Rabu, Juli 25, 2012

Puasa Yang Berkualitas


Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah,

Puasa Ramadhan merupakan ibadah istimewa yang akan dinilai langsung oleh Allah sehingga ia
tidak dibatasi oleh pelipatgandaan pahala 10 sampai 700 kali. Rasulullah SAW:

ُّﻞُﻛ ِﻞَﻤَﻋ َﻡَﺩﺁ ِﻦْﺑﺍ ُﻒَﻋﺎَﻀُﻳ ﺎَﻬِﻟﺎَﺜْﻣَﺃ ُﺮْﺸَﻋ ُﺔَﻨَﺴَﺤْﻟﺍ ِﺔَﺋﺎِﻤِﻌْﺒَﺳ ﻰَﻟِﺇ ٍﻒْﻌِﺿ
َﻝﺎَﻗ ُﻪَّﻠﻟﺍ َّﻞَﺟَﻭ َّﺰَﻋ ُﻪَّﻧِﺈَﻓ َﻡْﻮَّﺼﻟﺍ َّﻻِﺇ ﻰِﻟ ﺎَﻧَﺃَﻭ ﻯِﺰْﺟَﺃ ِﻪِﺑ

Setiap amal anak Adam dilipatgandakan; sati kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan yang
serupa sampai tujuh ratus kali. Allah Azza wa Jalla berfirman, “Kecuali puasa, sesungguhnya puasa
itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang membalasnya…” (HR. Muslim, An-Nasai, Ad-Darimi, dan Al-
Baihaqi)

Nilai puasa di sisi Allah, dengan demikian, akan sangat bergantung pada kualitasnya. Semakin ia
berkualitas, semakin tinggi nilainya di sisi Allah. Sebaliknya, puasa yang kualitasnya sekedar
menahan lapar dan haus, ia tidak bernilai apa-apa di sisi Allah. Rasulullah SAW bersabda:

ٍﻢِﺋﺎَﺻ َّﺏُﺭ َﺲْﻴَﻟ ْﻦِﻣ ُﻪَﻟ ِﻪِﻣﺎَﻴِﺻ ُﻉﻮُﺠْﻟﺍ َّﻻِﺇ

Betapa banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapatkan apa-apa baginya kecuali rasa lapar.
(HR. An-Nasai dan Ibnu Majah)

Melakukan amal dengan optimal dan berusaha mendapatkan kualitas tertinggi adalah sebuah
keharusan. Inilah mengapa Dr. Musthafa Dieb Al-Bugho dan Muhyidin Mistu dalam Al-Wafi saat
menjelaskan hadits :

َّﻥِﺇ َﻪَّﻠﻟﺍ َﺐَﺘَﻛ ﻰَﻠَﻋ َﻥﺎَﺴْﺣِﻹﺍ ِّﻞُﻛ ٍﺀْﻰَﺷ

Sesungguhnya Allah mewajibkan berlaku ihsan dalam segala hal (HR. Muslim)

Beliau berdua mengatakan: Hadits ini merupakan nash (dalil) yang menunjukkan keharusan
berlaku ihsan. Yaitu dengan melakukan suatu perbuatan dengan baik dan maksimal.
Maka, begitupun dengan puasa. Marilah kita tunaikan puasa kita dengan sebaik-baiknya sehingga
ia benar-benar menjadi puasa yang berkualitas. Lalu apa saja kriteria puasa yang berkualitas itu?

Ikhlas

Ikhwani fillah rahimakumullah,
Inilah penentu awal kualitas puasa kita; keikhlasan. Tidak hanya puasa, bahkan seluruh amal akan
ditentukan pertama kali oleh standar ini. Jika ia melakukannya ikhlas karena Allah maka amalnya
menuju Allah (berpeluang diterima Allah), tetapi jika ia melakukannya karena selain Allah, maka
amal itu tidak memiliki peluang sama sekali untuk menjadi bernilai di sisi Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda:

ُﻝﺎَﻤْﻋَﻷﺍ ﺎَﻤَّﻧِﺇ ﺎَﻣ ٍﺉِﺮْﻣِﻻ ﺎَﻤَّﻧِﺇَﻭ ، ِﺔَّﻴِّﻨﻟﺎِﺑ ﻯَﻮَﻧ

Sesungguhnya segala amal tergantung pada niatnya dan sesungguhnya bagi setiap orang apa yang
ia niatkan. (HR. Bukhari dan Muslim)

Demikian juga dengan ampunan yang dijanjikan Allah bagi orang yang berpuasa. Tidak serta merta
ampunan ini akan didapatkan semua orang. Hanya mereka yang ikhlas saja yang berhak
mendapatkan janji ini dan membuktikannya di hadapan Allah SWT kelak di akhirat.

ﻡﺎﺻ ﻦﻣ ﺎﻧﺎﻤﻳﺇ ﻥﺎﻀﻣﺭ ﺮﻔﻏ ﺎﺑﺎﺴﺘﺣﺍﻭ ﺎﻣ ﻪﻟ ﻦﻣ ﻡﺪﻘﺗ ﻪﺒﻧﺫ

Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap perhitungan (pahala) akan
diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (Muttafaq ‘alaih)

Hadits di atas sekaligus menjadi dalil bahwa mengharapkan pahala dari Allah adalah termasuk
ikhlas. Ini berbeda dengan ungkapan sufi yang ekstrim mengatakan tentang keikhlasan:

Ya Allah,
Jika aku beribadah kepada-Mu karena mengharap surga
Haramkanlah aku memasukinya
Jika aku beribadah kepada-Mu karena takut neraka
Campakkanlah aku ke dalamnya


Dan, alhamdulillah, menjaga keikhlasan puasa itu lebih mudah dari pada ibadah lain, karena puasa
adalah amalan batin. Maka Imam Al-Ghazali menjelaskan dalam Ihya’ Ulumiddin: “Puasa itu sendiri
rahasia yang padanya tidak ada amal yang disaksikan. Seluruh amal ketaatan itu disaksikan dan
dilihat oleh makhluk sedangkan puasa hanya dilihat oleh Allah Azza wa Jalla, karena puasa itu amal
batin dengan semata-mata kesabaran.”

Meninggalkan hal-hal yang membatalkan puasa

Kaum muslimin yang dimuliakan oleh Allah,
Tentu saja untuk menjadi berkualitas, puasa itu harus sah. Artinya, kita harus meninggalkan hal-
hal yang membatalkan puasa.

Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah menjelaskan bahwa hal-hal yang membatalkan puasa itu dibagi
menjadi dua;

Pertama, hal-hal yang membatalkan puasa dan wajib qadha’

a. Makan atau minum dengan sengaja. Jika seseorang makan dan minum dalam keadaan lupa, itu
tidak membatalkan puasanya.

ْﻦَﻣ َﻰِﺴَﻧ ٌﻢِﺋﺎَﺻ َﻮُﻫَﻭ َﻞَﻛَﺄَﻓ ْﻭَﺃ َﺏِﺮَﺷ ُﻪَﻣْﻮَﺻ َّﻢِﺘُﻴْﻠَﻓ ﺎَﻤَّﻧِﺈَﻓ ُﻪَﻤَﻌْﻃَﺃ ُﻪَّﻠﻟﺍ
ُﻩﺎَﻘَﺳَﻭ

Barangsiapa yang lupa, padahal ia berpuasa, lalu ia makan atau minum, hendaknya ia meneruskan
puasanya. Karena ia diberi makan dan minum oleh Allah. (HR. Jamaah)

b. Muntah dengan sengaja

ْﻦَﻣ َﺲْﻴَﻠَﻓ ُﺀْﻰَﻘْﻟﺍ ُﻪَﻋَﺭَﺫ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ِﻦَﻣَﻭ ٌﺀﺎَﻀَﻗ َﺀﺎَﻘَﺘْﺳﺍ ِﺾْﻘَﻴْﻠَﻓ ﺍًﺪْﻤَﻋ
Barangsiapa didesak muntah, ia tidak wajib mengqadha, tetapi siapa yang menyengaja muntah
hendaklah ia mengqadha. (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban,
Daruquthni, dan Hakim)

c. Mengeluarkan sperma, baik karena mencium istrinya atau hal lain di luar bersetubuh dan
mimpi. Jika bersetubuh ia terkena kafarat, jika karena mimpi maka tidak mempengaruhi puasanya.

d. Meniatkan berbuka. Karena niat merupakan rukun puasa, maka niat berbuka berarti
membatalkan puasanya.

Kedua, hal-hal yang membatalkan puasa dan wajib qadha’ dan kafarat

Mengenai tindakan membatalkan puasa dan karenanya wajib qadha berikut kafarat, menurut
jumhur ulama hanyalah bersenggama dan tidak ada yang lain. Kafaratnya adalah memerdekakan
budak, jika tidak mampu maka berpuasa dua bulan berturut-turut, jika tidak mampu memberikan
makan kepada 60 orang miskin.

ﻰِﺑَﺃ ْﻦَﻋ - َﺓَﺮْﻳَﺮُﻫ ﻰﺿﺭ ﻪﻠﻟﺍ - ﻪﻨﻋ َﻝﺎَﻗ َﺀﺎَﺟ ٌﻞُﺟَﺭ ﻰَﻟِﺇ ِﻝﻮُﺳَﺭ ِﻪَّﻠﻟﺍ -
ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ - . ُﺖْﻜَﻠَﻫ َﻝﺎَﻘَﻓ » َﻝﺎَﻘَﻓ َﻙﺍَﺫ ﺎَﻣَﻭ « َﻝﺎَﻗ .
ﻰِﻓ ﻰِﻠْﻫَﺄِﺑ ُﺖْﻌَﻗَﻭ َﻥﺎَﻀَﻣَﺭ َﻝﺎَﻗ . ُﺪِﺠَﺗ » « ًﺔَﺒَﻗَﺭ . َﻻ َﻝﺎَﻗ َﻝﺎَﻗ . »
ْﻞَﻬَﻓ ْﻥَﺃ ُﻊﻴِﻄَﺘْﺴَﺗ َﻡﻮُﺼَﺗ ِﻦْﻳَﺮْﻬَﺷ « ِﻦْﻴَﻌِﺑﺎَﺘَﺘُﻣ . َﻻ َﻝﺎَﻗ َﻝﺎَﻗ . »
ْﻥَﺃ ُﻊﻴِﻄَﺘْﺴَﺘَﻓ َﻢِﻌْﻄُﺗ ﺎًﻨﻴِﻜْﺴِﻣ َﻦﻴِّﺘِﺳ . « َﻝﺎَﻗ . َﻻ َﺀﺎَﺠَﻓ َﻝﺎَﻗ ٌﻞُﺟَﺭ َﻦِﻣ
ِﺭﺎَﺼْﻧَﻷﺍ ٍﻕَﺮَﻌِﺑ ُﻞَﺘْﻜِﻤْﻟﺍ ُﻕَﺮَﻌْﻟﺍَﻭ - - ٌﺮْﻤَﺗ ِﻪﻴِﻓ » َﻝﺎَﻘَﻓ ﺍَﺬَﻬِﺑ ْﺐَﻫْﺫﺍ
ْﻕَّﺪَﺼَﺘَﻓ ِﻪِﺑ « َﻝﺎَﻗ . ﻰَﻠَﻋ ﺎَﻳ ﺎَّﻨِﻣ َﺝَﻮْﺣَﺃ َﻝﻮُﺳَﺭ ِﻪَّﻠﻟﺍ َﻚَﺜَﻌَﺑ ﻯِﺬَّﻟﺍَﻭ ِّﻖَﺤْﻟﺎِﺑ
َﻦْﻴَﺑ ﺎَﻣ ﺎَﻬْﻴَﺘَﺑَﻻ ٍﺖْﻴَﺑ ُﻞْﻫَﺃ . ﺎَّﻨِﻣ ُﺝَﻮْﺣَﺃ َﻝﺎَﻗ » َﻚَﻠْﻫَﺃ ُﻪْﻤِﻌْﻃَﺄَﻓ ْﺐَﻫْﺫﺍ »

Abu Hurairah berkata: Seorang laki-laki datang mendapatkan Nabi SAW. Ia berkata, “Celaka aku,
wahai Rasulullah!” Nabi SAW bertanya, “Apa yang mencelakakan itu?” “Aku menyetubuhi istriku
pada bulan Ramadhan.” Maka tanya Nabi SAW “Adakah padamu sesuatu untuk memerdekakan
budak?” “Tidak” ujarnya. Nabi bertanya lagi, “Sanggupkah engkau berpuasa dua bulan terus
menerus?” “Tidak”, ujarynya. Nabi bertanya lagi, “Apakah engkau memiliki makanan untuk
diberikan kepada enam puluh orang miskin?” “Tidak” ujarnya. Laki-laki itu pun duduk, kemudian
dibawa orang kepada Nabi satu bakul besar berisi kurma. “Nah, sedekahkanlah ini” titah Nabi.
“Apakah kepada orang yang lebih miskin dari pada kami?” Tanya laki-laki itu. “Karena di daerah
yang terletak diantara tanah yang berbatu-batu hitam itu, tidak ada suatu keluarga yang lebih
membutuhkannya dari pada kami” Maka Nabi pun tertawa hingga geraham beliau terlihat lalu
berkata, “Pergilah, berikanlah kepada keluargamu.” (HR. Jamaah)

Meninggalkan hal-hal yang membuat puasa sia-sia

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah,
Ikhlas serta meninggalkan hal-hal yang membatalkan puasa saja tidak cukup untuk membuat
puasa kita berkualitas. Hal lain yang perlu kita lakukan adalah meninggalkan hal-hal yang membuat
puasa sia-sia.

ٍﻢِﺋﺎَﺻ َّﺏُﺭ َﺲْﻴَﻟ ْﻦِﻣ ُﻪَﻟ ِﻪِﻣﺎَﻴِﺻ ُﻉﻮُﺠْﻟﺍ َّﻻِﺇ

Betapa banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapatkan apa-apa baginya kecuali rasa lapar.
(HR. An-Nasai dan Ibnu Majah)

Yaitu dengan menjauhi perkara-perkara yang telah diharamkan oleh Allah SWT. Diantaranya
adalah menjaga emosi kita agar tidak marah seperti apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAW:

، ٌﺔَّﻨُﺟ ُﻡﺎَﻴِّﺼﻟﺍ ْﺚُﻓْﺮَﻳ َﻼَﻓ َﻻَﻭ ، ْﻞَﻬْﺠَﻳ ٌﺅُﺮْﻣﺍ ِﻥِﺇَﻭ ُﻪَﻠَﺗﺎَﻗ ْﻭَﺃ ُﻪَﻤَﺗﺎَﺷ ْﻞُﻘَﻴْﻠَﻓ
ﻰِّﻧِﺇ ٌﻢِﺋﺎَﺻ

Puasa adalah perisai, maka barang siapa sedang berpuasa janganlah berkata keji dan berteriak
keras, jika seseorang mencela atau mengajaknya bertengkar hendaklah dia mengatakan: aku
sedang berpuasa. (Muttafaq ’alaih)

Begitupun dengan perkataan dan perbuatan dusta, bisa membuat puasa menjadi sia-sia dan
karenanya harus dijauhi.

ْﻦَﻣ ْﻢَﻟ ْﻉَﺪَﻳ َﻞَﻤَﻌْﻟﺍَﻭ ِﺭﻭُّﺰﻟﺍ َﻝْﻮَﻗ ِﻪِﺑ َﺲْﻴَﻠَﻓ ْﻥَﺃ ﻰِﻓ ٌﺔَﺟﺎَﺣ ِﻪَّﻠِﻟ َﻉَﺪَﻳ ُﻪَﻣﺎَﻌَﻃ
ُﻪَﺑﺍَﺮَﺷَﻭ

Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan palsu dan pengamalannya, maka Allah tidak
mempunyai keperluan untuk meninggalkan makanan dan minumannya (puasanya) (HR. Bukhari)

Meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat

Sering kita jumpai, ada orang yang berpuasa lalu mengisi siang harinya dengan hal-hal yang tidak
bermanfaat. Dengan alasan agar lupa rasa lapar dan haus selama puasa mereka seharian di
depan televisi, memperbanyak main game, dan sebagainya. Hal-hal seperti ini hendaknya
ditinggalkan agar puasa kita benar-benar berkualitas.

ﻦﻣ ﻦﺴﺣ ﻪﻛﺮﺗ ﺀﺮﻤﻟﺍ ﻡﻼﺳﺇ ﻪﻴﻨﻌﻳ ﻻﺎﻣ

Diantara tanda sempurnanya Islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak
bermanfaat. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Mempuasakan seluruh organ tubuh, pikiran, dan hati

Inilah yang diistilahkan puasa khusus oleh Imam Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin dan ditegaskan
oleh Ibnu Qudamah dalam Mukhtashar Minhajul Qasidin.

Pertama, mempuasakan mata dengan menahannya dari pandangan kepada sesuatu yang tercela
dan dibenci syariat serta melalaikan Allah SWT.

ﺓﺮﻈﻨﻟﺍ ﻦﻣ ﻢﻬﺳ ﻡﺎﻬﺳ ﺲﻴﻠﺑﺇ ﺔﻣﻮﻤﺴﻣ ﻦﻣ ﺎﻬﻛﺮﺗ ﻦﻤﻓ ﻑﻮﺧ ﻪﻠﻟﺍ
ﻞﺟ ﻪﺑﺎﺛﺃ ﺪﺠﻳ ﺎﻧﺎﻤﻳﺇ ﺰﻋ ﻭ ﻪﺗﻭﻼﺣ ﻪﺒﻠﻗ ﻲﻓ

Pandangan itu salah satu anak panah Iblis yang berbisa. Barangsiapa meninggalkannya karena
takut kepada Allah, maka Allah Azza wa Jalla memberinya keimanan yang manisnya didapati dalam
hatinya (HR. Hakim)

Kedua, mempuasakan lidah dengan memeliharanya dari berbicara tanpa arah, dusta,
menggunjing, mengumpat, berkata buruk, berkata kasar, permusuhan dan mendzalimi orang lain.

، ٌﺔَّﻨُﺟ ُﻡﺎَﻴِّﺼﻟﺍ ْﺚُﻓْﺮَﻳ َﻼَﻓ َﻻَﻭ ، ْﻞَﻬْﺠَﻳ ٌﺅُﺮْﻣﺍ ِﻥِﺇَﻭ ُﻪَﻠَﺗﺎَﻗ ْﻭَﺃ ُﻪَﻤَﺗﺎَﺷ ْﻞُﻘَﻴْﻠَﻓ
ﻰِّﻧِﺇ ٌﻢِﺋﺎَﺻ

Puasa adalah perisai, maka barang siapa sedang berpuasa janganlah berkata keji dan berteriak
keras, jika seseorang mencela atau mengajaknya bertengkar hendaklah dia mengatakan: aku
sedang berpuasa. (Muttafaq a’alaih)

Ketiga, mempuasakan telinga dari mendengarkan segala sesuatu yang haram dan makruh. Karena
segala sesuatu yang haram diucapkan adalah haram pula untuk didengarkan. Bahkan, Allah SWT
menyepadankan orang yang mencari pendengaran haram dengan pemakan harta haram.

ِﺏِﺬَﻜْﻠِﻟ َﻥﻮُﻋﺎَّﻤَﺳ َﻥﻮُﻟﺎَّﻛَﺃ ِﺖْﺤُّﺴﻠِﻟ

Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan makanan
haram. (QS. Al-Maidah : 42)

ﺎَﻟْﻮَﻟ ُﻢُﻫﺎَﻬْﻨَﻳ ُﺭﺎَﺒْﺣَﺄْﻟﺍَﻭ َﻥﻮُّﻴِﻧﺎَّﺑَّﺮﻟﺍ ُﻢِﻬِﻟْﻮَﻗ ْﻦَﻋ َﺖْﺤُّﺴﻟﺍ ُﻢِﻬِﻠْﻛَﺃَﻭ َﻢْﺛِﺈْﻟﺍ
َﻥﻮُﻌَﻨْﺼَﻳ ﺍﻮُﻧﺎَﻛ ﺎَﻣ َﺲْﺌِﺒَﻟ

Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka
mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram. Sesungguhnya amat buruk apa yang
telah mereka kerjakan. (QS. Al-Maidah : 63)

Keempat, mempuasakan tangan dari mendzalimi orang lain, mengambil sesuatu yang bukan
haknya, serta melakukan perbuatan yang dilarang syariat.

Kelima, mempuasakan kaki dari berjalan ke arah yang diharamkan oleh Allah SWT.

Keenam, mempuasakan hati dari penyakit-penyakit ruhiyah seperti dengki, iri, marah, kecintaan
pada dunia, dan sebagainya.

َﻻ ، ﺍﻮُﻀَﻏﺎَﺒَﺗ ، ﺍﻭُﺪَﺳﺎَﺤَﺗ َﻻَﻭ ، ﺍﻭُﺮَﺑﺍَﺪَﺗ َﻻَﻭ ﺍﻮُﻧﻮُﻛَﻭ َﺩﺎَﺒِﻋ ﺎًﻧﺍَﻮْﺧِﺇ ِﻪَّﻠﻟﺍ

Janganlah kamu saling membenci, saling memutushubungan, saling mendengki, dan saling
bermusuhan. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. (HR. Bukhari dan Muslim)

Ketujuh, menjaga pikiran dari membayangkan hal-hal yang disenangi syahwat dan dibenci syariat,
serta dari tipu daya dan pikiran destruktif lainnya.

Memperbanyak amal shalih selama Ramadhan

Saudaraku yang dirahmati Allah,
Banyak orang terkecoh dengan memperbanyak tidur saat puasa karena menilai itu sebagai ibadah.
Memang ia lebih baik dibandingkan jika melakukan hal-hal yang makruh atau haram. Akan tetapi,
tentu lebih baik lagi jika pada saat puasa kita memperbanyak amal shalih, mengisinya dengan
aktifitas-aktifitas positif yang bernilai ibadah di sisi Allah SWT seperti memperbanyak tilawah Al-
Qur’an, berdzikir kepada Allah, shalat sunnah, tafakur, mengkaji ilmu-ilmu agama, memperbanyak
infaq, dan lain sebagainya.

Rasulullah dan para shahabatnya sangat mengerti tentang keutamaan Ramadhan dan bagaimana
memperbaiki kualitas puasa mereka. Karenanya dalam kesempatan istimewa ini mereka
memperbanyak amal shalih. Ibnu Abbas menuturkan bagaimana peningkatan amal shalih
Rasulullah SAW, khususnya tilawah dan infaq sebagai berikut:

َﻥﺎَﻛ ُﻝﻮُﺳَﺭ ِﻪَّﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ - ﻪﻠﻟﺍ ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ - َﺩَﻮْﺟَﺃ ، ِﺱﺎَّﻨﻟﺍ َﻥﺎَﻛَﻭ ﺎَﻣ ُﺩَﻮْﺟَﺃ
ُﻥﻮُﻜَﻳ ﻰِﻓ َﻥﺎَﻀَﻣَﺭ َﻦﻴِﺣ َﻥﺎَﻛَﻭ ، ُﻞﻳِﺮْﺒِﺟ ُﻩﺎَﻘْﻠَﻳ ﻰِﻓ ُﻩﺎَﻘْﻠَﻳ ِّﻞُﻛ ْﻦِﻣ ٍﺔَﻠْﻴَﻟ
َﻥﺎَﻀَﻣَﺭ ، َﻥﺁْﺮُﻘْﻟﺍ ُﻪُﺳِﺭﺍَﺪُﻴَﻓ ُﻝﻮُﺳَﺮَﻠَﻓ ِﻪَّﻠﻟﺍ - ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ -
ِﺢﻳِّﺮﻟﺍ َﻦِﻣ ِﺮْﻴَﺨْﻟﺎِﺑ ُﺩَﻮْﺟَﺃ ِﺔَﻠَﺳْﺮُﻤْﻟﺍ

Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan. Dan kedermawanannya memuncak pada
bulan Ramadhan ketika Jibril menemuinya. Jibril menemuinya setiap malam untuk tadarus Al-
Qur’an. Sungguh Rasulullah SAW lebih murah hati melakukan kebaikan dari pada angin yang
bertiup. (HR. Bukhari)

Ikhwani fillah rahimakumullah,
Demikianlah cara mewujudkan puasa yang berkualitas. Semoga kita termasuk orang-orang yang
dimudahkan Allah SWT sehingga bisa berpuasa dengan kualitas seperti itu dan akhirnya mencapai
derajat taqwa; mendapatkan ampunan Allah

Sumber : http://www.bersamadakwah.com/2012/07/puasa-yang-berkualitas.html?m=1

Senin, Juli 23, 2012

Mari Kita " MEMAKNAI BULAN RAMADHAN ".

Ramadhan adalah bulan yang istimewa bagi setiap mukmin. Berikut ini beberapa keistimewaannya.

Pertama, ramadhan adalah rabi’ul hayat (musim semi kehidupan) bagi setiap muslim dan bagi umat ini. Sebagaimana musim semi dimana daun-daun kembali tumbuh dan bunga-bunga bermekaran, setelah sebelumnya kering kerontang, udara menjadi segar setelah sebelumnya kering menusuk tulang, maka demikianlah ramadhan.

Di bulan ramadhan, pikiran kita disegarkan kembali dengan banyaknya taklim di masjid-masjid, di kantor-kantor, di radio, di televisi, di surat-surat kabar. Pikiran kita diajak kembali untuk memahami ajaran agama kita.

Di bulan ramadhan, ruhani kita disegarkan kembali dengan bacaan Al-Qur’an, sholat tarawih, dan puasa itu sendiri.
Di bulan ramadhan, jasad kita pun disegarkan kembali dengan puasa, yang menurut para ahli kesehatan dan medis, bisa menetralisir racun-racun dalam tubuh, dan secara umum sangat baik untuk kesehatan tubuh.
Keluarga-keluarga muslim juga dieratkan dengan berbuka, makan sahur bersama, dan sebagainya. Umat Islam secara keseluruhan juga dieratkan dengan saling tolong menolong, memberi infaq, zakat dan shadaqah, dan saling bersilaturahim.

Kedua, ramadhan adalah bulan penghapusan dosa.

Dahulu, para salafunash shalih, generasi terdahulu umat ini, jika ramadhan akan datang, mereka mengucapkan: marhaban bil muthahhir “selamat datang bulan penghapus dosa”. Mengapa?
Karena selama sebelas bulan sebelum ramadhan telah banyak dosa dan kesalahan yang telah diperbuat, dan ramadhan adalah kesempatan emas untuk memohon ampunan dari Allah.

Ramadhan adalah sarana penghapusan dosa yang bersifat tahunan. Sebagaimana sabda
Rasulullah saw: ”Dari ramadhan ke ramadhan, dari jum’at ke jum’at, dan dari sholat lima waktu ke sholat lima waktu yang lain, adalah sarana penghapusan dosa.”

Dan tidakkah kita dengar sabda Rasulullah saw: “Barangsiapa yang berpuasa ramadhan atas dasar iman dan berharap-harap ridha Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”

“Barangsiapa yang menghidupkan malam-malam ramadhan dengan sholat (tarawih) atas dasar iman dan berharap-harap ridha Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”

“Barangsiapa yang menghidupkan malam Lailatul Qadar  dengan sholat (tarawih) atas dasar iman dan berharap-harap ridha Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”

Ketiga, ramadhan adalah bulan kesabaran.

Dengan ramadhan, kita dilatih untuk menjadi manusia yang sabar, artinya: yang bisa
mengendalikan diri. Dan dengan kemampuan mengendalikan diri inilah, kita bisa berbeda dengan binatang. Jika ada seekor binatang mendapati makanan kesukaannya di tengah jalan, apa yang akan ia lakukan? Apakah ia akan menimbang-nimbang dulu: bolehkah makanan ini aku santap? Tentu ia akan langsung saja menyantapnya tanpa pernah berpikir boleh dan tidaknya, apalagi pantas dan tidaknya.

Di bulan ramadhan, makanan dan minuman yang jelas-jelas halal saja tidak kita makan, meski kita sedang lapar dan sedang kehausan. Semata-mata karena perintah Allah. Jika makanan yang halal saja kita hindari, apalagi makanan yang haram? Dan dalam kehidupan kita sekarang ini, kita lihat betapa banyak orang – yang bahkan muslim – memakan yang haram. Yang diperoleh dengan menipu, mencuri, korupsi, manipulasi, penggelapan, bahkan merampok dan menodong.

Di bulan ramadhan, istri yang jelas-jelas halal saja dijauhi. Maka apalagi wanita yang tidak halal?
Sementara saat ini kita melihat betapa banyak orang – yang bahkan muslim – yang melakukan zina dengan wanita yang tidak halal baginya.
Inilah ramadhan, yang akan melatih diri kita untuk sabar: bisa mengendalikan diri.

Keempat, ramadhan adalah bulan untuk berbekal.

Wa tazawwaduu fainna khairaz zaadit taqwaa (Dan berbekallah kalian. Maka sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa). Dan bulan ramadhan ini tidak lain adalah la’allakum tattaquun, untuk meraih derajat taqwa.

Karena itu ramadhan semestinya dijadikan sebagai waktu khusus penyiapan bekal untuk sebelas bulan berikutnya sesudah ramadhan. Ini tidak ada bedanya seperti men-charge baterai ponsel kita. Karena itu, ramadhan yang benar adalah jika kebaikan dan ketaatan kita bisa terus berlanjut sesudah ramadhan. Dan itu adalah indikasi bahwa ramadhan kita diterima.

Jangan sampai kita menjadi orang-orang ramadhani, yaitu penyembah bulan ramadhan, yang
hanya baik ketika ramadhan saja. Begitu ramadhan lewat, kita tidak lagi menjadi baik. Sebaliknya, jadilah orang-orang yang rabbani, yaitu penyembah Rabb (tuhan kita), yaitu Allah swt. Sebagaimana Allah selalu ada, maka kita juga selalu baik meski ramadhan telah lewat.

Kita semua adalah musafir, dengan tujuan negeri akhirat. Karena kita musafir maka kita perlu
perbekalan. Wa tazawwaduu fainna khairaz zaadit taqwaa. Dan taqwa itu bisa kita peroleh dengan ibadah ramadhan (la’allakum tattaquun).

Kelima, ramadhan bukanlah membalik siang menjadi malam, dan malam menjadi siang.

Siang banyak tidur dan malam banyak makan. Siang menjadi malas, padahal dahulu banyak
peperangan dan kemenangan dalam sejarah Islam yang justru terjadi di bulan Ramadhan, seperti kemenangan besar dalam Perang Badar Al-Kubra, Fathu Makkah (Pembebasan Kota Mekah), Ain Jalut, dan sebagainya.
Boleh saja kita mengatur ritme pekerjaan agar tubuh bisa menyesuaikan diri, tapi tidak untuk
bermalas-malas dan tidur-tiduran saja.

Sayangnya, jutru banyak rumah tangga yang uang belanja untuk masaknya menjadi membengkak di bulan Ramadhan, padahal Ramadhan adalah bulan menahan diri dari makan. Yang betul adalah pengeluaran di bulan Ramadhan memang mestinya lebih banyak, tapi bukan pengeluaran untuk masak. Lalu untuk apa? Untuk berinfaq dan berzakat.

Barakallahu fikum.... Dari berbagai sumber, en thx buat menara Islam...menaraislam.com/content/view/163/41/ Published with Blogger-droid v2.0.6

Minggu, Juli 22, 2012

Wanita Laksana Mutiara

ღღ ANA UHIBUKKA LADZI AHBABTANI LAHUUღღ
"Allahumma baariklanaa di Rajab wa Sya'ban Wa Ballighna Ramadhan",Semoga Allah
memberkahi kehidupan kita dibulan-bulan ini untuk berjumpa Ramadhan,Dengan segenap
kesiapan ruhiyah, fikriyah,jasadiyah,maliyah​ dan satukan barisan raih takwa & sambut
kemenangan dakwah, Intanshurullah yanshurkum wayutsabbit aqdamakum.
`*•Yaa Rabbi•*´¯)Ajarilah kami bagaimana memberi sebelum meminta,berfikir sebelum
bertindak,santun dalam berbicara,tenang ketika gundah,diam ketika emosi melanda,bersabar
dalam setiap ujian.Jadikanlah kami orang yg selembut Abu Bakar Ash-Shiddiq,sebijaksana Umar
bin Khattab,sedermawan Utsman bin Affan,sepintar Ali bin Abi Thalib,sesederhana Bilal,setegar
Khalid bin Walid radliallahu'anhumღAmiin ya Rabbal'alamin.
Dalam hidup tdk ingin berbuat sesuatu yg sekiranya dapat mengecewakan dan melukai
perasaan seorang wanita,namun sikap yg tepat dan bijak harus di berikan seorang pria
mengingat wanita itu terbuat dari tulang rusuk yg bengkok,yg apabila terdapat kesalahan
padanya,pria harus berhati-hati meluruskannya,terlalu keras akan mematahkannya,di biarkan jg
salah karena akan tetap pada kebengkokannya,meski demikian,tdk sedikit pria harus
membiarkan wanita kecewa demi meluruskan kesalahan itu,toh setiap pria yg melakukan itu
pun sangat yakin bahwa kekecewaan itu hanya sesaat karena selanjutnya akan berbuah manis…
WANITA ITU IBARAT BUNGA
Yang jika kasar dalam memperlakukannya akan merusak keindahannya,menodai
kesempurnaannya sehingga menjadikannya layu tak berseri,ia ibarat selembar sutra yg mudah
robek oleh terpaan badai.terombang ambing oleh hempasan angin dan basah kuyup meski oleh
setitik air,oleh karenanya,jangan biarkan hatinya robek terluka karena ucapan yg menyakitkan
karena hatinya begitu lembut,jangan pula membiarkannya sendirian menantang hidup karena
sesungguhnya ia hadir dari kesendirian dgn menawarkan setangkup ketenangan dan
ketentraman,sebaiknya tdk sekali-kali membuatnya menangis oleh sikap yg
mengecewakan,karena biasanya tangis itu tetap membekas di hati meski airnya tak membasahi
kelopak matanya.
WANITA ITU MUTIARA
Orang perlu menyeram jauh ke dasarnya utk mendapatkan kecantikan
sesungguhnya,karenanya,mel​ ihat dgn tanpa membuka tabir hatinya niscaya hanya semu sesaat
yg seringkali mampu mengelabui mata,orang perlu berjuang menyusur ombak,menahan arus
dan menantang semua bahayanya utk bisa meraihnya,dan tentu utk itu,orang harus memiliki
bekal yg cukup sehingga layak dan pantas mendapatkan mutiara indah itu.
WANITA ITU SEPARUH DARI JIWA YG HILANG
Maka orang harus mencarinya dgn seksama,memilihnya dgn teliti,melihat dgn hati-hati sebelum
menjadikannya pasangan jiwa,karena jika salah,ia tidak akan menjadi sepasang jiwa yg bisa
menghasilkan bunga-bunga cinta,melainkan noktah merah menyemai pertikaian,ia tak akan bisa
menyamakan langkah,selalu bertolak pandang sehingga tak memberikan kenyamanan dan
keserasian,ia tak mungkin menjadi satu hati meski seluruh daya di kerahkan utk
melakukannya,dan yg jelas ia tak bisa menjadi cermin diri di saat lengah dan larut.
WANITA MEMILIKI KEKUATAN LUAR BIASA YG TAK PERNAH DI PUNYAI LAWAN JENISNYA DGN
LEBIH BAIK
Yakni kekuatan cinta,empati dan kesetian,dgn cintanya ia menguatkan langkah orang-orang yg
bersamanya,empatinya membangkitkan mereka yg jatuh dan kesetiaannya tak lekang oleh waktu
tak lebur oleh perubahaan,dan wanita adalah sumber kehidupan,yg mempertaruhkan hidupnya
utk sebuah kehidupan baru,yg dari dadanya di alirkan air susu yg menghidupkan,sehingga
semua pengorbanannya itu layak menempatkannya pada kemuliaan surga,jg keagungan
penghormatan.tdk berlebihan pula jika Rasulullah menjadi seorang wanita(Fatimah)sebagai
orang pertama yg kelak mendampinginya di surga.
Untung saya bukan penyanyi ngetop yg menjadikan wanita dan cintanya sebatas syair lagu demi
meraup keuntungan,sehingga yg tampak di mata hanyalah wanita sebatas bunga-bunga
penghias yg bisa di campakkan ketika tak lagi menyenangkan,kebetulan saya bukan bintang
sinetron yg kerap di agung-agungkan wanita,karena kalau saya jadi mereka,tentu?kebanggan?
say​ a di kelilingi wanita cantik yg bisa berbeda makna dgn kebanggaan saya sebagai seorang yg
bukan siapa-siapa.
Bagusnya jg wanita yg mendekati dan mengelilingi pria bukanlah mereka yg rela diperlakukan
tdk seperti bunga,bukan selayaknya mutiara dan tak selembut sutra,bukan wanita yg
mencampakkan dirinya sendiri dlm kubangan kehinaan berselimut kemewahaan dan tuntutan
zaman,tdk seperti wanita yg rela diinjak-injak kehormatannya,tak menghiraukan jerit hatinya
sendiri,atau bahkan pertentangan bathinnya,jg bukan wanita yg membunuh nuraninya sendiri
sehingga tak menjadikan mereka wanita yg pantas mendapatkan penghormatan,bahkan oleh
buah hatinya sendiri.
Dan sdh pasti,selain tak ada wanita-wanita macam itu yg akan mendekati lelaki bukan siapa-
siapa seperti saya ini,sayapun tentu tdk akan betah berlama-lama berdekatan dgn
mereka,apalagi bangga,??

http://ratuain.blogspot.com/2011_08_01_archive.html?m=1

Published with Blogger-droid v2.0.6

Sabtu, Juli 14, 2012

Sebab Siksa di Alam Kubur

PDF Print E-mail

Ditulis Oleh: Habib Munzir Almusawa




Dua Sebab Siksa Di Alam Kubur
Senin, 05 Maret 2012


عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ:مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ : إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ فَعَلْتَ هَذَا قَالَ لَعَلَّهُ يُخَفِّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا
(صحيح البخاري)


“Dari Ibn Abbbas Ra berkata, Nabi SAW melewati dua kuburan dan bersabda: 


“Sungguh keduanya tersiksa, dan bukan tersiksa sebab dosa yang sangat besar, namun salah satunya tidak menutup aurat (membuka auratnya dihadapan orang lain) saat buang air kecil, dan yang satunya sering mengadu domba orang lain, lalu beliau SAW mengambil sehelai daun yang masih segar, dan membelahnya menjadi dua, dan menaruhnya masing-masing helai di masing masing kubur tersebut, maka orang orang bertanya: Wahai Rasulullah, untuk apa engkau perbuat itu?, maka beliau SAW bersabda: semoga diringankan untuk keduanya sebelum potongan daun ini mengering” (Shahih Bukhari)


ImageAssalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh



حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha Memiliki segenap kemuliaan dan keluhuran dan Melimpahkan kepada hamba-hambaNya. Segenap alam semesta di langit dan bumi diciptakan dari ketiadaan, alam dunia, alam barzakh dan alam akhirat, dan segenap alam yang telah dicipta oleh Allah subhanahu wata’ala baik yang kita ketahui atau pun yang tidak kita ketahui. Dan dari awal penciptaan makhluk sejak itu pula tercantum bahwa semulia-mulia makhluk adalah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan Allah subhanahu wata’ala telah menjadikan sang nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai gerbang kasih sayang bagi segenap anugerah dan rahmat Allah subhanahu wata’ala, yang mana dengan kebangkitan sang nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hal itu menjadikan rahmat Allah berlimpah dan terbuka untuk kita semua, dan segenap anugerah Allah yang berupa kenikmatan di dunia dan di akhirat adalah bagian dari rahmat Allah subhanahu wata’ala, dan rahmat Allah subhanahu wata’ala itu telah sampai kepada kita, yaitu sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dari 14 abad yang silam. Yang mana cahaya risalah kenabian berlanjut dari periode ke periode, dari generasi ke generasi, hingga telah lewat 14 abad yang silam akan tetapi sampai saat ini kita masih berada dalam cahaya risalah yang terang benderang, cahaya sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Ketahuilah bahwa kenikmatan dan segala kebahagiaan yang dicipta oleh Allah subhanahu wata’ala terbagi menjadi dua bagian, yaitu kenikmatan di dunia dan kenikmatan di akhirat. Dan sungguh beruntung mereka yang menjadikan kenikmatan di dunia sebagai pembuka kenikmatan di akhirat kelak, sebaliknya merugilah mereka yang menjadikan kenikmatan dunia sebagai alat untuk melewati kehidupan yang membuat mereka jauh atau bahkan melupakan Allah subhanahu wata’ala karena terlarut hanya dalam kenikmatan dunia, sehingga mereka menghadapi kehidupan dunia yang fana dengan penuh kenikmatan, dan kehidupan akhirat yang kekal akan dihadapi dalam kehinaan, wal’iyadzubillah (semoga Allah melindungi dan menjauhkan kita dari hal tersebut).

Senantiasalah ingat akan firman Allah subhanahu wata’ala:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ


( آل عمران : 185 ) “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. ( QS. Ali Imran : 185 )


Kehidupan dunia hanyalah kehidupan fana yang penuh dengan permainan, sandiwara dan tipuan-tipuan belak. Maka dalam kehidupan fana yang penuh dengan permainan dan tipuan ini, Allah subhanahu wata’ala menerbitkan matahari penerang kehidupan, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang mana telah Allah sebutkan dalam Al qur’an sebagai “ Penyeru kepada Allah dan pelita yang terang benderang”, sebagaimana firmanNya :

وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا
( الأحزاب : 46 ) “Dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi”. ( QS. Al Ahzab : 46 )


Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah penyeru manusia ke jalan Allah subhanahu wata’ala dan sebagai pelita yang terang benderang, yang menerangi kehidupan kita dan menyejukkan sanubari kita serta mempermudah segala kesulitan dalam kehidupan kita. Allah subhanahu wata’ala berfirman :

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا
( الطلاق : 2 ) “Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar.” ( QS. At Thalaq: 2 )



وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا
( الطلاق : 4 ) “Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” ( QS. At Thaalaq : 4 )



وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا


( الطلاق : 5 ) “Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya.” ( QS. At Thaalaq : 5 )

Dan bagaimana cara kita bertakwa kepada Allah subhanahu wata’ala, panutan kita dalam hal ini adalah pimpinan kita sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang membawa kita kepada keluhuran dan kemudahan, membawa kita kepada ketenangan, membawa kita kepada kesejukan dan kesejahteraan di dunia dan akhirat, maka panutlah beliau dalam menghadapi kehidupan kita di dunia ini.

Sampailah kita pada hadits luhur, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam suatu waktu melewati dua kuburan, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata bahwa kedua penghuni kuburan tersebut sedang disiksa di dalam kuburan mereka, hal ini menunjukkan bahwa beliau mengetahui dan mendengar siksa kubur. Dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata bahwa mereka tidaklah disiksa sebab perbuatn dosa besar, kemudian beliau mengambil selembar daun yang masih basah lalu membelahnya menjadi dua bagian, yang masing-masing bagian diletakkan di atas kedua kuburan tersebut. Para sahabat yang melihat hal tesebut lantas bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengapa beliau melakukan hal itu, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Semoga Allah meringankan siksaan kedua orang ini sebelum daun itu mengering”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa mereka disiksa bukan karena perbuatan dosa yang sangat besar, karena juga dijelaskan dalam riwayat yang lainnya di dalam Shahihul Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan bahwa hal tersebut bukanlah perbuatan dosa yang sangat besar, lantas beliau terdiam dan kemudian berkata : “akan tetapi termasuk dosa besar”, maka untuk mempermudah pemahaman dari hadits tersebut adalah bahwa perbuatan itu bukanlah termasuk dosa yang sangat besar seperti syirik, membunuh, berzina dan yang lainnya, namun hal tersebut termasuk dosa besar di sisi Allah subhanahu wata’ala, dan perbuatan tersebut sering dan banyak diremehkan oleh orang. Perbuatan dosa yang dilakukan kedua penghuni kubur itu, yang pertama adalah tidak menutupi aurat ketika membuang air kecil, yaitu membuang air kecil di hadapan orang lain. Mungkin anak kecil yang belum baligh masih banyak yang membuang air kecil dihadapan orang, namun seorang anak yang sudah baligh seharusnya tidak memperbuat hal tersebut, maka selayaknya bagi setiap orang tua untuk mengajari anak-anaknya agar tidak membuang air kecil sembarangan hingga terlihat auratnya oleh orang lain, dan aurat tidak boleh terlihat bukan hanya ketika membuang air kecil saja namun dalam segala keadaan. Kemudian dosa yang kedua adalah banyak mengadu domba orang lain (namiimah), menukil ucapan Hujjatul Islam Al Imam An Nawawi bahwa makna “Namiimah” adalah menyampaikan ucapan orang kepada yang lainnya kemudian memunculkan kebencian antara satu dengan yang lainnya, sehingga mereka saling bermusuhan akibat perbuatan tersebut. Maka tentunya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat bahwa kedua orang penghuni kubur tersebut adalah ummat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam yang sedang ditimpa kesulitan di dalam kubur mereka, dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tidak rela hal itu terjadi atas ummatnya, akan tetapi meskipun mereka telah berbuat dosa namun masih tetap diberi syafaat oleh beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu dengan meletakkan daun di atas kedua kubur tersebut agar diringankan siksa kubur mereka sebelum daun itu mengering. Maka hadits ini menjadi dalil bahwa syafaat nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wasallam tidak hanya ada ketika di hari kiamat saja, namun syafaat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga bisa terjadi di alam barzakh (kubur) bahkan di alam dunia, karena beliau sangat peduli terhadap ummatnya dan tidak rela jika kesulitan menimpa mereka, dimana segala sesuatu yang membuat ummatnya sulit atau dalam masalah, maka hal tersebut juga membuat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam merasa sulit. Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ


( التوبة : 128 ) “Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” ( QS. At Taubah : 128 )

Jika diantara kita tertimpa kesulitan atau musibah, maka hal itu juga akan memberatkan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga beliau sangat menjaga ummatnya dengan tuntunan-tuntunan mulia beliau agar terjauhkan dari segala kesulitan baik di dunia atau di akhirat, begitu juga dengan doa-doa beliau shallallahu ‘alaihi wasallam untuk ummatnya dari zaman beliau hingga di akhir zaman, serta dengan syafaat kubra kelak di hari kiamat. Inilah indahnya nabi kita, yang paling peduli kepada kita, di saat semua kekasih kita melupakan kita, orang-orang yang mencintai kita akan meninggalkan dan melupakan kita jika mereka bukanlah termasuk orang-orang yang shalih, namun nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak akan pernah melupakan ummatnya selama mereka masih mengakui kalimat syahadat :

لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهَ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ الله
“ Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad utusan Allah”

Meskipun barangkali diantara mereka masih ada yang akan melewati kehidupan yang sulit kelak di akhirat, namun kesulitan itu tidak akan abadi karena semua kesulitan ummat ini akan berakhir dengan syafaat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kita berharap agar semua kesulitan kita di dunia dan di akhirat termudahkan dengan syafaat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Di majelis yang mulia ini, majelis kecintaan kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam karena majelis ini tidak kita buka dan tidak kita tegakkan kecuali untuk menuntun ummat menuju cinta kepada Allah subhanahu wata’ala dan kecintaan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, oleh sebab itu majelis ini diberi nama dengan “Majelis Rasulillah shallallahu ‘alaihi wasallam” , serta untuk menuntun ummat menuju kebahagiaan dan keluhuran dengan bersatu dalam satu barisan bersama para salafusshalih, para muqarrabin, para awliyaa’ dan para syuhadaa’ dan shalihin dan bersama pemimpin seluruh orang-orang yang mulia, pemimpin semua manusia sejak zaman nabi Adam As, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dimana seluruh alam semesta mengenal dan mencintai beliau shallallahu ‘alaihi wasallam kecuali para pendosa dari kalangan manusia dan jin yang tidak mengenal beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana dijelaskan dalam riwayat Shahihul Bukhari dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda seraya menunjuk kepada gunung Uhud :
إِنَّ أُحُدًا جَبَلٌ يُحِبُّنَا وَنُحِبُّهُ


“ Sesungguhnya Uhud adalah gunung yang mencintai kami, dan kami pun mencintainya”

Gunung Uhud hanyalah tumpukan batu namun ternyata juga mencintai sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan cintanya dijawab oleh beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, maka terlebih lagi cinta kita kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam seharusnya melebihi cinta gunung Uhud itu, dan kepedulian kita terhadap beliau dan dakwah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam akan berganti dengan cinta beliau shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kita, serta limpahan anugerah dari Allah subhanahu wata’ala berupa kemuliaan-kemuliaan yang Allah berikan untuk kita dalam kehidupan dunia yang dari sana akan muncul kemuliaan dalam kehidupan akhirat kelak, insyaallah.

Dan layak kita fahami bahwa dalam kehidupan ini, kita telah mendapatkan anugerah besar yang berupa kalam Allah subhanahu wata’ala, yaitu Al qur’anul Karim yang merupakan surat kasih sayang Allah yang menuntun kita untuk mencintai dan dicintai Allah subhanahu wata’ala yang dibawa oleh sang pembawa Al qur’an sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana Al quran itu berisi kalimat-kalimat suci dari Allah subhanahu wata’ala yang layaknya menerangi hari-hari dalam kehidupan kita, layaknya menerangi bibir kita, layaknya menerangi rumah-rumah kita, dan selayaknya menerangi jiwa-jiwa kita. Namun saat ini lihatlah bagaimana keadaan rumah-rumah kita, barangkali di sebagian rumah telah berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan tidak terdengar suara lantunan kalimat-kalimat Allah dibacakan, tidak ada orang yang membaca Al qur’an di dalamnya, padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
إِنَّ اَلْبَيْتَ الَّذِيْ يُقْرَأُ فِيْهِ اْلقَرْآنُ يَتَرَاءَى لِأَهْلِ السَّمَاءِ كَمَا تَتَرَاءَى النُّجُوْمُ لِأَهْلِ اْلأَرْضِ


“ Sesungguhnya rumah yang didalamnya dibacakan Al quran maka akan terlihat oleh penduduk langit (malaikat) sebagaimana terlihatnya bintang-bintang oleh penduduk bumi”

Rumah-rumah yang didalamnya dibacakan Al qur’an tampak terang benderang oleh penduduk langit, maka bagaimanakah keadaan rumah-rumah kita, apakah terlihat gelap seperti gelapnya malam, ataukah terlihat berpijar seperti bintang dan terlihat indah dari langit oleh para malaikat Allah. Maka terangilah rumah-rumah kita dengan Al qur’an, terangilah bibir-bibir kita dengan kalimat-kalimat Allah subhanahu wata’ala.

Alhamdulillah di majelis ini kita telah membuka Halaqaturrasul yang ditujukan untuk mereka yang ingin membaca Al qur’an secara berkelompok, dimana membaca Al qur’an sendiri pun hal itu adalah baik, namun jika membacanya secara berkelompok bersama dengan orang lain maka kemuliaan yang didapati pun akan bertambah banyak, dimana setiap orang akan menjadi pengajar, pelajar, pendengar dan pembaca Al qur’an. Seseorang akan menjadi sebagai pelajar, karena ketika ia membaca Al qur’an dan dalam bacaannya terdapat kesalahan maka orang lain akan membenarkan bacaannya, maka dari pembetulan itu ia telah belajar. Dan ia disebut sebagai pengajar ketika ia membetulkan bacaan orang lain yang salah atau kurang tepat, serta disebut pula sebagai pendengar ketika seseorang mendengarkan orang lain membaca sehingga pendengarannya mendapatkan cahaya dari bacaan itu, dan disebut sebagai pembaca ketika seseorang mendapatkan bagian untuk membaca sehingga bercahayalah bibirnya dengan bacaan tersebut, dan hal itu merupakan hal yang sangat agung di sisi Allah subhanahu wata’ala, demikianlah tujuan dari dibentuknya Halaqaturrasul ini sebagaimana yang diinstruksikan oleh guru mulia kita untuk dimakmurkan di Majelis Rasulillah shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa sebaik-baik manusia yang berjalan di atas bumi adalah para pengajar Al qur’an, dimana jika ia mengatakan kepada seorang anak kecil untuk mengucapkan بسم الله الرحمن الرحيم kemudian anak itu mengucapkannya, maka Allah akan menentukan untuk anak itu, dan orang yang mengajarnya serta untuk kedua orang tua anak itu pembebasan dari api neraka. Maka terlebih lagi jika yang diajarkan adalah Al qur’an hingga khatam, seperti pembacaan Al qur’an secara berkelompok yang didalamnya tercakup pembelajaran dan pengajaran Al qur’an.

Barangkali hari-hari kita terlewatkan dan pendengaran dan pengucapan kita ada pada hal-hal yang tidak diridhai Allah, bagaimana keadaan bibir kita, telinga kita, pengucapan kita dan pendengaran kita akan hal-hal yang diridahi Allah subhanahu wata’ala. Seberapa banyak kita mendengar atau membaca kalimat-kalimat Allah yang begitu indah, dan seberapa banyak kita mengucapkan dan mendengarkan kalimat-kalimat selain Al qur’an, seberapa peduli kita akan kalimat-kalimat Allah dan seberapa peduli kita terhadap selain Al qur’an. Mungkin banyak dari sebagian rumah-rumah kita yang jauh dari cahaya Al qur’an Al Karim, namun sebagian dari kita telah menata waktu dalam setiap harinya, misalnya ketika berada di rumah pada jam sekian akan acara ini dan itu di Tv maka aku harus mendengarkannya dan yang lainnya, kesemuanya ditata dengan tertib agar tidak terlewatkan padahal hal-hal tersebut hanyalah kefanaan yang sia-sia dan tiada akan menuntun kepada keluhuran namun barangkali menuntun kepada kehinaan.

Akan tetapi adakah seseorang yang peduli untuk mengatur waktunya pada jam tertentu untuk membaca Al qur’an?, sebagaimana waktu sebelum masuk waktu subuh sangat dianjurkan untuk membaca Al qur’an, begitu pula sebelum terbitnya matahari dan setelah terbenamnya matahari, bahkan di waktu kapanpun dan dimana pun disunnahkan untuk membaca Al qur’anul Karim, kecuali di tempat-tempat yang hina seperti kamar mandi dan lainnya. Maka terangilah waktu-waktu kita dengan cahaya Al qur’an, yang mana Al quran adalah kalam Allah subhanahu wata’ala yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan ingatlah bahwa Allah subhanahu wata’ala menciptakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sebagai lambang cinta Allah subhanahu wata’ala, lambang kasih sayang Allah subhanahu wata’ala terhadap hamba-hambaNya, dan dengan kasih sayang itu Allah memberikan kenikmatan di dunia kepada semua manusia yang beriman atau pun yang tidak beriman, dan terdapat pula kasih sayang dan kelembutan yang hanya diberikan kepada manusia yang beriman kelak di akhirat. Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam hadits qudsi riwayat Shahih Al Bukhari bahwa ketika Allah subhanahu wata’ala telah selesai membangun ‘arsy dan seluruh alam semesta, kemudian Allah menuliskan di atas ‘arasy :
إِنَّ رَحْمَتِيْ تَغْلِبُ غَضَبِيْ


“ Sesungguhnya rahmatKu (kasih sayang) mengalahkan kemurkaanKu”

Oleh sebab itu layaklah jika para shalihin dan para wali Allah dan orang-orang yang beriman sangat mencintai dan rindu kepada Allah subhanahu wata’ala lebih dari kecintaan mereka kepada selain Allah subhanahu wata’ala. Syaikh Ibrahim Al Khawwas Ar dalam kitab Ihyaa’ Ulumuddin sambil memegang dadanya dan mengalir air matanya beliau berkata :
وَاشَوْقَاهْ لِمَنْ يَرَانِيْ وَلاَ أَرَاهُ


“ Sungguh rindunya aku pada Yang melihatku (Allah) dan aku tidak melihatNya”

Dan kerinduan orang-orang shalih seperti mereka ditumpahkan dalam munajat yang sangat agung dan sering kita dengar, yaitu :
اَللّهُمَّ ارْزُقْنَا النَّظَرَ إِلَى وَجْهِكَ اْلكَرِيْمِ


“ Ya Allah limpahkanlah rizeki kepada kami untuk memandang dzatMu yang mulia”


Ketika kita telah mencintai Allah subhanahu wata’ala, maka kita haruslah menyayangi hamba-hamba yang telah diciptaNya, diantara meraka adalah keluarga, kerabat kita, tetangga dan teman-teman kita, dan yang lainnya. Orang yang menyayangi segenap ummat Islam dengan menginginkan untuk tidak datang musibah atas mereka, maka ia adalah pemilik jiwa yang sama dengan jiwa nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, satu pemikiran dan satu niat dengan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, yang mana beliau senantiasa berdoa untuk ummatnya agar terjauhkan dari segala musibah.

Semoga Allah subhanahu wata’ala menjauhkan musibah dari kita dan semua ummat ini, serta mengabulkan segala hajat kita dan semua hajat ummat ini, Ya Rahman Ya Rahiim permudahlah segala kesulitan dan bukalah segala pintu keluhuran, angkatlah segala penghalang kami untuk mencapai kemuliaan, keluhuran, dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Wahai Yang Maha Memiliki dunia dan akhirat dan kebahagiaannya limpahkanlah kepada kami kebahagiaan di dunia dan akhirat dan jauhkan kami dari api neraka…

فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama

يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ

Rabu, Juli 11, 2012

General file Tempatnya Download Softwere

General Files
http://m.general-files.com/


Rindu Sunnah


http://rindusunnah.com/index.php/software-islam/980-download-program-al-quran-untuk-membantu-membaca-al-quran-dan-menghafalnya

Kitab
http://www.4shared.com/dir/13978439/7857ec1e/Kitab.html


Software Islam


http://rindusunnah.com/index.php/software-islam

Al Quran Text+Player
http://quran.com/1

Enam Persoalan Manusia Menurut Imam Ghozali

Enam Persoalan Manusia Menurut Imam Ghozali


Imam Ghozali dikenal sebagai ulama besar. Kitabnya banyak dan hingga kini masih sering dikaji
oleh santri Indonesia. Yang paling terkenal adalah Ihya’ Ulumuddin. Ada sebuah kisah menarik
tentang ajaran Imam Ghozali seputar persoalan hidup. Ajaran ini termaktub dalam sebuah risalah
salaf.

Sahdan, suatu hari, Imam Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Ghozali
mengajukan enam pertanyaan pada murid-muridnya.

Pertanyaan Pertama,


“Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?”
Murid-muridnya ada yang menjawab : orang tua, guru teman dan kerabatnya.
Imam Ghozali menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah
‘mati’. Sebab itu sudah janji Allah bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. Oleh karena itu
sudah siapkah kita mati?. Bekal apakah yang akan kita bawa mati?.

Pertanyaan Kedua,


“Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?”
Murid-muridnya ada yang menjawab : Negeri China, bulan, matahari dan bintang-bintang.
Imam Ghozali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang
paling jauh dengan kita adalah ‘masa lalu’. Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita
tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh karena itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang
akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Allah.

Pertanyaan Ketiga,


“Apa yang paling besar di dunia ini?”
Murid-muridnya ada yang menjawab : Gunung, bumi dan matahari..
Imam Ghozali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang
paling besar dari yang ada di dunia ini adalah “nafsu”
Justru nafsu yang menguasai diri kita, menyebabkan manusia gagal menggunakan akal, mata,
telinga dan hati yang dikaruniakan Allah untuk hidup dengan benar.

Pertanyaan Keempat,


“Apa yang paling berat di dunia ini?”
Murid-muridnya ada yang menjawab : baja, besi dan gajah.
Imam Ghozali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang
paling berat adalah “memegang amanah”

Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung dan malaikat, semua itu tidak mampu ketika Allah meminta
mereka untuk menjadi kholifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya
menyanggupi permintaan Allah, namum manusia lupa akan janjinya pada Allah yang tidak bisa
memegang amanah.

Pertanyaan Kelima,


“Apa yang paling ringan di dunia ini?”
Murid-muridnya ada yang menjawab : kapas, angin, debu dan daun-daunan.
Imam Ghozali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang
paling ringan didunia ini adalah “meninggalkan sholat”. Gara-gara pekerjaan dan urusan dunia kita
dengan mudah meninggalkan sholat.

Pertanyaan Keenam,


“Apa yang paling tajam di dunia ini?”
Murid-muridnya dengan serentak menjawab Pedang…!!.
Imam Ghozali menjawab benar, tapi yang paling tajam adalah “lidah manusia”.Karena manusia
dengan begitu mudah menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.
Published with Blogger-droid v2.0.6

Selasa, Juli 10, 2012

Pengertian Hidup menurut Al Qur'an



Masa hidup manusia terbagi dua (QS 40/11), hidup pertama adalah di dunia kini dan hidup kedua berlaku di akhirat. Kedua macam hidup berlaku dalam keadaan konkrit.

Berbagai macam ajaran mengenai hakekat hidup dan tujuan hidup telah berkembang. Masing-masing berbeda tentang pengertian dan tujuan hidup. Hanya Al Qur’an lah yang dapat menjelaskan arti dan tujuan hidup manusia secukupnya sehingga dapat dipahami oleh setiap individu yang membutuhkannya.

Orang atheis mendasarkan doktrinnya atas teori naturalism tidak dapat memberikan alasan kenapa adanya hidup kini, kecuali sebagai kelanjutan dari hukum evolusi pada setiap benda yang sejak dulu telah mengalami perubahan alamiah. Sementara mereka berbantahan pula mengenai hukum evolusi itu sendiri disebabkan banyaknya benturan (dead lock) dalam analysa dan teorinya.

Benturan itu mereka namakan Missing Link. Untuk tujuan hidup mereka juga tidak mempunyai arah dan alasan yang tepat. Tetapi mereka semua sama berpendapat bahwa yang ada kini akan musnah dengan sendirinya di ujung zaman sesuai dengan menusut dan habisnya alat kebutuhan hidup dan disebabkan terganggunggunya stabilitas susunan bintang di alam semesta.

Mereka berkesimpulan bahwa hidup kini dimulai dari kekosongan, telah terwujud secara alamiah, dan sedang menuju ke arah kekosongan alam semesta dimana setiap individu hilang berlalu tanpa bekas dan tidak akan hidup kembali.
Dalam hal ini mereka melupakan unsur Roh yang ada pada setiap individu.

Pihakyang menganut paham Plurality atau Trinity, walaupun tidak membenarkan teori evolusi , malah mengakui manusia ini memulai hidupnya dari satu diri yang sengaja diciptakan Tuhan, tetapi mereka tdak dapat memberikan alasan tentang maksud apa yang terkandung dalam perencanaan penciptaan itu. Sebagai tujuan hidup, mereka sama sependapat bahwa nanti akan berlaku kehidupan balasan sesudah mati, tetapi dalam kedaan gaib bukan konkrit, dimana setiap pribadi baik akan menerima kebahagiaan jiwa dan pribadi jahat akan merana.

Pihak pertama di atas tadi bertntangan dengan dengan ajaran Al Qur’an mengenai asal hidup dan juga bertentangan mengenai tujuan hidup, sedangkan pihak kedua bersamaan dengan ajaran Al Qur’an mengenai asal usul hidup juga bersamaan tentang tujuan hidup tetapi berbeda dalam hal ghaib dan konkrit. Sebaliknya kedua pihak (Islam dan Plurality/Trinity) sependapat tentang arti hidup yang tidak lain hanyalah berjuang untuk kebutuhan dan kelanjutan generasi, tetapi mereka (Plurality/Trinity) melupakan bahwa pendapat demikian akan berujung dengan pemusnahan generasi mendatang karena setiap individu lebih mementingkan keadaan sekarang tanpa ancaman resiko konkrit yang akan dihadapi di akhirat nanti.

Al Qur’an yang menjadi dasar ajaran hidup dalam Islam, memberikan alasan dan keterangan secukupnya mengenai sebab, arti dan tujuan hidup manusia.

A. Sebab adanya hidup
Semesta raya ini dulunya dari kekosongan total, tidak satupun yang ada kecuali Allah yang ESA yang senantiasa dalam keadaan ghaib. DIA mempunyai maksud agar berlaku penyembahan terhadapNYA yang tentu harus dilaksanakan oleh makhluk yang memiliki logika Maka perlulah diciptakan jin dan manusia yang akan menjalani ujian dimana dapat ditentukan berlakunya pengabdian dimaksud. Kedua macam makhluk ini membutuhkan tempat hidup dimana segala kebutuhan dalam pengujian tersedia secara alamiah atau ilmiah, maka diciptakanlah benda angkasa berbagai bentuk, masa dan fungsi. Semuanya terlaksana secara logis menurut rencana tepat, dan tiba masanya dimulai penciptaan Jin dan Manusia, masing-masing berbeda di segi abstrak dan konkrit.

Allah itu Pencipta tiap sesuatu dan DIA menjaga tiap sesuatu itu. (QS 39/62)

DIA pelaksana bagi apa yang DIA inginkan. (QS 85/16)

Dan tidaklah AKU ciptakan jin dan manusia itu kecuali untuk menyembah AKU (di akhirat utamanya). QS 51/96.

B. Arti Hidup KINI
Al Qur’an memberikan ajaran tentang arti hidup bahwa hendaklah menghubungkan dirinya secara langsung kepada Allah dengan cara melaksanakan hukum-hukum tertulis dalam al quran, dan menghubungkan dirinya pada masyarakat sesamanya dalam melaksanakan tugas amar makhruf nahi munkar.

DIAlah yang menciptakan kematian dan kehidupan agar DIA menguji kamu yang mana diantara kamu yang lebih baik perbuatannya, dan DIA Mulia dan Pengampun. (QS 67/2)

Bahwa Kami menunjukkan garis hukum padanya (manusia itu), terserah padanya untuk bersyukur atau kafir. (QS 76/3)

C. Tujuan hidup
Al Qur’an menjelaskan bahwa kehidupan kini bukanlah akan berlalu tanpa akibat tetapi berlangsung dengan catatan atas semua gerak zahir dan batin yang menentukan nilai setiap indivisu untuk kehidupan konkrit nantinya di alam akhirat, dimana kehidupan terpisah antara yang beriman dan yang kafir untuk selamanya.

Dan berlombalah kepada keampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya sama dengan luas planet-planet dan Bumi ini, dijanjikan untuk para muttaqien. (QS 3/133)

Sungguh kami ciptakan manusia itu pada perwujudan yang lebih baik. Kemudian kami tempatkan dia kepada kerendahan yang lebih rendah. Kecuali orang-orang beriman dan beramal shaleh, maka untuk mereka upah yang terhingga. QS 95/4-6)

Dengan keterangan singkat ini, jelaslah bahwa Al Qur’an bukan saja menjelaskan kenapa adanya hidup kini, tetapi juga memberikan arti hidup serta tujuannya yang harus dicapai oleh setiap diri.

Keterangan Al Qur’an seperti demikian dapat diterima akal sehat dan memang hanyalah kitab suci itulah yang mungkin memberikan penjelasan demikian.

Renungan Hari Akhir


Iman kepada hari akhir merupakan perkara yang sangat penting dan begitu ditekankan dalam banyak ayat al-Qur’an. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Setiap jiwa pasti akan merasakan mati. Dan sesungguhnya balasan atas kalian akan disempurnakan kelak pada hari kiamat. Barangsiapa yang diselamatkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh dia telah beruntung. Tidaklah kehidupan dunia itu melainkan kesenangan yang menipu.” (QS. Ali ‘Imran: 185)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah; Sesungguhnya kematian yang kalian berusaha lari darinya itu pasti akan menemui kalian. Kemudian kalian akan dikembalikan kepada Yang Maha Mengetahui perkara ghaib maupun perkara yang tampak lalu Allah akan mengabarkan kepada kalian apa saja yang telah kalian kerjakan -di dunia-.” (QS. al-Jumu’ah: 8)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai umat manusia, bertakwalah kepada Rabb kalian, karena sesungguhnya kegoncangan pada hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat dahsyat. Pada hari itu kamu akan melihatnya, setiap ibu yang menyusui lalai dari susuannya, dan setiap ibu yang hamil pun berguguran kandungannya. Dan kamu melihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk. Akan tetapi siksaan Allah yang amat keras.” (QS. al-Hajj: 1-2).

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Pada hari itu setiap orang akan lari meninggalkan saudaranya, ibu maupun ayahnya, istri dan anak-anaknya. Setiap orang diantara mereka pada hari itu memiliki urusan yang sangat menyibukkan diri mereka sendiri.” (QS. ‘Abasa: 34-37)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan diletakkanlah kitab (catatan amal) itu, maka kamu lihat orang-orang yang berbuat dosa dirundung ketakutan melihat apa yang tertulis padanya, dan mereka berkata, “Kitab apakah ini; ia tidak meninggalkan perkara yang kecil ataupun yang besar kecuali ia perhitungkan juga.” Mereka dapati segala yang pernah mereka lakukan tertulis di sana. Dan Rabbmu tidak akan berbuat zalim kepada siapapun.” (QS. al-Kahfi: 49)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Kami letakkan timbangan-timbangan keadilan pada hari kiamat, maka tidak ada satu jiwa pun yang akan terzalimi sedikit pun. Meskipun kebaikan itu hanya sekecil biji sawi, maka Kami akan tetap mendatangkannya, dan cukuplah Kami sebagai penghisabnya.” (QS. al-Anbiya’: 47)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Demi Rabbmu, Kami pasti akan menanyai mereka semuanya tentang segala yang pernah mereka amalkan -di dunia-.” (QS. al-Hijr: 92-93)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Berlomba-lombalah kalian menuju ampunan dari Rabb kalian dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia dari Allah, Allah memberikannya kepada siapa pun yang dikehendaki oleh-Nya. Allah adalah pemilik karunia yang sangat agung.” (QS. al-Hadid: 21)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia serta perhiasannya maka Kami akan sempurnakan bagi mereka balasan atas amal-amal mereka di dunia itu dalam keadaan mereka tidak dirugikan sama sekali. Mereka itulah orang-orang yang tidak mendapatkan balasan apa-apa di akherat kecuali neraka, lenyaplah sudah apa yang dahulu mereka perbuat di sana, dan sia-sia amal yang dahulu mereka lakukan.” (QS. Hud: 15)

Allah ta’ala menceritakan ajakan seorang rasul kepada kaumnya (yang artinya), “Wahai kaumku, ikutilah aku niscaya akan kutunjukkan kepada kalian jalan petunjuk. Wahai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (yang semu), dan sesungguhnya akherat itulah tempat menetap yang sebenarnya.” (QS. Ghafir: 38-39)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Akan tetapi ternyata kalian lebih mengutamakan kehidupan dunia, sementara akherat itu lebih baik dan lebih kekal.” (QS. al-A’la: 16-17)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri darinya maka tidak akan dibukakan untuk mereka pintu-pintu langit dan tidak akan masuk ke dalam surga sampai unta bisa masuk ke dalam lubang jarum. Demikian itulah Kami akan membalas orang-orang yang berdosa/kafir itu.” (QS. al-A’raaf: 40)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka penduduk neraka pun memanggil penduduk surga: ‘Berikanlah kepada kami air minum atau -makanan- apa saja yang diberikan Allah kepada kalian.’ Maka mereka menjawab, ‘Sesungguhnya Allah mengharamkan keduanya bagi orang-orang kafir’, yaitu orang-orang yang telah menjadikan agama mereka sebagai bahan senda gurau dan permainan dan tertipu oleh kehidupan dunia. Maka pada hari ini Kami lupakan mereka, sebagaimana dulu -ketika di dunia- mereka telah melupakan hari pertemuan mereka ini dan juga karena dahulu mereka senantiasa menentang ayat-ayat Kami.” (QS. al-A’raaf: 50-51)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal salih bagi mereka itu surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Itulah keberuntungan yang sangat besar…” (QS. al-Buruj: 11)

Dari Aisyah radhiyallahu’anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pada hari kiamat umat manusia akan dikumpulkan dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, dan belum dikhitan.” Maka Aisyah mengatakan, “Wahai Rasulullah, perempuan dan laki-laki dikumpulkan menjadi satu? Tentu saja mereka akan saling melihat satu dengan yang lain.” Maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai ‘Aisyah, sesungguhnya urusan di waktu itu lebih dahsyat sehingga untuk saling memperhatikan satu dengan yang lain pun mereka tidak sempat.” (HR. Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq [6527] dan Muslim dalam Kitab al-Jannah wa Shifatu Na’imiha wa Ahliha [2859])

Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kelak kematian akan didatangkan dalam bentuk seekor domba putih kehitam-hitaman. Lalu ada yang berseru, ‘Wahai penduduk surga’ maka mereka pun mendongakkan kepala seraya memandanginya. Lalu ditanyakan kepada mereka, ‘Apakah kalian mengenalinya?’. Maka mereka menjawab, ‘Iya. Ini adalah kematian.’ Dan mereka semua pun telah melihatnya. Lalu diserukan lagi, ‘Wahai penduduk neraka.’ maka mereka pun mendongakkan kepalanya seraya memandanginya. Lalu ditanyakan, ‘Apakah kalian mengenalinya?’. Mereka menjawab, ‘Iya. Ini adalah kematian’. Dan mereka semua pun telah ikut melihatnya. Kemudian domba (kematian) pun disembelih, dan dikatakan, ‘Wahai penduduk surga, kekallah. Tiada lagi kematian’, ‘Wahai penduduk neraka, kekallah. Tiada lagi kematian.’ Kemudian Nabi membaca ayat (yang artinya), “Dan berikanlah peringatan kepada mereka akan hari penyesalan ketika keputusan itu sudah ditetapkan sementara mereka tenggelam dalam kelalaian.” Mereka memang berada dalam kelalaian; yaitu para pemuja dunia, “dan mereka pun tidak beriman.” (QS. Maryam: 39).” (HR. Bukhari dalam Kitab Tafsir al-Qur’an [4730])

Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila para penduduk surga telah memasuki surga dan para penduduk neraka pun telah memasuki neraka maka didatangkanlah kematian hingga diletakkan di antara surga dan neraka, kemudian kematian itu disembelih. Lalu ada yang menyeru, ‘Wahai penduduk surga, kematian sudah tiada. Wahai penduduk neraka, kematian sudah tiada’. Maka penduduk surga pun semakin bertambah gembira sedangkan penduduk neraka semakin bertambah sedih karenanya.” (HR. Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq [6544] dan Muslim dalam Kitab al-Jannah wa Shifatu Na’imiha wa Ahliha [2850])

Dari Sahl radhiyallahu’anhu, beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh, tempat meletakkan cemeti di surga itu jauh lebih baik daripada dunia dan seisinya. Dan sungguh berangkat di pagi hari atau di sore hari dalam rangka berjuang di jalan Allah itu jauh lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq [6415])

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang masuk surga maka dia akan selalu senang dan tidak akan merasa susah. Pakaiannya tidak akan usang dan kepemudaannya tidak akan habis.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Jannah wa Shifatu Na’imiha wa Ahliha [2836])

Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ya Allah, tidak ada kehidupan sejati selain kehidupan akherat.” (HR. Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq [6413])

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu berkata, “Jadilah kalian anak-anak akherat, dan jangan menjadi anak-anak dunia. Sesungguhnya hari ini adalah amal dan belum ada hisab, sedangkan besok yang ada adalah hisab dan tidak ada lagi waktu untuk beramal.” (HR. Bukhari secara mu’allaq dalam Kitab ar-Riqaq, lihat Shahih Bukhari cet. Maktabah al-Iman hal. 1307).

Yahya bin Mu’adz ar-Razi rahimahullah berkata, “Dunia ini adalah khamr setan. Barangsiapa yang mabuk karenanya niscaya dia tidak akan sadar kecuali di tangan tentara kematian dalam keadaan menyesal bersama golongan orang-orang yang merugi.” (lihat Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 482 cet. Dar al-Hadits)

Ada seseorang yang bertanya kepada Muhammad bin Wasi’, “Bagaimana keadaanmu pagi ini?”. Beliau menjawab, “Bagaimanakah menurutmu mengenai seorang yang melampaui tahapan perjalanan setiap harinya menuju alam akherat?” (lihat Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 482)

Al-Marudzi mengatakan: Aku pernah bertanya kepada [Imam] Ahmad bin Hanbal, “Bagaimana keadaanmu pagi ini?”. Maka beliau menjawab, “Bagaimanakah keadaan seorang hamba yang Rabbnya senantiasa menuntutnya untuk menunaikan kewajiban-kewajiban. Nabinya juga menuntut dirinya untuk mengerjakan Sunnah/tuntunannya. Begitu pula, dua malaikat yang menuntutnya untuk memperbaiki amalan. Sementara hawa nafsu menuntut dirinya untuk memperturutkan kemauannya. Iblis mengajaknya untuk melakukan berbagai perbuatan keji. Malaikat maut juga menunggu-nunggu untuk mencabut nyawanya. Dan di sisi yang lain, anak dan istrinya pun menuntut untuk diberikan nafkah?!” (lihat Aina Nahnu min Akhlaqis Salaf, hal. 19)

Sebagian orang arif berkata, “Bagaimana bisa merasakan kegembiraan dengan dunia, orang yang perjalanan harinya menghancurkan bulannya, dan perjalanan bulan demi bulan menghancurkan tahun yang dilaluinya, serta perjalanan tahun demi tahun yang menghancurkan seluruh umurnya. Bagaimana bisa merasa gembira, orang yang umurnya menuntun dirinya menuju ajal, dan masa hidupnya menggiring dirinya menuju kematian.” (lihat Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 483)

Allahumma innaa nas’alukal jannah wa na’uudzu bika minan naar. Robbanaa aatinaa fid dunya hasanah, wa fil aakhirati hasanah, wa qinaa ‘adzaaban naar.

Minggu, Juli 08, 2012

Tuntunan Bertaubat kepada Allah SWT



Taubat dalam Sunnah Nabi Saw.


Dalam sunnah Nabi Saw, kita banyak menemukan hadits-hadits yang mengajak kita untuk bertaubat, menjelaskan keutamaannya, dan mendorong untuk melakukannya dengan berbagai cara. Hingga Rasulullah Saw bersabda:
"Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah SWT, karena sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah SWT dalam satu hari sebanyak seratus kali". (Hadits diriwayatkan oleh Muslim dari Al Aghar al Muzni.)
Aku cukupkan dengan menyebut beberapa hadits yang disebutkan oleh hafizh al Mundziri dalam kitabnya "at-Targhib wa Tarhib", dan aku sebutkan hadits-hadits yang paling penting dari hadits-hadits itu dalam kitabku: "al Muntaqa min at Targhib wa Tarhib".
Dari Abi Musa r.a. diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda:
"Sesungguhnya Allah SWT membuka "tangan"-Nya pada malam hari untuk memberikan ampunan kepada orang yang melakukan dosa pada siang hari, dan membuka "tangan"-Nya pada siang hari, untuk memberikan ampunan kepada orang yang melakukan dosa pada malam hari, (terus berlangsung demikian) hingga (datang masanya) matahari terbit dari Barat (kiamat)". Hadits diriwayatkan oleh an-Nasaai.
Dari Abi Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw bersabda:
"Jika kalian melakukan dosa hingga dosa kalian sampai ke matahari, kemudian kalian bertaubat, niscaya Allah SWT akan mengampuni kalian". Hadits diriwayatkan oleh Ibnu Majah dengan sanad yang baik. (Hadits diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam kitab Az Zuhd (4248), dan dalam kitab az Zawaid diterangkan: ini adalah isnad hasan.).
Dari Jabir r.a. ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda:
"Di antara kebahagiaan manusia adalah, panjang usianya, dan Allah SWT memberikan rezeki taubat kepadanya".
Hadits ini diriwayatkan oleh Al Hakim. Dan ia berkata: isnad hadits ini sahih. (Penilaian Al Hakim ini disetujui oleh Adz Dzahabi (4/240) dan Al Haitsami menyebutkan sebagian hadits ini dan berkata: Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan Al Bazzar, dan sanadnya adalah hasan (10/203).).
Dari Abi Sa'id al Khudri r.a. dari Nabi Saw beliau bersabda:
"Perumpamaan orang mu'min dan iman adalah seperti kuda dalam kandang (ikatan) nya, ia berjalan sebentar ke luar untuk kemudian kembali ke kandang (ikatan) nya . Dan seorang mu'min dapat lalai dan melakukan kesalahan namun kemudian ia kembali kepada keimanannya. Maka berikan makanan kalian kepada kaum yang bertakwa, dan kaum mu'minin yang baik". Hadits diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam sahihnya. (Yaitu dalam al Mawaarid (2451), dan diriwayatkan pula oleh Ahmad dan Abu Ya'la seperti dikatakan oleh al Haitsami, dan para periwayatnya adalah sahih, selain Abi Sulaiman al Laitsi, dan Abdullah bin al Walid at Tamimi, keduanya adalah tsiqat (10/201).).
Dari Anas r.a. bahwa Nabi Saw bersabda:
"Seluruh anak Adam adalah cenderung berbuat salah, dan paling baik orang yang berbuat salah adalah mereka yang bertaubat". Hadits diriwayatkan oleh Tirmizi, Ibnu Majah, dan Hakim. Seluruhnya dari riwayat Ali bin as'adah.(Ibnu Hajar berkata tentangnya dalam kitab at Taqrib: ia Shaduq dan mempunyai sedikit kelemahan (awham)).
Tirmizi berkata: hadits ini gharib, kami hanya medapatkannya dari Ali bin Mas'adah dari Qatadah. Al Hakim berkata: Isnadnya sahih. (Hadits riwayatkan oleh Tirmidzi dalam kitab Shifaat al Qiyaamah (1, 25) dan Ibnu Majah dalam kitab az Zuhd (4252), dan al Hakim (4/244). Adz Dzahabi berkata: Ali adalah layyin (agak lemah), dan Ibnu Al Qaththan mendukung al Hakim seperti terdapat dalam kitab Al Faidh (5/17). Dan dinilai hasan oleh Al Albani dalam kitab Sahih Jami' Shagir (5415).).
Dari Abi Hurairah r.a. bahwa ia mendengar Rasulullah Saw bersabda:
"Seorang hamba melakukan dosa, dan berdo'a: 'Ya Tuhanku, aku telah melakukan dosa maka ampunilah aku'. Tuhannya berfirman: 'hamba-Ku mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan yang akan mengampuni dan menghapus dosanya, maka Tuhan-pun mengampuninya'. Kemudian waktu berjalan dan orang itu tetap seperti itu hingga masa yang ditentukan Allah SWT, hingga orang itu kembali melakukan dosa yang lain. Orang itupun kembali berdo'a: 'Ya Tuhanku, aku kembali melakukan dosa, maka ampunilah dosaku'. Tuhan-nya berfirman: 'Hamba-Ku mengetahui bahwa dia mempunyai Tuhan Yang mengampuni dan menghapus dosanya', maka Tuhan-pun mengampuninya. Kemudian ia terus dalam keadaan demikian hingga masa yang ditentukan Allah SWT, hingga akhirnya ia kembali melakukan dosa. Dan ia berdo'a: 'Ya Tuhanku, aku telah melakukan dosa, maka ampunilah daku'. Tuhan-nya berfirman: 'Hamba-Ku mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan Yang mengampuni dan menghapus dosanya'. Maka Tuhannya berfirman: 'Aku telah berikan ampunan kepada hamba-Ku, dan silahkan ia melakukan apa yang ia mau". Hadits diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Redaksi: 'falya'mal ma syaa' "silakan ia melakukan apa yang ia mau" maknanya adalah --wallahu a'lam--: selama dia melakukan dosa dan beristighfar kemudian diampuni, dan ia tidak melakukan dosa itu lagi. Dengan dalil redaksi: "kemudian ia melakukan dosa lagi" maka ia dapat melakukannya lagi jika itu merupakan perangainya, sesuai kemauannya. Karena ia, setiap kali ia melakukan suatu dosa maka taubat dan istihgfarnya menjadi penghapus dosanya itu, dan ia tidak mendapatkan celaka. Tidak karena ia melakukan suatu dosa, kemudian ia beristighfar dari dosanya itu dengan tanpa berusaha membebaskan dirinya dari kebiasan buruknya itu, karena itu adalah taubat orang yang suka bohong.
Telah disebutkan sebelumnya, Rasulullah Saw bersabda:
"Sesungguhnya seorang hamba, jika ia melakukan dosa maka terdapat bintik hitam dalam hatinya, dan jika ia bertaubat dan meninggalkan perbuatan dosa itu serta beristighfar, maka hatinya kembali dibersihkan".
Dari Ibnu Abbas r.a. ia berkata: kaum Quraisy berkata kepada Rasulullah Saw: "Berdoalah kepada Rabbmu agar bukit Shafa dijadikan emas bagi kami, dan jika ia telah berhahasil menjadi emas, kami akan mengikutimu". Maka Rasulullah Saw berdoa kepada Rabbnya dan Jibril a.s. datang dan berkata: "Rabbmu mengucapkan salam kepada engkau. Dan berfirman kepada engkau: Jika engkau mau maka dapat Aku jadikan emas bukit Shafa itu bagi mereka, namun jika kemudian dari mereka itu (kaum kafir Quraisy) ada yang kafir, maka Aku akan azab dia dengan azab yang tidak pernah aku timpakan kepada seorangpun di dunia. Dan jika engkau mau, Aku buka bagi mereka pintu taubat dan rahmah". Rasulullah Saw bersabda: "(aku ingin dibukakan) Pintu taubat dan rahmat saja". Hadits diriwayatkan oleh Thabrani, dan para perawinya adalah sahih. (Dan sejenisnya disebutkan oleh Al Haitsami (10/196) seperti diriwayatkan oleh Al Hakim. Dan ia berkata: Isnadnya sahih, dan itu setujui oleh Adz Dzahabi (4/240).).
Dari Abdullah bin Umar r.a. dari Nabi Saw bersabda:
"Sesungguhnya Allah SWT akan menerima taubat seorang hamba selama nafasnya belum sampai di tenggorokan (sakratul maut)".
Hadits diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dan Tirmizi. Ia berkata: hadits ini hasan. (Hadits diriwayatkan oleh At Tizmidzi dalam kitab Ad Da'awat (3531) dan Ibnu Majah dalam az Zuhd. Dan ia menjadikannya dari hadits Abdullah bin Amru. Seperti diriwayatkan oleh al Hakim juga dan ia mensahihkannya, serta disetujui oleh adz Dzahabi (4/257). Dan Al Haitsami menyebutkannya dalam kitab Majma' Zawaid sebagian dari hadits itu dari salah seorang sahabat, dan ia berkata: Hadits ini diriwaytkan oleh Ahmad dan para perawinya adalah sahih, selain Abdu Rahman (bin al Bailamani) dia adalah tsiqat (10/197).).
Dari Abdullah bin Mas'ud r.a. dari Nabi Saw bersabda:
"Orang yang bertaubat dari dosa adalah seperti orang yang tidak berdosa". Hadits diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dan Thabrani dan keduanya dari riwayat Abi Ubaidah bin Abdullah bin Mas'ud dari bapaknya. Dan ia tidak mendengar darinya. Dan para perawi Thabrani adalah sahih. (Hadits diriwayatkan oleh Ibnu Maad dalam kitab Al Zuhd (4250) dan Ibnu Hajar menghukumkannya hasan, dengan melihat hadits-hadits sejenis yang menguatkannya, seperti terdapat dalam kitab Al Maqhashid, al Faidh, al Kasyf. Dan Al Albani mensahihkannya dalam kitab Sahih Jami' Shaghir (3008).).
Dan hadits ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi Dunya, dan Baihaqi secara marfu' juga dari hadits Ibnu Abbas. Dan ia menambahkan: "dan orang yang meminta ampunan dari suatu dosa, sementara ia masih tetap melakukan dosa itu adalah seperti orang yang mengejek Tuhannya". Tambahan ini diriwayatkan secara mauquf, barangkali ia lebih mirip.
Dari Abdullah bin Ma'qal ia berkata; Aku masuk bersama ayahku kepada Abdullah bin Mas'ud r.a. . dan ayahku berkata kepadanya: Aku mendengar Nabi Saw bersabda: "Penyesalan adalah taubat"? (Maksudnya, pokok yang paling utama dalam taubat adalah penyesalan. Seperti terdapat dalam hadits "Hajji adalah Arafah". Maka itu tidak menafikan keharusan adalah tekad dan meninggalkan perbuatan dosa itu untuk mencapai taubat yang sempurna.)
Ia menjawab: benar. Hadits diriwayatkan oleh Al Hakim. Dan ia berkata: isnadnya sahih. (Disepakati oleh Adz Dzahabi (4/243) dan Al Mundziri lupa untuk menisbahkannya kepada Ahmad, seperti kami telah singgung. Syaikh Syakir berkata: Sanadnya sahih. Seperti diriwayatkan oleh Ibnu Majah juga 4252).).
Dari Abi Hurairah r.a. dari Nabi Saw bersabda:
"Demi Dzat Yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, jika kalian tidak berbuat dosa niscaya Allah SWT akan membinasakan kalian dan mendatangkan suatu makhluk lain yang berbuat dosa, sehingga mereka kemudian meminta ampun kepada Allah SWT dan Allah SWT mengampuni mereka". (Karena di antara nama Allah SWT adalah "Al Ghaffaar" --Maha Pemberi ampunan. Maka siapa yang akan memberikan ampunan jika seluruh hamba-Nya adalah orang-orang yang tidak pernah melakukan dosa?!! Maka orang yang telah melakukan dosa hendaknya tidak menjadi putus asa, selama dosa yang ia lakukan itu adalah bukan dosa besar. Karena ampunan Allah SWT lebih besar dari dosanya itu. Dan Allah SWT berfirman: "Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Penyampun lagi Maha Penyayang". (QS. Az-Zumar: 53).). Hadits diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya.
Dari 'Imran bin Hushain r.a. bahwa seorang wanita dari Juhainah datang kepada Rasulullah Saw, dan wanita itu sedang hamil karena zina. Kemudian wanita itu berkata kepada beliau: Wahai Rasulullah Saw aku telah melanggar had, maka jatuhkanlah kepada saya hukumannya". Kemudian Nabi Saw memanggil keluarganya. Dan bersabda:
"Perlakukanlah dia dengan baik, dan jika ia telah melahirkan maka bawalah dia kemari". Keluarganya pun menjalankannya. Kemudian (setelah datang masanya) Rasulullah Saw memerintahkan untuk menjatuhkan hukum atasnya, dan badannya diikat, kemudian iapun dirajam. Setelah itu Rasulullah Saw menshalatkan jenazahnya. Melihat itu Umar bertanya: Wahai Rasulullah Saw apakah baginda menshalatkannya padahal ia telah berzina? Rasulullah Saw bersabda:"Ia telah melakukan taubat yang jika taubat itu dibagi-bagi bagi tujuh puluh penduduk Madinah niscaya mencukupi mereka, dan apakah engkau dapati yang lebih baik daripada orang yang datang menyerahkan dirinya kepada Allah SWT?". Hadits diriwayatkan oleh Muslim.
Dari Abi Sa'id al Khudri r.a. bahwa Nabi Saw bersabda:
"Pada jaman sebelum kalian ada seseorang yang telah membunuh sembilan puluh sembilan manusia, kemudian ia mencari manusia yang paling alim di muka bumi, dan ia pun ditunjukkan kepada seorang rahib. Ia mendatangi rahib itu dan bertanya: bahwa ia telah membunuh sembilan puluh sembilan manusia, maka apakah ia masih dapat bertaubat?. Sang rahib menjawab: "tidak". Dan orang itupun membunuh sang rahib, hingga ia melengkapi bilangan seratus orang yang telah ia bunuh. Kemudian ia kembali menanyakan tentang orang yang paling alim di muka bumi, dan ia pun ditunjukkan kepada seorang alim, dan ia bertanya: bahwa ia telah membunuh seratus manusia, maka apakah ia dapat bertaubat? Orang alim itu menjawab: "ya bisa, siapa yang menghalangi antaranya dengan taubat? Pergilah engkau ke daerah ini dan ini, karena di sana ada manusia yang menyembah Allah, maka beribadahlah bersama mereka, dan jangan kembali ke negerimu lagi; karena ia adalah negeri yang buruk". Orang itu kemudian berangkat menuju negeri yang ditunjukan itu hingga sampai di tengah perjalanan, di sana malaikat maut mendatanginya dan mencabut nyawanya. Kemudian malaikat rahmat dan malaikat azab bertengkar; malaikat rahmah berkata: Orang ini telah berangkat untuk bertaubat kepada Allah SWT (oleh karena itu ia berhak mendapatkan rahmah). Sedangkan malikat azab berkata: orang ini tidak pernah melakukan kebaikan sedikitpun (oleh karena itu ia seharusnya diazab. Selanjutnya, datang malaikat dalam bentuk seorang manusia, dan berkata kepada keduanya: Ukurlah antara dua negeri itu (antara tempat asalnya dan tempat tujuannya), tempat mana yang lebih dekat orang itu, maka orang itu dimasukkan dalam kelompok itu. Malaikat pun mengukurnya dan mendapati orang itu lebih dekat ke tempat yang ditujunya (tempat orang saleh), maka orag itupun dicabut oleh malaikat rahmah".
Dalam satu riwayat:
"Maka diketahui orang itu lebih dekat ke negeri yang saleh sekadar satu jengkal, sehingga iapun dimasukkan dalam golongan orang saleh itu".
dalam riwayat lain:
"Allah SWT memerintahkan kepada negeri yang buruk itu untuk menjauh dan kepada negeri yang saleh untuk mendekat. Kemudian memerintahkan kepada malaikat: Ukurlah antara keduanya, dan para malaikut mendapati orang itu lebih dekat ke negeri yang saleh sekadar satu hasta, maka Allah SWT mengampuni orang itu".
Dalam riwayat lainnya: Qatadah berkata: Hasan berkata: Diceritakan kepada kami bahwa ketika beliau didatangi malaikat pencabut nyawa ia menyodorkan dadanya kepadanya". Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah dengan sejenisnya.
Dari Abi Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw bersabda:
"Allah SWT berfirman: " Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku akan bersamanya ketika ia berdzikir kepada-Ku, dan Allah SWT lebih senang dengan taubat seorang manusia dari pada seorang kalian yang menemukan kembali perbekalannya di padang tandus. Barangsiapa yang mendekat kepada-Ku satu hasta maka Aku akan mendekat kepadanya satu lengan, dan barang siapa mendekat kepada-Ku satu lengan maka Aku akan mendekat kepadanya dua lengan, dan jika ia menghadap kepada-Ku dengan berjalan maka Aku akan menemuinya dengan berlari". Hadits diriwayatkan oleh Muslim, dan lafazhnya darinya, juga Bukhari dengan lafazh yang sama.
Dari Syuraih --yaitu Ibnu Harits-- ia berkata: Aku mendengar seorang laki-laki dari sahabat Rasulullah Saw berkata: Rasulullah Saw bersabda:
"Allah SWT berfirman: Wahai anak Adam, bangunlah kepada-Ku niscaya aku akan berjalan kepadamu, dan berjalanlah kepada-Ku niscaya Aku datang kepadam dengan berlari". hadits diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanadnya yang sahih. (Dan al Haitsami berkata: Diriwayatkan oleh Ahmad dan para perawinya adalah sahih, kecuali Syuraih bin Harits, ia adalah tsiqat (10/196, 197).).
Dari Anas bin Malik r.a. ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: "Allah SWT lebih berbahagia mendapati hamba-Nya bertaubat dari seorang yang tiba-tiba menemukan kendaraannya kembali setelah hilang di padang pasir", hadits diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Keduanya juga meriwayatkannay dari Ibnu Mas'ud dengan redaksi yang lebih luas dari itu. Dan akan disebutkan pada waktunya nanti.
Dari Abi Dzar r.a. ia berkata; Rasulullah Saw bersabda:
"Barangsiapa yang melakukan kebaikan pada masa usianya yang tersisa maka ia akan diampuni akan dosa-dosanya yang telah lalu, dan barangsiapa yang berbuat buruk pada masa usianya yang tersisa maka ia akan dipertanyakan akan dosa yang telah lalu dan dosa pada usianya yang tersisa". Hadits diriwayatkan oleh Thabrani denagn sanad hasan. (Seperti itu pula al Haitsami berkata: (10/202).).
Dari 'Uqbah bin 'Amir ia berkata: Rasulullah Saw bersabda:
"Sesungguhnya perumpamaan orang yang mengerjakan keburukan dan kemudian melakukan kebaikan adalah seperti orang yang mengenakan pakaian besi yang telah menjepitnya, kemudian ia melakukan kebaikan dan pakaian besi itupun membuka satu sisinya, dan ketika ia melakukan kebaikan yang lain baju besi itupun makin mengendur hingga akhirnya ia dapat keluar darinya". Hadits diriwayatkan oleh Ahmad, dan Thabrani dengan dua sanad, dan salah satu sanadnya adalah sahih. (Dan al Haitsami berkata: Hadits diriwayatkan oleh Ahmad dan Thabrani. Dan satu sanad Thabrani para perawinya adalah sahih (10/201, 202).).
Dari Abi Huraira r.a. ia berkata: bahwa seorang laki-laki mencium seorang wanita, dalam riwayat lain disebutkan: seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Saw dan berkata: Wahai Rasulullah Saw, aku mengobati seorang wanita di ujung kota, dan aku menyentuh bagian dari tubuh yang seharusnya tidak perlu aku sentuh [dalam pengobatan] (Perkataannya: "menyentuh bagian dari tubuh yang seharusnya tidak perlu aku sentuh (dalam pengobatan)" maksudnya adalah melakukan perbuatan selain bersetubuh.), saya mengakui perbuatan saya, maka berikanlah hukuman kepada saya sesuai kehendak Rasulullah Saw". Umar berkata: Allah SWT akan menutupi perbuatanmu jika kamu menutupinya. Ia berkata: Dan Nabi Saw tidak mengatakan apa-apa kepadanya. Kemudian orang itu bangkit dan berjalan. Dan kemudian Rasulullah Saw mengutus seseorang untuk memanggilnya kembali dan membacakan ayat ini:
"Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat" (QS. Hud: 114.).
Seorang laki-laki dari yang hadir berkata: Wahai Nabi Allah, apakah itu hanya khusus baginya? Rasulullah Saw bersabda: "Namun bagi seluruh manusia". Hadits diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya.
Dari Abi Thawil Syathbul Mamdud bahwa ia mendatangi Nabi Saw dan bertanya: Apakah orang yang telah melakukan segala dosa seluruhnya, dan tidak ada suatu dosa apapun yang tidak pernah dilewatkannya, baik dosa yang kecil maupun yang besar telah ia lakukan, apakah ia masih terbuka taubat baginya?" Rasulullah Saw bersabda: "Apakah engkau telah masuk Islam?". sedangkan saya, maka aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan bahwa engkau adalah Rasulullah Saw". Rasulullah Saw bersabda: " Lakukanlah kebaikan, dan tinggalkanlah seluruh keburukan, niscaya Allah SWT akan menjadikan itu semua sebagai kebaikan". Orang itu kembali bertanya: "Apakah itu termasuk dengan perbuatan-perbuatan burukku yang lalu?". Rasulullah Saw menjawab: "Ya". Orang itu mengucapkan: Allah Akbar!, dan ia terus bertakbir (sambil berjalan) hingga tubuhnya tidak terlihat oleh kami. Hadits diriwayatkan oleh Al Bazzar, dan Thabrani, dan lafazh hadits itu adalah riwayatnya. Dan isnadnya adalah jayyid dan kuat. (Al Haitsami berkata: (10/202) hadits ini diriwayatkan oleh Thabrani dan Al Bazzar dengan riwayat yang sama. Dan para perawi Bazzar adalah sahih, selain Muhammad bi Harun Abi Nasyith, dia adalah tsiqat.).


Sumber : http://media.isnet.org/islam/Qardhawi/Taubat/Sunnah.html Dalam sunnah Nabi Saw, kita banyak