:2)”.

Yakni, nafs (jiwa) yang menyesali dirinya sendiri atas perbuatan buruk dan setiap pelanggarannya.
Nafs lawwamah ini merupakan sumber kedua bagi keadaan keada¬an manusia yang daripadanya timbul keadaan akhlaki; dan sesampai¬nya ke martabat itu manusia terlepas dari keadaan yang menyerupai keadaan hewan hewan lainnya. Dinamai lawwamah karena dia mencela manusia atas keburukannya dan tidak senang kalau manusia bertingkah-laku sewenang-wenang dalam memenuhi keinginan-keinginan thobi’i-nya dan men¬jalani hidup seperti hewan-hewan berkaki empat. Bahkan ia menghendaki supaya manusia menghayati keadaan-keadaan yang baik serta memiliki budi pekerti luhur, dan dalam usaha memenuhi segala keperluan hidupnya manusia jangan sekali pun melakukan pelanggaran, dan ia menghendaki agar perasaan perasaan serta hasrat hasrat thobi’inya diberi penyaluran yang sesuai dengan pertimbangan akal. Jadi, karena dia menyesali tindakan yang buruk, maka ia dinamai nafs lawwamah, yaitu jiwa yang sangat menyesali.

Disisi lain, walaupun nafs lawwamah tidak menyukai dorongan-dorongan thobi’i, bahkan selalu menyesali dirinya sendiri, akan tetapi dalam melaksana¬kan kebaikan kebaikan ia belum dapat menguasai diri sepenuhnya. Kadang-kadang dorongan-dorongan thobi’i mengalahkannya,kemudian ia tergelincir dan jatuh. Bagaikan seorang anak kecil yang lemah, walau¬pun tidak mau jatuh, namun karena lemahnya ia jatuh juga, lalu ia menyesali diri sendiri atas kelemahannya.

Ringkasnya, ini merupakan keadaan akhlaki bagi jiwa tatkala di dalam dirinya telah terhimpun akhlak fadhilah (budi pekerti luhur) dan dia sudah jera dari kedurhakaan, akan tetapi belum lagi dapat menguasai diri sepenuhnya.

3. Nafsu Muthmainnah

Kemudian ada sumber ketiga yang boleh dikatakan sumber keadaan keadaan rohani. Alquran Suci menyebut sumber ini nafs muthmainnah, sebagaimana dikatakannya:

“Hai jiwa yang tenteram dan mendapat ketenteraman dari Tuhan! Kembalilah kepada
Rabb mu! Kamu senang kepada Nya dan Dia senang kepadamu. Maka bergabunglah
dengan hamba hamba Ku dan masuklah ke dalam surga Ku”. (Q.S. 89:27 30).

Inilah martabat dimana jiwa manusia memperoleh najah (keselamatan) dari segala kelemah¬an,lalu dipenuhi oleh kekuatan kekuatan rohaniah dan sedemikian rupa melekat jadi satu dengan Allah Ta’ala sehingga ia tidak dapat hidup tanpa Dia. Laksana air mengalir dari atas ke bawah yang karena banyaknya dan tiada sesuatu yang menghambat¬nya, maka air itu terjun dengan deras,begitu pula jiwa manusia tak henti hentinya mengalir terus dan menjurus ke arah Tuhan. Ke arah ini-lah Allah Ta’ala mengisyaratkan,

"Hai jiwa yang mendapat ketenteraman dari Tu¬han! Kembalilah kepada-Nya!”

Jadi, inilah tiga keadaan yang dengan kata lain dapat disebut keadaan keadaan thobi’i, akhlaki, dan rohani.
Jika ada pertanyaan, apa pengaruh Alquran Suci terhadap keadaan-keadaan thobi’i manusia, dan bimbingan apakah yang diberi¬kannya dalam hal itu, serta secara amal, sampai batas manakah yang di¬perkenankannya?

Hendaklah diketahui bahwa menurut Alquran Suci keadaan-keadaan thobi’i manusia mempunyai hubungan yang erat sekali dengan keadaan-keadaan akhlaki serta rohaninya. Bahkan, cara manusia makan-minum pun mempengaruhi keadaan keadaan akhlaki dan rohani manusia. Jika keadaan-keadaan thobi’i dipergunakan sesuai dengan bimbingan-bimbingan syariat, maka sebagaimana benda apa pun yang jatuh ke dalam tambang garam akan berubah menjadi garam juga, seperti itu pula semua keadaan tersebut berubah menjadi nilai nilai akhlak dan memberi pengaruh yang mendalam sekali pada kerohanian. Oleh karena itu, Alquran Suci amat memperhati¬kan kebersihan jasmani, tata tertib jasmani, dan keseimbangan jasmani dalam usahanya mencapai tujuan segala ibadah, kesucian batin, ke¬khusyukan, dan kerendahan hati.

Jika kita merenungkan Firman suci Allah ta’ala dan memperhatikan maka di dalam ajarannya
terkandung kaidah-kaidah guna perbaikan pada keadaan thobi’i (alamiah), lalu secara perlahan mengangkatnya keatas dan mengantarkannya sampai ke derajat tertinggi kerohanian.

Pertama, Allah berkehendak melepaskan manusia dari cara-cara hewani dengan mengajarkan kepadanya: cara duduk, bangun, makan-minum, bercakap‑cakap dan segala macam tata-cara hidup bermasyarakat. Dan dengan menganugerahkan perbedaan nyata dari kesamaan terhadap hewan, Dia mengajarkan suatu derajat dasar keadaan akhlaki yang dapat dinamakan adab dan tata krama.

Kedua, Lalu Dia memberikan keseimbangan pada kebiasaan-kebiasaan alami manusia yang dengan kata lain dapat disebut akhlaq razilah (akhlak rendah), sehingga dengan mencapai keseimbangan itu, ia dapat masuk ke dalam warna akhlaq fadhilah (akhlak tinggi). Akan tetapi, kedua langkah ini, pada hakikatnya sama, sebab bertalian dengan perbaikan keadaan-keadaan thobi’i. Hanya perbedaan tinggi danrendah sajalah yang menjadikannya dua macam. Dan Sang Maha Bjaksana telah mengemukakan tatanan akhlak dengan cara demikian sehingga melaluinya manusia dapat maju dari akhlak rendah mencapai akhlak tinggi. Ketiga, Dan selanjutnya Dia telah menetapkan tingkat kemajuan ketiga, yakni manusia tenggelam dalam kecintaan dan keridhoan Sang Maha Pencipta‑nya Yang Hakiki, serta segenap wujudnya menjadi milik Allah. Inilah suatu tingkat yang untuk mengingatkannya, maka agama orang-orang Muslim telah diberi nama Islam.
Sebab, yang disebut Islam ialah penyerahan diri secara sempurna kepada Tuhan dan tidak
menyisihkan sesuatu bagi dirinya sendiri. (lih. Qs. 2: 112, 6:162-164, 3:31).

Menurut Alquran suci, keadaan thobi’i (alami) manusia yang bersumber dan berpangkal dari nafs amarah itu bukanlah sesuatu yang terpisah dari keadaan‑keadaan akhlaki. Keadaan-keadaan alami itu apabila dikendalikan oleh kemauan tertentu serta menggunakan pertimbangan akal menyesuaikan dengan situasi dan kondisi, maka keadaan-keadaan alami itu akan berubah coraknya menjadi nilai akhlak. Begitu pula keadaan-keadaan akhlaki bukanlah sesuatu yang terpisah dari keadaan-keadaan rohani. Melainkan keadaan-keadaan akhlaki itulah yang dengan menghilangkan diri sepenuhnya dalam wujud Allah serta membersihkan diri serta memutuskan segala hubungan hanya untuk Allah – akan mengambil corak kerohanian.

Jadi selama selama keadaan alamiah kita tidak beralih kepada warna akhlak selama itu manusia tidak layak mendapat pujian, sebab keadaan alami juga terdapat pada hewan-hewan bahkan tumbuhan.  Begitu pula dengan hanya memiliki sifat akhlak saja manusia tidak akan dapat menghayati kehidupan rohani. Sebab keadaan itu juga dimiliki oleh orang-orang yang tidak mengenal Tuhan sekalipun, yang juga memperlihatkan budipekerti yang baik. Orang yang jahat bahkan binatang sekalipun memiliki juga sifat-sifat semacam itu. Sebagian kita dapati ada sebagian orang karena dasar kasih sayang dan kesantunan tidak tega membunuh binatang, tidak mau makan atau memakai sesuatu yang darinya telah mengorbankan nyawa binatang.

Kita mengakui semua hal itu, akan tetapi kita tidak sekali-kali dapat mengakui bahwa semua
keadaan alami itu dapat disebut akhlak, atau hanya dengan cara-cara itu sendiri dapat
membersihkan kotoran-kotoran batin yang merintangi jalan untuk berjuma dengan zat Allah Ta’ala.

Atau keadaan itu dapat menjadi sarana untuk mencapai derajat perikemanusiaan yang tinggi, sebab sikap dan keadaan serupa itu dimiliki oleh binatang berkaki empat yang bahkan sedikit lebih maju tingkatannya.

Tingkat kerohanian itu sebenarnya diperoleh melalui penggunaan setiap kodrat menurut keadaan serta kesempatan pada tempatnya, dan dengan melangkah dengan setia pada jalan Allah dan menyerahkan diri kepada kehendak-Nya. Adapun tanda orang yang menyerahkan diri kepada Tuhan itu ialah, ia tidak dapat menjalani hidup tanpa Dia (Allah).
Seorang arif adalah ibarat seekor ikan yang disembelih dengan tangan Tuhan; seekor ikan yang hidup di perairan cinta Ilahi.

Hukumnya Merayakan Natal Bagi Umat Muslim

Perayaan Natal Bersama pada akhir-akhir ini disalah artikan oleh sebagian Ummat Islam dan
disangka dengan Ummat Islam merayakan Maulid Nabi Besar Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
Karena salah pengertian tersebut ada sebagian orang Islam yang ikut dalam perayaan Natal dan duduk dalam kepanitiaan Natal.

Perayaan Natal bagi orang-orang Kristen adalah merupakan ibadah Menimbang:
Ummat Islam perlu mendapat petunjuk yang jelas tentang Perayaan
Natal Bersama.
Ummat Islam agar tidak mencampur adukan aqidah dan ibadahnya
dengan aqidah dan ibadah agama lain.
Ummat Islam harus berusaha untuk menambah Iman dan Taqwanya
kepada Allah Subhanahu WaTa'ala
Tanpa mengurangi usaha Ummat Islam dalam kerukunan antar Ummat Beragama di Indonesia

Meneliti Kembali:
Ajaran-ajaran Agama Islam, antara lain:
A. Bahwa Islam diperbolehkan untuk bekerja sama dan bergaul dengan Ummat agama-agama lain dalam masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah keduniaan, berdasarkan atas :

Al-Qur’an Surat al Hujurat ayat 13
Artinya, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS.49:13)

Al-Qur’an surat lukman ayat : 15
Artinya, “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan
dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. 31:15)

Al-Qur’an surat Mumtahanah ayat 8
Artinya, “Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. 60:8)

B.Bahwa Ummat Islam tidal boleh mencampuradukan aqidah dan
peribadatan agamanya dengan aqidah dan peribadatan agama lain berdasarkan:

Al-Qur’an surat al-Kafirun: ayat 1-6.
Artinya, “Katakanlah:"Hai orang-orang kafir!" (QS. 109:1)
“aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.” (QS. 109:2) “Dan kamu bukan penyembah Ilah yang aku sembah.” (QS. 109:3) “Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah (QS. 109:4).
“dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Ilah yang aku sembah.” (QS. 109:5)
“Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku.” (QS. 109:6)

Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat: 42
Artinya, ”Dan janganlah kamu campur-adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.” (QS. 2:42).

C.Bahwa Ummat Islam harus mengakui kenabian dan kerasulan Isa Al
Masih bin Maryam sebagaimana pengakuan mereka kepada para nabi dan Rasul yang lain,
berdasarkan atas :

Al-Qur’an surat Maryam ayat : 30-32
Artinya, “Berkata Isa:"Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia manjadikan aku seorang nabi.” (QS. 19:30).
“dan dia menjadikan aku seorang yang berbakti di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup.” (QS. 19:31)
“dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” (QS.19:32).

Al-Qur’an surat al Maidah ayat : 75
Artinya, “Al-Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana
mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu).” (QS. 5:75)

Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat: 285.
Artinya, “Rasul telah beriman kepada al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan):"Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan:"Kami dengar dan kami ta'at". (Mereka berdoa):"Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali." (QS. 2:285).

D.Bahwa barangsiapa berkeyakinan Bahwa Tuhan itu lebih dari Satu, Tuhan itu mempunyai anak, Isa al Masih itu anaknya, maka orang itu kafir dan musyrik, berdasarkan atas:

Al-Qur’an surat al Maidah ayat: 72
Artinya, “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata, "Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putera Maryam", padahal Al-Masih (sendiri) berkata:"Hai Bani Israil, sembahlah Allah Rabbku dan Rabbmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah,maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (QS. 5:72)

Al-Qur’an surat al Maidah ayat: 73.
Artinya, “Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan:"Bahwanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali- kali tidak ada Ilah (yang kelak berhak disembah) selain Ilah Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang- orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” (QS. 5:73).

Al-Qur’an surat at Taubah ayat: 30
Artinya, “Orang-orang Yahudi berkata:"Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani berkata:"Al-Masih itu putera Allah". Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perrkataan orang-orang kafir terdahulu. Dila'nati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling.” (QS. 9:30).

E.Bahwa Allah pada hari kiamat nanti akan menanyakan Isa, apakah dia pada waktu di dunia
menyuruh kaumnya, agar mereka mengakui Isa dan Ibunya (Maryam) sebagai Tuhan. Isa menjawab “Tidak”: Hal itu berdasarkan atas:

Al-Qur’an surat al Maidah ayat: 116-118
Artinya, “Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman:"Hai 'Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia:"Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Ilah selain Allah". 'Isa menjawab:"Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engaku telah mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib." (QS. 5:116).
“Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakannya) yaitu:"Sembahlah Allah, Rabbku dan Rabbmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka.
Dan Engkau adalah Maha Meyaksikan atas segala sesuatu.” (QS. 5:117) “Jika engkau menyiksa
mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba- hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. 5:118)

F.Islam mengajarkan bahwa Allah Subhanahu WaTa'ala itu hanya satu, berdasarkan atas: al-Qur’an surat al-Ikhlas ayat: 1-4
Artinya, “Katakanlah:"Dialah Allah, Yang Maha Esa." (QS. 112:1)
“Allah adalah Ilah yang bergantung kepada-Nya segala urusan.” (QS. 112:2)
“Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan.” (QS. 112:3)
“dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.” (QS. 112:4)

G.Islam mengajarkan kepada ummatnya untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang syubhat dan dari larangan Allah Subhanahu WaTa'ala serta untuk mendahulukan menolak kerusakan dari pada menarik kemaslahatan,berdasarkan atas:

Hadits Nabi dari Nu’man bin Basyir:
Artinya, “ Sesungguhnya apa-apa yang halal itu jelas dan apa-apa yang haram itu pun telah jelas,akan tetapi di antara keduanya itu banyak yang syubhat (seperti halal, seperti haram), kebanyakan orang tidak mengetahui yang syubhat itu. Barang siapa memelihara diri dari yang syubhat itu, maka bersihlah agamanya dan kehormatannya, tetapi barangsiapa jatuh pada yang syubhat maka berarti ia telah jatuh kepada yang haram, semacam orang yang mengembalakan binatang di daerah larangan itu, katahuilah bahwa setiap raja mempunyai larangan dan ketahuilah bahwa larangan Allah ialah apa-apa yang diharamkanya-Nya (oleh karena itu hal yang haram jangan didekati).”

Kaidah Usul Fikih, yang artinya, ”Menolak kerusakan-kerusakan itu didahulukan dari pada menarik kemaslahatan-kemaslahatan (jika tidak demikian sangat mungkin mafasidnya yang diperoleh,sedangkan masholihnya tidak dihasilkan”.

Memutuskan:

Memfatwakan:

Perayaan Natal di indonesia meskipun tujuannya merayakan dan menghormati Nabi Isa As, akan tetapi Natal Itu tidak dapat dipisahkan dari soal-soal yang diterangkan di atas.
Mengikuti upacara Natal bersama bagi ummat Islam hukumya haram.
Agar Ummat Islam tidak terjerumus kepada syubhat dan larangan Allah Subhanahu WaTa'ala
dianjurkan untuk tidak mengikuti kegiatan-kegiatan Natal.

Jakarta, 1 Jumadil Awal 1401 H
7 Maret 1981
Komisi Fatwa Majlis Ulama Indonesia

Ketua,
ttd.
K.H.M SYUKRI GHOZALI

Sekretaris,
ttd.
DRS. H. MAS’UDI

NB: Pada naskah asli fatwa MUI di atas terdapat teks Arab untuk teks al-Qur’an dan Hadits namun karena sesuatu dan lain hal (masalah teknis) kami tidak memuatnya

Kamis, Januari 30, 2014

Hidup Di Hati Suami

Hidup di Hati Suami

Oleh : Gus Rochim

Sahabat...
Ada saatnya kita bangga dengan apa yang kita raih dan ada saatnya untuk berinterospeksi diri agar apa yang kita capai tidak hampa dan penuh makna, krena banyak orang yang merasakan hampa di tengah prestasi yang dimiliki.
Semua yang ia capai hanyalah fatamorgana karena tak mampu mencapai puncak bahagia yang didamba.

Sahabat...
Salah satu masalah yang sering terjadi adalah saat seorang wanita merasa bahwa ia kurang memiliki arti di hati suami, bahkan mungkin dianggap telah layu dan mati sehingga rumah tangga yang dipertahankan tidak lebih sekedar simbol mempertahankan kehormatan
agar tidak menjadi omongan, cemoohan dan gunjingan.
Padahal hakikat rumah tangga untuk tetap menjaga kasih sayang dan kesetiaan
hanyalah angan - angan di langit impian.
Semua hanya sendiwara untuk menutupi pesta kesedihan beralas air mata duka
mencoba tegar di antara bait demi bait kesibukan.

Sahabat...
Agar kita selalu tumbuh di hati suami, baik saat kita ada atau bahkan sampai kita telah tiada
memang tidak mudah.
Tapi juga bukan berarti tidak mungkin waktu boleh terus berputar,tapi waktu takkan mampu mengikis rasa cinta yang dimiliki, tak akan mampu menghapus kenangan cinta yang telah terukir.
Lembar demi lembar langkah yang telah dilalui bersama akan selalu tertulis dalam coretan indah penuh kasih.

Belajarlah selalu atas ikrar suci yang terbimbing risalah dari kitab suci dibaca, dimaknai, dipahami dan dilaksanakan dengan segenap kesungguhan dan keikhlasan hati sehingga terpancar sinar kemuliaan dan kesetiaan yang mencurahkan segenap kasih sayang secara utuh untuk seorang..

Sahabat...
Jadilah wanita terbaik di mata suami mulai dari indahnya sikap,santunnya tutur kata, ikhlasnya melayani dan mengabdi.
Taatnya pada suami dan ketaqwaan akan selalu terpatri kuat dalam hati sang suami untuk selalu menjaga, melindungi, membimbing dan menafkahi dengan segenap kasih sayang dan janji yang dimiliki.
Jadilah wanita yang memberi ketenangan saat suami terguncang,
Jadilah wanita yang selalu sabar saat ujian datang menghadang
Dampingilah saat suka dan duka, jaga setiap jengkal amanah dengan kesetiaan dan kesungguhan serta jadilah sebaik - baiknya harta terindah bagi suami,
yaitu istri yang sholihah.

8 Nama Surga Dan 7 Nama Neraka Beserta Penjelasanya Dalam Al-Qur'an

8 Nama Surga dan 7 Nama Neraka Beserta Penjelasanya dari Al-Qur'an

1. Surga Firdaus

Mengenai surga firdaus ini, dalam Al Qur'an, surat Al-Kahfi, ayat 107, Allah swt. telah menegaskan:

َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ َّﻥِﺇ ﺍﻮُﻠِﻤَﻋَﻭ ﺍﻮُﻨَﻣﺁ ِﺕﺎَﺤِﻟﺎَّﺼﻟﺍ ْﻢُﻬَﻟ ْﺖَﻧﺎَﻛ ُﺕﺎَّﻨَﺟ ُﺰُﻧ ِﺱْﻭَﺩْﺮِﻔْﻟﺍ
ﻻ.
ً
"sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh bagi mereka adalah 'surga firdaus menjadi tempat tinggal".

Juga penegasanya dalam Al Qur'an, surat Al Mu'minuun, ayat 9-11.

َﻦﻳِﺬَّﻟﺍَﻭ ٰﻰَﻠَﻋ ْﻢُﻫ ْﻢِﻬِﺗﺍَﻮَﻠَﺻ َﻚِﺌَٰﻟﻭُﺃ.َﻥﻮُﻈِﻓﺎَﺤُﻳ ُﻢُﻫ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ.َﻥﻮُﺛِﺭﺍَﻮْﻟﺍ َﺱْﻭَﺩْﺮِﻔْﻟﺍ َﻥﻮُﺛِﺮَﻳ ْﻢُﻫ .َﻥﻭُﺪِﻟﺎَﺧ ﺎَﻬﻴِﻓ

"Dan orang-orang yang memelihara shalat: Mereka itu adalah orang - orang yang akan mewarisi (yaitu) yang bakal mewarisi surga firdaus, mereka kekal di dalamnya".

2. Surga And

Surga 'Adn ini telah banyak sekali dijelaskan dalam Al Qur'an. yaitu sebagai berikut: Firman
Allah swt. di dalam surat Thaaha, tepatnya ayat 76.

ُﺕﺎَّﻨَﺟ ٍﻥْﺪَﻋ ْﻦِﻣ ﻱِﺮْﺠَﺗ ﺎَﻬِﺘْﺤَﺗ ﻻْﺍَ ُﺭﺎَﻬْﻧ ﺎَﻬﻴِﻓ َﻦﻳِﺪِﻟﺎَﺧ َﻚِﻟَٰﺫَﻭ ۚ ْﻦَﻣ ُﺀﺍَﺰَﺟ .ٰﻰَّﻛَﺰَﺗ

"(Yakni) surga 'Adn yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, didalamnya mereka kekal. dan
itulah (merupakan) balasan bagi orang yang ( dalam keaddan ) bersih ( saat didunianya dari
berbagai dosa )".

Firman-nya lagi didalam surat Shaad, ayat 50 :

ِﺕﺎَّﻨَﺟ ٍﻥْﺪَﻋ ًﺔَﺤَّﺘَﻔُﻣ ﻻْﺍَ .ُﺏﺍَﻮْﺑ  ُﻢُﻬَﻟ

" (Yaitu) surga'Adn yang pintu - pintunya terbuka bagi mereka".

3. Surga Na'iim

Dalam Al Qur'an surat al Hajj, ayat 56. Allah swt. telah menegaskan :

ُﻚْﻠُﻤْﻟﺍ ٍﺬِﺌَﻣْﻮَﻳ ِﻪَّﻠِﻟ ُﻢُﻜْﺤَﻳ ۚ ْﻢُﻬَﻨْﻴَﺑ َﻦﻳِﺬَّﻟﺎَﻓ ﺍﻮُﻠِﻤَﻋَﻭ ﺍﻮُﻨَﻣﺁ ﻲِﻓ ِﺕﺎَﺤِﻟﺎَّﺼﻟﺍ ِﺕﺎَّﻨَﺟ .ِﻢﻴِﻌَّﻨﻟﺍ

" Maka orang - orang beriman dan mengerjakan amal shaleh ada di dalam surga yang penuh
kenikmatan".

Firman-nya lagi dalam surat Al Luqman, ayat 8 :

َّﻥِﺇ ﺍﻮُﻨَﻣﺁ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ِﺕﺎَﺤِﻟﺎَّﺼﻟﺍ ﺍﻮُﻠِﻤَﻋَﻭ ْﻢُﻬَﻟ .ِﻢﻴِﻌَّﻨﻟﺍ ُﺕﺎَّﻨَﺟ

"Sesungguhnya orang - orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, bagi mereka bakal mendapat surga yang penuh kenikmatan".

4. Surga Ma'wa

Banyak sekali didalam Al Qur'an dijelaskan, antara lain :

Surat As Sajdah, ayat 19 Allah swt. menegaskan:

ﺎَّﻣَﺃ ﺍﻮُﻨَﻣﺁ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ِﺕﺎَﺤِﻟﺎَّﺼﻟﺍ ﺍﻮُﻠِﻤَﻋَﻭ ْﻢُﻬَﻠَﻓ ُﺕﺎَّﻨَﺟ ٰﻯَﻭْﺄَﻤْﻟﺍ ﺎًﻟُﺰُﻧ ﺎَﻤِﺑ ﺍﻮُﻧﺎَﻛ .َﻥﻮُﻠَﻤْﻌَﻳ

"Adapun orang - orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh. maka bagi mereka
mendapat surga - surga tempat kediaman, merupakan pahala pada apa yang telah
mereka:kerjakan".

Firman-nya lagi didalam surat An Naazi'aat, ayat 41:

َﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ َّﻥِﺈَﻓ َﻲِﻫ .ٰﻯَﻭْﺄَﻤْﻟﺍ

"Maka sesungguhnya surga ma'walah tempat tinggal(nya)".

5. Surga Darussalam

Mengenai surga Darussalam ini, telah banyak dijelaskan didalam Al Qur'an, diantaranya ialah :

Dalam surat Yunus, ayat 25 :

ﻮُﻋْﺪَﻳ ُﻪَّﻠﻟﺍَﻭ ٰﻰَﻟِﺇ ِﺭﺍَﺩ ﻱِﺪْﻬَﻳَﻭ ِﻡﺎَﻠَّﺴﻟﺍ ُﺀﺎَﺸَﻳ ْﻦَﻣ ٰﻰَﻟِﺇ .ٍﻢﻴِﻘَﺘْﺴُﻣ ٍﻁﺍَﺮِﺻ

"Dan allah meriyeru (manusia) ke Darussalam (yakni surga), dan memimpin orang yang
dikhendaki-nya kepada jalan yang lurus".

6. Surga Daarul Muqoomah

Sesuai dengan penegasan allah swt. di dalam Al Qur'an, surat Faathir, ayat 34-35:

ُﺪْﻤَﺤْﻟﺍ ﺍﻮُﻟﺎَﻗَﻭ ِﻪَّﻠِﻟ َﺐَﻫْﺫَﺃ ﻱِﺬَّﻟﺍ ﺎَّﻨَﻋ ۖ َﻥَﺰَﺤْﻟﺍ َّﻥِﺇ ٌﺭﻮُﻜَﺷ ٌﺭﻮُﻔَﻐَﻟ ﺎَﻨَّﺑَﺭ .ﺎَﻨَّﻠَﺣَﺃ ﻱِﺬَّﻟﺍ َﺭﺍَﺩ ِﻪِﻠْﻀَﻓ ْﻦِﻣ ِﺔَﻣﺎَﻘُﻤْﻟﺍ ﺎَﻟ ﺎَﻬﻴِﻓ ﺎَﻨُّﺴَﻤَﻳ
ٌﺐَﺼَﻧ ﺎَﻟَﻭ ﺎَﻬﻴِﻓ ﺎَﻨُّﺴَﻤَﻳ .ٌﺏﻮُﻐُﻟ

"Dan berkatalah mereka : Segala puji bagi allah yang telah mengapus (rasa) duka cita dari kami.
Sesungguhnya Tuhan kami adalah Maha Pengmpun lagi Maha Mensyukuri: Yang memberi
tempat kami di dalam tempat yang kekal (surga) dan karunia-nya".

7. Surga maqoomul Amiin

Sesuai dangan penegasan Allah swt. didalam Al Qur'an, surat Ad Dukhan, ayat 51:

َّﻥِﺇ ﻲِﻓ َﻦﻴِﻘَّﺘُﻤْﻟﺍ ٍﻡﺎَﻘَﻣ .ٍﻦﻴِﻣَﺃ

"sesungguhnya orang - orang yang bertawakal tinggal didalam tempat yang aman (surga)".

8. Surga Khuldi

Di dalam Al Qur'an tepatnya surat Al Furqaan, ayat 15, Allah swt. telah menegaskan :

َﻚِﻟَٰﺫَﺃ ْﻞُﻗ ٌﺮْﻴَﺧ ْﻡَﺃ ِﺪْﻠُﺨْﻟﺍ ُﺔَّﻨَﺟ ﻲِﺘَّﻟﺍ ۚ َﻥﻮُﻘَّﺘُﻤْﻟﺍ َﺪِﻋُﻭ ْﻢُﻬَﻟ ْﺖَﻧﺎَﻛ .ﺍًﺮﻴِﺼَﻣَﻭًﺀﺍَﺰَﺟ

"Katakanlah : "Apa (siksa) yang seperti itu yang baik, atau surga yang kekal, yang telah
dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa, sebagai balasan dan kediaman kembali mereka".

NERAKA

1. Huthamah

Nama ini tercantum dalam Al-Qur'an Surat Al-Humazah (104) ayat 4-5. didalamya ditempati
orang-orang yahudi.

ﺎَّﻠَﻛ ۖ َّﻥَﺬَﺒْﻨُﻴَﻟ ﻲِﻓ َﻙﺍَﺭْﺩَﺃ ﺎَﻣَﻭ.ِﺔَﻤَﻄُﺤْﻟﺍ ﺎَﻣ .ُﺔَﻤَﻄُﺤْﻟﺍ

sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. Dan
tahukah kamu apa Huthamah itu?

2. Hawiyah

Nama neraka ini tercantum dalam Al-Quran Surat Al-Qori'ah (101) ayat 9-10.

ُﻪُّﻣُﺄَﻓ ٌﺔَﻳِﻭﺎَﻫ. ﺎَﻣَﻭ ﺎَﻣ َﻙﺍَﺭْﺩَﺃ .ْﻪَﻴِﻫ

maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu?
didalamnya ditempati orang-orang munafik dan orang-orang kafir.

3. Jahannam

Nama neraka ini tercantum dalam Al-Quran Surat al-hijr (15) ayat 43.

َّﻥِﺇَﻭ َﻢَّﻨَﻬَﺟ ْﻢُﻫُﺪِﻋْﻮَﻤَﻟ َﻦﻴِﻌَﻤْﺟَﺃ
.
Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka
(pengikut-pengikut syaitan) semuanya.

4. Jahim

Nama neraka ini tercantum dalam Al-Quran surat As-Syu'araa (26) ayat 91.

َﻦﻳِﻭﺎَﻐْﻠِﻟ ُﻢﻴِﺤَﺠْﻟﺍ ِﺕَﺯِّﺮُﺑَﻭ.

dan diperlihatkan dengan jelas neraka Jahim kepada orang-orang yang sesat",
didalamnya ditempati orang-orang musyrik.

5. Saqar

Nama neraka ini tercantum dalam Al-Quran Surat Al-Muddatstsir (26) ayat 26-27,

ِﻪﻴِﻠْﺻُﺄَﺳ َﻙﺍَﺭْﺩَﺃ ﺎَﻣَﻭ.َﺮَﻘَﺳ ﺎَﻣ .ُﺮَﻘَﺳ

Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar. Tahukah kamu apakah (neraka) Saqar itu?

Al-Quran Surat Al-Muddatstsir (26) ayat 42

ْﻢُﻜَﻜَﻠَﺳ ﺎَﻣ ﻲِﻓ .َﺮَﻘَﺳ

"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?"
didalamnya ditempati orang-orang penyembah berhala.

6. Sa'ir

Nama neraka ini tercantum dalam Al-Qur'an Surat An-Nisa' (4) ayat 10;

َّﻥِﺇ َﻥﻮُﻠُﻛْﺄَﻳ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ َﻝﺍَﻮْﻣَﺃ ﺎَﻤَّﻧِﺇ ﺎًﻤْﻠُﻇ ٰﻰَﻣﺎَﺘَﻴْﻟﺍ ﻲِﻓ َﻥﻮُﻠُﻛْﺄَﻳ ْﻢِﻬِﻧﻮُﻄُﺑ ۖ ﺍًﺭﺎَﻧ َﻥْﻮَﻠْﺼَﻴَﺳَﻭ .ﺍًﺮﻴِﻌَﺳ

Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api menyala-nyala (Neraka).

Surat Al-Mulk (67) ayat 5,

ﺎَّﻨَّﻳَﺯ ْﺪَﻘَﻟَﻭ ﺎَﻴْﻧُّﺪﻟﺍ َﺀﺎَﻤَّﺴﻟﺍ َﺢﻴِﺑﺎَﺼَﻤِﺑ ﺎَﻫﺎَﻨْﻠَﻌَﺟَﻭ ِﻦﻴِﻃﺎَﻴَّﺸﻠِﻟ ﺎًﻣﻮُﺟُﺭ ْﻢُﻬَﻟ ﺎَﻧْﺪَﺘْﻋَﺃَﻭ ۖ َﺏﺍَﺬَﻋ .ِﺮﻴِﻌَّﺴﻟﺍ

Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami
jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa
neraka yang menyala-nyala.

Surat Al-Mulk (67) ayat 10,11 dan lain-lain.

ْﻮَﻟ ﺍﻮُﻟﺎَﻗَﻭ ُﻊَﻤْﺴَﻧ ﺎَّﻨُﻛ ْﻭَﺃ ﺎَﻣ ُﻞِﻘْﻌَﻧ ﺎَّﻨُﻛ ﻲِﻓ ِﺏﺎَﺤْﺻَﺃ .ِﺮﻴِﻌَّﺴﻟﺍ

Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala".

ﺍﻮُﻓَﺮَﺘْﻋﺎَﻓ ﺎًﻘْﺤُﺴَﻓ ْﻢِﻬِﺒْﻧَﺬِﺑ ِﺏﺎَﺤْﺻَﺄِﻟ .ِﺮﻴِﻌَّﺴﻟﺍ

Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang
menyala-nyala.

Di dalamnya ditempati orang-orang Nasrani.

7. Wail

Nama neraka ini tercantum dalam Al-Quran Surat Al-Muthaffifin, ayat 1-3.

ٌﻞْﻳَﻭ َﻦﻴِﻔِّﻔَﻄُﻤْﻠِﻟ

Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang

ﺍَﺫِﺇ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ﻰَﻠَﻋ ﺍﻮُﻟﺎَﺘْﻛﺍ ِﺱﺎَّﻨﻟﺍ َﻥﻮُﻓْﻮَﺘْﺴَﻳ

(yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi.

ْﻢُﻫﻮُﻟﺎَﻛ ﺍَﺫِﺇَﻭ ْﻭَﺃ ْﻢُﻫﻮُﻧَﺯَﻭ َﻥﻭُﺮِﺴْﺨُﻳ

dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.

Sumber: Khasanah Islam.