Jumat, Agustus 17, 2012

SATU KEBAJIKAN SEJUTA KEDAMAIAN

Oleh Gus Rochim


             Hakekatnya tidak ada manusia yang ingin disebut penjahat atau orang yang tidak baik, sekalipun mereka jelas-jelas para penentang kebaikan, para penggemar perbuatan jahat. Tidak ada pencuri yang mau mengaku kalau dirinya seorang pencuri, apalagi terang-terangan memberi tahu bahwa ia baru saja mencuri di rumah si (Anu), tentu saja kalau ada yang seperti ini paling-paling dianggap orang gila dan suah pasti penjara pun penuh. Bahkan tidak ada satu penjahatpun yang rela bila kelak keturunannya mengikuti langkahnya untuk juga menjadi penjahat.

             Maka kemudian bergulirlah satu pertanyaan apakah pencuri atau penjahat yang merasa ingin bertaubat dan segera mengakhiri perbuatannya..? Tentu saja jawabannya ada, bahkan hampir setiap penjahat yang tertangkap dan biasanya dihakimi massa kemudian mendekam di sel tahanan, mengaku menyesali perbuatannya dan ingin kembali ke jalan yang benar. Meski demikian, tetap saja ada diantara mereka yang tidak jera dihakimi massa dan tidak bosan menginap di ruang sempit berjeruji besi.

             Bentuk lain yang lebih sederhana adalah kejahatan dan kemaksiatan yang tidak menyangkut orang lain, yakni maksiat terhadap diri sendiri. Meski tidak terasakan oleh orang lain, meski tidak merugikan makhluk lainnya secara langsung, dan meski tidak diketahui oleh manusia lain, tetap saja disebut kemaksiatan jika perbuatan yang memang jelas-jelas menghancurkan dirinya sendiri.
Hadirin sidang jamaah jum’at yang diridhai Allah.

             Pada dasarnya manusia diciptakan dengan bentuk kejadian yang sempurnah.
لقد خلقنا الانسان فى احسن تقويم (التين : 4)
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik baiknya.

             Bahkan manusia itu lahir dalam keadaan fitrah suci begaikan kertas putih bersih tanpa garis dan tulisan. Nabi saw. bersabda :

كل الناس يولد على الفطرة
Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan suci bersih.

             Sehingga sudah menjadi tabiat sesungguhnyalah semua manusia senang berbuat kebajikan dan menolak hal jahat atau dorongan untuk berbuat kejahatan, itu jelas tidak sesuai fitrah manusia sebagai makhluk yang terlahir suci, memiliki kecenderungan kepada kebenaran dan kebaikan. Kalaupun ada diantara manusia yang melakukan perbuatan menentang fitrahnya, tentu ada unsur asing yang masuk kedalam hatinya menggerogoti benteng-benteng fitrahnya dan mengubah kecenderungan hatinya kepada kebathilan dan dosa. Padahal sesungguhnya, setiap hati manusia yang tercipta dalam keadaan bersih ini senantiasa menolak bercak-bercak hitam kemaksiatan.
Hadirin yang berbahagia.

             Unsur asing itu kadang keluar masuk kedalam hati manusia, menguasai dan mendominasi setiap gerak dan perilaku empunya hati. Sebagai contoh, seperti pencuri saat tertangkap basah dalam melakukan aksinya, serta merta unsur asing itu pergi menjauh meninggalkan jasad si pencuri. Dan bisa kita saksikan, fitrah kebaikannya yang muncul bahwa ia karena terpaksa melakukan atau sedang khilaf. Kemudian kata-kata taubat muncul dari mulutnya. Jika tekat hatinya sangat kuat untuk tidak melanjutkan perbuatan dosa, dan menghindari segala bentuk kemaksiatan, maka unsur asing itu tak akan pernah bisa lagi kembali masuk karena pintu hati itu tertutup untuknya. Namun, jika yang keluar dari mulutnya itu hanya “taubat sambal” maka jangan heran jika kemudian unsur itu keluar masuk dan kembali mendominasi hati manusia untuk senantiasa berdekatan dengan dosa.

             Bagaimanapun setiap perbuatan dosa yang terjadi membuat dada ini terus bergemuruh oleh ledakan-ledakan kegelisahan dan keresahan karena pada hakekatnya hati yang fitrah ini menolak. Bahwa dosa adalah sesuatu yang dirasakan tidak menegakkan, gelisah, takut kalau-kalau orang lain mengetahui dan sedang membicarakannya. Setiap manusia yang mempunyai kecenderungan kepada kebenaran akan merasa malu berbuat maksiat bahkan akan terasa lebih berat malunya jika dosa yang pernah dilakukannya diketahui oleh orang lain. Bagaimana jika malunya dia dengan Allah Swt. yang Tahu Maha Tahu itu...?

             Sementara sekarang bayangkanlah ketenangan yang masuk kesekujur tubuh ini saat sedang melakukan shalat. Hadirkan ketenangan itu juga pada setiap waktu duduk, berdiri, berbaring dan diamnya kita disetiap tempat. Rasakan kehangatan yang menyelimuti relung-relung hati ini saat berbagi rezeki dengan orang lain teruskan kehangatan itu dalam melangkah bersama para fakir dan yatim piatu dengan menanggalkan pakaian-pakaian kesombongan. Dapatkanlah kesejukan dan kedamaian dari hal-hal baik yang terangkai apik dalam keseharian perilaku kita, bagaimana kita setiap waktu itu terisi satu, sepuluh, seratus bahkan sejuta kedamaian. Bahkan kita bisa memperelah semua keindahan hidup hanya dengan menebar senyum dan mendapatkan kembali senyum yang begitu tulus dari saudara-saudara kita, subhanallah, dan senyum itu adalah sadaqah.

             Jelas setiap perbuatan baik akan menghadirkan ketenangan dalam dada manusia yang mengerjakannya. Setiap hati bertambah dan makin banyak hal baik dekerjakannya, semakin bertambah pula ketenagan meliputi hatinya. Sebaliknya, gunda, gelisah dan resah bahkan rasa takut senantiasa mengiringi setiap perbuatan jahat dan dosa. Maka, masikah terus menerus kita betah dengan keadaan hati yang tidak menentu ini hanya karena kita gemar berbuat maksiat? Bagaimana dengan dua, tuga, atau sepuluh kebajikan. Tentu saja butir-butir kedamaian itu, takkan pernah bisa terhitung dan senantiasa hadir dalam hidup dan kehidupan kita.

Gus Rochim Berpuisi

بسم الله الرحمن الرحيم 

Oleh Gus Rochim

Aku ingin menatapmu tanpa kata,
Ketika hati hening tanpa nafsu..
Ketika semua mata terpejam tanpa rasa,
Ketika roh terangkat tanpa keluh kesah.

Aku ingin meraihmu dengan Cinta-Nya,
Ketika langkah tertatih dalam luka.
Ketika air mata adalah jiwa,
Ketika keyakinan lunturkan luka,air mata dalam pelukan doa.

Dalam diam kuraih indahnya merindu,,
Walau deret tanya dihadapku..
Adakah engkau jua menyebut namaku didoamu?

Untukmu,,Pendamping syurgaku..
Aku di sini menunggu kabar dari sayap-sayap angin..
Dalam balutan rasa menantimu
Siapakah Jodohku..?
Disaat penantian tertuju satu,,
Disaat waktu terhenti dalam dekapanmu.

Ya Allah,,
Jikalau Engkau izinkan hamba mencinta,,
Izinkanlah hamba menata jiwa,,
Agar mampu menjadi imam dalam Alur takdir-Mu,Memuliakannya disepanjang nafasku..

Hetty Suhartini






Susahkah Menjadi Wanita Islam?..

Oleh Gus Rochim
Ada kaum wanita berkata,,,“susah menjadi wanita ISLAM”. Lihat saja peraturan dibawah ini :

1. Wanita auratnya lebih susah dijaga dibanding lelaki.
2. Wanita perlu meminta izin dari suaminya
apabila mau keluar rumah tetapi tidak sebaliknya.
3. Wanita saksinya kurang dibanding lelaki.
4. Wanita menerima pusaka atau warisan kurang dari lelaki.
5. Wanita harus mengha
dapi kesusahan mengandung dan melahirkan anak.
6. Wanita wajib taat kepada suaminya tetapi suami tak perlu taat pada isterinya.
7. Talak ada di tangan suami dan bukan isteri.
8. Wanita kurang beribadah kerana masalah haid dan nifas yang tidak dialami lelaki.

PERNAHKAH KITA BERFIKIR SEBALIKNYA…??

Aurat serta perhiasan wanita adalah suatu yang sangat mahal dan berharga…
makanya..

Benda yang mahal harganya akan dijaga dan dibelai serta disimpan di tempat yang teraman dan terbaik. Sudah pasti intan permata tidak akan dibiarkan terserak, bukan? Itulah bandingannya antara seorang muslimah dgn pompuan jalanan.

Wanita perlu taat kepada suami, tetapi lelaki pun wajib taat kepada ibunya 3 kali lebih utama dari bapaknya. Bukankah ibu adalah seorang wanita?

Wanita menerima pusaka atau warisan kurang dari lelaki tetapi harta itu menjadi milik peribadinya dan tidak perlu diserahkan kepada suaminya.
Manakala lelaki menerima pusaka atau warisan, ia akan menggunakan hartanya untuk isteri dan anak-anaknya.

Wanita perlu bersusah payah mengandung dan melahirkan anak, tetapi setiap saat dia didoakan oleh segala makhluk, malaikat, dan seluruh makhluk Allah di muka bumi ini, dan matinya jika saat melahirkan adalah syahid.

Di akhirat kelak,seorang lelaki akan mempertanggungjawabkan 4 wanita ini:Isterinya,ibunya,anak perempuannya,dan saudara perempuannya.

Seorang wanita pula,tanggung jawab terhadapnya ditanggung oleh 4 orang lelaki ini:Suaminya,ayahnya,anak lelakinya dan saudara, lelakinya.

Seorang wanita boleh memasuki pintu syurga melalui pintu manapun yang disukainya cukup dengan 4 syarat saja :
Solat 5 waktu, puasa di bulan Ramadhan,taat pada suaminya dan menjaga kehormatannya.

Seorang lelaki perlu pergi berjihad fisabilillah tetapi wanita jika taat pada suaminya serta menunaikan tanggungjawabnya kepada ALLAH, ia akan turut menerima pahala seperti pahala orang pergi berperang
fisabilillah tanpa perlu mengangkat senjata.

Masya Allah…demikian sayangnya Allah pada wanita, kan?
ALLAH Maha Adil Lagi Maha Bijaksana..
Setiap ape yg ditetapkan penuh dengan hikmah..
Fikirkan,renungkan, n bersyukurlah..
Bagaimana……? Masih merasa tidak adil?
Berbahagialah menjadi seorang Muslimah!!!

Salam Ramadhan..





IMAN, AKHLAQ, AMAL DAN IBADAH



بسم الله الرحمن الرحيم

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

اَلْحَمْدُ للهٍ الذى نَزَّلَ اْلفُرْقَانَ عَلَى عِبَادِهِ لِيَكُوْنَ لِلْعَالَِميْنَ نَذِيْرًا. أَشْهَدُ أَنْ لآ اِلهَ الله وَحْدَهُ لآشَرِيْكَ لَهُ الذِى خَلَقَ اْلِأنْسَانَ فىِ أَحْسَنِ تَقْوِيمْ. وأَشهد أن محمدا عبدُه ورسولُه اْلهَادِى الى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ مَنْ سَلَكَهُ فَازَ بِالعِزِّ وَالنَّعِيْمِ اْلمُقِيْمِ ومن حَادَ عَنْهُ رُمِىَ بِهِ فِى اْلجَحِيْمِ. والصلاةُ والسلامُ على سيِّدِ اْلخَلْقِ مُحمدِابْنِ عَبْدِاللهِ وعلى أله وأصحابه الذين جَاهَدُوْا فى اللهِ حَقَّ جِهَادِهِ فَكَانُوْا أَحِقَّاءَ بِالنَّعِيْمِ اْلمُقِيْمِ. أمابعد:

Saudara-saudara kaum muslimin rahimakumullah

            Marilah kita bertaqwa kepada Allah, dengan mengabdi dan meningkatkan ketaatan kita kepada-Nya .Kita semua tentu menyadari bahwa umur kita selama ini dari hari kehari bukanlah malah bertambah, tetapi malah sebaliknya semakin berkurang, kurang dan terus berkurang hingga datangnya ajal. Ini berarti kesempatan kita untuk memperbanyak amal shaleh semakin habis, sedang perbuatan dosa semakin bertambah terus tanpa ada penyesalan.
            Di dalam  syi’ir disebutkan:
أنت فى غفلة وقلبك ساهي
ذهب العمروالذنوب كما هى
Artinya
“Engku tetap hidup dalam kelengahan dan hatimu lupa, hilanglah umurmu sedang dosa-dosamu tetap seperti keadaannya”.

            Semestinya kita harus pandai memanfaatkan kesempatan sebelum kesempatan itu habis direnggut maut. Isilah kesempatan itu untuk beramal shaleh, jangan ada di antara kesempatan yang terbuang percuma, atau berlalu dengan sia-sia. Jangan suka menunda sesuatu yang berarti membuang-buang waktu.
            Ingatlah firman Allah:

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ

Artinya:
Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya. Al-a’raf : 34.

Kaum Muslimin yang berbahagia

            Mati adalah ketentuan yang pasti yang akan dialami setiap orang. Siapa saja tak akan mampu menghindari mati, sekalipun ia telah berusaha menghindarinya. Namun anehnya banyak umat manusia yang melalaikan mati, seolah-olah mati itu tidak bakal terjadi. Mereka tenggelam dalam kemewahan dunia semesta, tanpa memperdulikan kehidupan di akhirat yang abadi, sehingga mereka berbuat seenaknya sendiri dengan menuruti kehendak haw anafsunya. Mereka sudah tidak lagi mengisi kesempatannya dengan amal shaleh, tetapai justru sebaliknya kesempatan-kesempatan di warnai dengan berbagai kemaksiatan. Semestinya mereka harus menyadari, bahwa kematian itu pasti datang, dan kedatangannya tak seorang pun yang mengerti.bisa saja kematian itu menimpa seseorang yang masih mudah belia, bahkan sering terjadi seseorang yang diwaktu soreh masih kelihatan sehat tetapi di pagi harinya ia mati mendadak. Tegasnya kematian pasti datang, dan datangnya tak terduga-duga sebelumnya. Oleh karena itu marilah kita isi kesempatan kita dengan amal shaleh untuk mencari keridhaan Allah Swt.

            Rasulullah Saw. Telah bersabda:

أغتتنم خمسا قبل خمس : حياتك قبل موتك وصحتك قبل سقمك, وفراغك قبل شغلك وشبابك قبل هرمك, وغناك قبل فكرك. رواه الحاكم والبيهقى عن أبن عباس
    
Artinya:
Jagalah lima perkara sebelum tertimpa lima keadaan, jagalah masa hidupmu sebelum datang masa kematianmu. Jagalah masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu. Pergunakanlah masa luangmu sebelum datang masa sibukmu.  Jagalah masa mudamu sebelum datang masa tuamu. Jagalah masa kayamu sebelum datang masa miskinmu.

            Dalam hadis ini Rasulullah secara tegas menganjurkan kepada kita agar benar-benar memanfaatkan kesempatan sebaik mungkin dengan memperbanyak amal shaleh. Sebab jika kesempatan itu kita abaikan tentu hilang percuma.

- Pertama, Mumpung masih hidup gunakanlah untuk giat beribadah jangan engakau tunda-tunda sehingga datang masa kematianmu. Sebab kematian itu menyebabkan putusnya amal.
- Kedua, Sewaktu badan masih sehat gunakan untuk memperbanyak anal shaleh, jangan engkau menunda-nunda menunggu datangnya sakit, yang menyebabkan orang susah beribada.
- Ketiga, Masa luangmu, yaitu masa hidupmu di dunia adalah suatu kesempatan untuk mengumpulkan bekal yang engakau dapat petik buahnya dikelak hari kemudian. Kesempatan itu jangan di tunda-tundasehingga datang hari kiamat yang pada hari itu setiap orang sibuk memikirkan diri sendiri untuk menghadapi hisab (penelitian amal).
- Keempat, Sewaktu masih mudah berarti sewaktu masih dapat melangkah jauh untuk berbuat sesuatu, hendaknya diisi dengan amal shaleh, jangan ditunda-tunda sehingga datang masa tua yang membut seseorang menjadi loyoh/pikun.
- Kelima, Sewaktu masih kaya, hendaklah giat bersedeqah, membantu fakir miskin, menyantuni anak yatim, berderma untuk kemashlahatan pendidikan dan lain sebagainya. Gunakanlah kesempatan itu ssebaik mungkin mumpung belum datang kemiskinan yang dapat menghambat orang untuk giat bersedeqah dengan harta.

Kaum muslimin yang berbahagia

             Sesungguhnya dunia ini adalah ladang tempat kita menanam amal, yang hasinya kita petik di akhirat nanti. Siapa yang berbuat baik di dunia, tentu akan memperoleh pahala dari sisi Allah, dan siapa yang berbuat jahat, maka Allah akan membalasnya dengan siksa. Sebagaimana firmannya:

وَخَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ وَلِتُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

Artinya:
Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar dibalasi tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan. .  al-Jastiah: 22.
            Semoga dengan ayat-ayat ini, kita semua dapat memanfaatkan kesempatan untuk memperbanyak amal shaleh, bartaubat kepada Allah, dan berzikir kepadanya.

Oleh Gus Rochim

Kamis, Agustus 16, 2012

Perbedaan Mani, Madzi, Kencing, dan Wadi


Oleh Gus Rochim


Tahukan anda apa perbedaan antara keempat perkara di atas?

Mengetahui hal ini adalah hal yang sangat penting, khususnya perbedaan antara mani dan madzi, karena masih banyak di kalangan kaum muslimin yang belum bisa membedakan antara keduanya. Yang karena ketidaktahuan mereka akan perbedaannya menyebabkan mereka ditimpa oleh fitnah was-was dan dipermainkan oleh setan. Sehingga tidaklah ada cairan yang keluar dari kemaluannya (kecuali kencing dan wadi) yang membuatnya ragu-ragu kecuali dia langsung mandi, padahal boleh jadi dia hanyalah madzi dan bukan mani. Sudah dimaklumi bahwa yang menyebabkan mandi hanyalah mani, sementara madzi cukup dicuci lalu berwudhu dan tidak perlu mandi untuk menghilangkan hadatsnya.


Karenanya berikut definisi dari keempat cairan di atas, yang dari definisi tersebut bisa dipetik sisi perbedaan di antara mereka:

1.    Kencing: Masyhur sehingga tidak perlu dijelaskan, dan dia najis berdasarkan Al-Qur`an, Sunnah, dan ijma’.


2.    Wadi: Cairan tebal berwarna putih yang keluar setelah kencing atau setelah melakukan pekerjaan yang melelahkan, misalnya berolahraga berat. Wadi adalah najis berdasarkan kesepakatan para ulama sehingga dia wajib untuk dicuci. Dia juga merupakan pembatal wudhu sebagaimana kencing dan madzi.


3.    Madzi: Cairan tipis dan lengket, yang keluar ketika munculnya syahwat, baik ketika bermesraan dengan wanita, saat pendahuluan sebelum jima’, atau melihat dan mengkhayal sesuatu yang mengarah kepada jima’. Keluarnya tidak terpancar dan tubuh tidak menjadi lelah setelah mengeluarkannya. Terkadang keluarnya tidak terasa. Dia juga najis berdasarkan kesepakatan para ulama berdasarkan hadits Ali yang akan datang dimana beliau memerintahkan untuk mencucinya.


4.    Mani: Cairan tebal yang baunya seperti adonan tepung, keluar dengan terpancar sehingga terasa keluarnya, keluar ketika jima’ atau ihtilam (mimpi jima’) atau onani -wal ‘iyadzu billah-, dan tubuh akan terasa lelah setelah mengeluarkannya.


Berhubung kencing dan wadi sudah jelas kapan waktu keluarnya sehingga mudah dikenali, maka berikut kesimpulan perbedaan antara mani dan madzi:
a.    Madzi adalah najis berdasarkan ijma’, sementara mani adalah suci menurut pendapat yang paling kuat.
b.    Madzi adalah hadats ashghar yang cukup dihilangkan dengan wudhu, sementara mani adalah hadats akbar yang hanya bisa dihilangkan dengan mandi junub.
c.    Cairan madzi lebih tipis dibandingkan mani.
d.    Mani berbau, sementara madzi tidak (yakni baunya normal).
e.    Mani keluarnya terpancar, berbeda halnya dengan madzi. Allah Ta’ala berfirman tentang manusia, “Dia diciptakan dari air yang terpencar.” (QS. Ath-Thariq: 6)
f.    Mani terasa keluarnya, sementara keluarnya madzi kadang terasa dan kadang tidak terasa.
g.    Waktu keluar antara keduanyapun berbeda sebagaimana di atas.
h.    Tubuh akan melemah atau lelah setelah keluarnya mani, dan tidak demikian jika yang keluar adalah madzi.


Karenanya jika seseorang bangun di pagi hari dalam keadaan mendapatkan ada cairan di celananya, maka hendaknya dia perhatikan ciri-ciri cairan tersebut, berdasarkan keterangan di atas. Jika dia mani maka silakan dia mandi, tapi jika hanya madzi maka hendaknya dia cukup mencuci kemaluannya dan berwudhu. Berdasarkan hadits Ali -radhiallahu anhu- bahwa Nabi -alaihishshalatu wassalam- bersabda tentang orang yang mengeluarkan madzi:


اِغْسِلْ ذَكَرَكَ وَتَوَضَّأْ

“Cucilah kemaluanmu dan berwudhulah kamu.” (HR. Al-Bukhari no. 269 dan Muslim no. 303)


Anas bin Malik -radhiallahu anhu- berkata:

أَنَّ أُمَّ سُلَيْمٍ حَدَّثَتْ أَنَّهَا سَأَلَتْ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْمَرْأَةِ تَرَى فِي مَنَامِهَا مَا يَرَى الرَّجُلُ, فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا رَأَتْ ذَلِكِ الْمَرْأَةُ فَلْتَغْتَسِلْ. فَقَالَتْ أُمُّ سُلَيْمٍ: وَاسْتَحْيَيْتُ مِنْ ذَلِكَ. قَالَتْ: وَهَلْ يَكُونُ هَذَا؟ فَقَالَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: نَعَمْ, فَمِنْ أَيْنَ يَكُونُ الشَّبَهُ؟! إِنَّ مَاءَ الرَّجُلِ غَلِيظٌ أَبْيَضُ وَمَاءَ الْمَرْأَةِ رَقِيقٌ أَصْفَرُ فَمِنْ أَيِّهِمَا عَلَا أَوْ سَبَقَ يَكُونُ مِنْهُ الشَّبَهُ

“Bahwa Ummu Sulaim pernah bercerita bahwa dia bertanya kepada Nabi Shallallahu'alaihiwasallam tentang wanita yang bermimpi (bersenggama) sebagaimana yang terjadi pada seorang lelaki. Maka Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda, "Apabila perempuan tersebut bermimpi keluar mani, maka dia wajib mandi." Ummu Sulaim berkata, "Maka aku menjadi malu karenanya". Ummu Sulaim kembali bertanya, "Apakah keluarnya mani memungkinkan pada perempuan?" Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda, "Ya (wanita juga keluar mani, kalau dia tidak keluar) maka dari mana terjadi kemiripan (anak dengan ibunya)? Ketahuilah bahwa mani lelaki itu kental dan berwarna putih, sedangkan mani perempuan itu encer dan berwarna kuning. Manapun mani dari salah seorang mereka yang lebih mendominasi atau menang, niscaya kemiripan terjadi karenanya." (HR. Muslim no. 469)


Imam An-Nawawi  berkata dalam Syarh Muslim (3/222), "Hadits ini merupakan kaidah yang sangat agung dalam menjelaskan bentuk dan sifat mani, dan apa yang tersebut di sini itulah sifatnya di dalam keadaan biasa dan normal. Para ulama menyatakan: Dalam keadaan sehat, mani lelaki itu berwarna putih pekat dan memancar sedikit demi sedikit di saat keluar. Biasa keluar bila dikuasai dengan syahwat dan sangat nikmat saat keluarnya. Setelah keluar dia akan merasakan lemas dan akan mencium bau seperti bau mayang kurma, yaitu seperti bau adunan tepung.


Warna mani bisa berubah disebabkan beberapa hal di antaranya: Sedang sakit, maninya akan berubah cair dan kuning, atau kantung testis melemah sehingga mani keluar tanpa dipacu oleh syahwat, atau karena terlalu sering bersenggama sehingga warna mani berubah merah seperti air perahan daging dan kadangkala yang keluar adalah darah.”


Tambahan:
1.    Mandi junub hanya diwajibkan saat ihtilam (mimpi jima’) ketika ada cairan yang keluar. Adapun jika dia mimpi tapi tidak ada cairan yang keluar maka dia tidak wajib mandi. Berdasarkan hadits Abu Said Al-Khudri secara marfu’:


إِنَّمَا الْمَاءُ مِنَ الْمَاءِ

“Sesungguhnya air itu hanya ada dari air.” (HR. Muslim no. 343)
Maksudnya: Air (untuk mandi) itu hanya diwajibkan ketika keluarnya air (mani).


2.    Mayoritas ulama mempersyaratkan wajibnya mandi dengan adanya syahwat ketika keluarnya mani -dalam keadaan terjaga. Artinya jika mani keluar tanpa disertai dengan syahwat -misalnya karena sakit atau cuaca yang terlampau dingin atau yang semacamnya- maka mayoritas ulama tidak mewajibkan mandi junub darinya. Berbeda halnya dengan Imam Asy-Syafi’i dan Ibnu Hazm yang keduanya mewajibkan mandi junub secara mutlak bagi yang keluar mani, baik disertai syahwat maupun tidak. Wallahu a’lam.
Demikian sekilas hukum dalam masalah ini, insya Allah pembahasan selengkapnya akan kami bawakan pada tempatnya.


Hal-hal yang Membatalkan Amal


Oleh Gus Rochim

Segala puji hanya bagi Allah, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah, dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya.. Amma Ba’du.

Allah swt berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ هُم مِّنْ خَشْيَةِ رَبِّهِم مُّشْفِقُون َوَالَّذِينَ هُم بِآيَاتِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُونَ وَالَّذِينَ هُم بِرَبِّهِمْ لَا يُشْرِكُونَ وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوا وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ أُوْلَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ أُوْلَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka, (58)dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka, (59)dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apa pun), (60)Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka, (61)mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya. QS. Al-Mu’minun: 57-61

Dari Aisyah ra berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah saw tentang ayat ini:
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوا وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ 

(Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut)

Aisyah berkata: Apakah mereka yang meminum khamar dan mencuri?. Rasulullah saw menjawab: Tidak demikian wahai anak As-Shiddiq, akan tetapi mereka yang berpuasa, shalat dan bersehedekah, mereka takut jika amal mereka tidak diterima, maka mereka inilah yang sebut sebagai orang yang bersegera dalam kebaikan.[1]

Dan para shahabat Radulullah saw yang bersungguh-sungguh dalam dalam mengerjakan amal shaleh, mereka takut jika amal mereka dihapuskan oleh Allah dan khawatir jika tidak diterima, hal itu karena kekuatan ilmu yang mereka miliki dan kedalaman keimanan mereka. Abu Darda berkata: Seandainya aku mengetahui bahwa Allah menerima dariku dua rekaat, maka hal itu lebih aku sukai dari pada dunia dan seisinya. Sebab Allah swt berfirman:

إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

"Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa". QS. Al-Maidah: 27

Abdullah bin Mulaikah berkata: Aku telah mengetahui tiga puluh shahabat Rasulullah saw, di mana mereka takut terhadap kemunafikan yang akan menimpa dirinya. Tidak ada seorangpun di antara mereka yang berkata bahwa mereka berada pada keimanan seperti keimanan Jibril dan Mika’il alaihimas salam.

Perakra-perakara yang membatalkan amal sangat banyak sekali, di antaranya ada yang membatalkan seluruh amal seperti syirik, kemurtadan dan nifak akbar (kemunafikan yang besar). Selain itu, ada yang membatalkan amal itu sendiri, seperti menyebut-nyebut shadaqah dan yang lainnya, dan saya hanya akan menyebutkan lima perkara saja, semoga lima perkara perkara pembatal amal ini akan menanamkan kewaspadaan bagi kita atas perkara yang lain:

Pertama: Syirik kepada Allah. Syirik adalah penghapus semua amal. Allah swt berfirman kepada Nabi Muhammad saw:

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. QS. Al-Zumar: 65

وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاء مَّنثُورًا

Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.  QS. Al-Furqon: 23

Dari Abi Sa’d bin Abi Fadholah Al-Anshori  dan dia teramsuk salah seorang shahabat, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: Apabila Allah mengumpulkan manusia pada hari kiamat, hari yang tidak ada keraguan padanya, datanglah penyeru dan berkata: Barangsiapa yang mempersekutukan Allah dengan seseorang pada sebuah amal yang dikerjakannya karena Allah maka hendaklah dia meminta pahalanya kepada selain Allah, sebab Allah adalah zat yang paling tidak butuh terhadap  sekutu”.[2]

Kedua: Riya’, dan dia bagi menjadi dua bagian:

Pertama: Seseorang beramal dengan maksud selain Allah. Maka ini adalah syirik yang bisa menghapuskan amal, dan sebagian ahlul ilmi berkata: syirik dalam niat dan maksud serta tujuan. Allah swt berfirman:

 مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لاَ يُبْخَسُونَ أُوْلَـئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ إِلاَّ النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُواْ فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ

Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan? pahalanya di akhirat nanti. QS. Hud: 15-16

Ibnu Abbas berakata: Sesungguhnya orang-orang yang riya’ dalam amal mereka diberikan balasan kebaikan mereka di dunia dan mereka tidak akan dizalimi walau sekecil apapun. Ibnu Abbas berkata: Barangsiapa yang beramal shaleh guna mencari dunia baik amal tersebut berupa puasa, shalat, tahajjud sementara dia tidak mengamalkannya kecuali untuk tujuan duniawi maka Allah berfirman kepadanya: Aku akan memberikan balasan bagi amal yang dikerjakannya selama berada di dunia dan dihapuskan baginya balasan amal yang dikerjakan untuk mencari keduaniaan dan dia di akherat kelak termasuk orang-orang yang merugi”.[3]

Kedua: Seseorang beramal untuk mencari keredaan Allah kemudian riya datang menjangkitinya setelah dia memulai amalnya, maka ini adalah syirik kecil.

Dari Mahmud bin Lubaid ra bahwa Nabi saw bersabda: Hal yang paling aku takutkan akan menjangkiti kalian adalah syirik kecil”, para shahabat bertanya apakah yang dimaksud dengan syirik kecil itu wahai Rasulullah?. “yaitu riya’, Allah akan berkata pada ahri kiamat pada saat Dia memberikan balasan bagi amal-amal manusia: Pergilah kepada orang yang telah kalian perlihatkan kebaikan bagi mereka semua kebaikan kalian dan lihatlah apakah mereka memberikan balasan terhadap apa yang kalian kerjakan?”.[4]

Dari Abi Sa’id Al-Khudri ra bahwa Nabi saw bersabda: Apakah kalian mau aku beritahukan tentang sebuah perkara yang lebih aku takutkan daripada Al-Masihud Dajjal?, yaitu syairik khafi, di mana seseroang mengerjakan shalat lalu dia memperindah shalatnya karena dia mangetahui bahwa ada orang lain yang melihat dirinya shalat”.[5]

          Sebagian orang meremehkan perkara ini syirik ini, disebabkan karena penyebutannya dengan nama syirik kecil, dia dinamakan syirik kecil pada saat dibandingkan dengan syirik besar, walau demikain dia termasuk lebih besar daripada dosa-dosa yang paling besar, oleh karena itulah para ulama berkata:
1-Apabila syirik kecil merasuki sebuah amal ibadah maka amal ibadah tersebut menjadi rusak dan dihapuskan.

2-Sesungguhnya pelaku syirik kecil tidak akan diampuni oleh Allah, dan pelakunya tidak termasuk di dalam orang yang diampuni dengan kehendak Allah seperti apa yang akan dialami oleh para pelaku dosa besar. Allah swt berfirman:

إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاء

Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-NyaQS. Al-Nisa’: 116

Yang seharusnya bagi orang yang beriman adalah agar dia waspada terhadap semua jenis kesyirikan dan dia khawatir terhadap dirinya agar tidak dijangkiti oleh penyakit ini, Nabi Ibrahim alaihis salam sangat takut terjangkiti oleh syirik padahal dia adalah imam orang-orang yang bertauhid. Dia berkata kepada Tuhannya:

وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ الأَصْنَامَ

“…dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala”. QS. Ibrahim: 35

Ibrahim Al-Taimy berkata: Siapakah yang merasa aman dari becana ini setelah nabi Ibrahim?”.[6]

          Ketiga: Mneyebut-nyebut kebaikan dan menyakti hati penerima. Allah swt berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تُبْطِلُواْ صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالأذَى

Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), QS. Al-Baqarah:262

Seorang penyair berkata:

Dengan menyebut-nyebut kebaikan dirimu telah merusak apa yang telah kau perbuat dari kebaikan
Bukanlah orang yang mulia itu, orang yang menampakkan kebaikan lalu dia menyebut-nyebutnya.

Dari Abu Dzar ra bahwa Nabi saw bersabda: Tiga orang yang tidak akan diajak bicara, tidak dilihat dan tidak disucikan oleh Allah pada hari kiamat dan bagi mereka azab yang sangat pedih”. Rasulullah saw menyebutnya sejumlah tiga kali. Abu Dzar berkata: Mereka kecewa dan merugi wahai Rasulullah. Rasulullah saw melanjutkan: Orang yang menjulurkan pakaiannya sehingga di bawah mata kaki, menyebut-nyebut kebaikan dan orang yang menjual barangnya dengan sumpah palsu”.[7]

          Keempat: Meninggalkan shalat asar. Allah swt berfirman:

حَافِظُواْ عَلَى الصَّلَوَاتِ والصَّلاَةِ الْوُسْطَى

Peliharalah segala salat (mu), dan (peliharalah) salat wusthaa.(^) Berdirilah karena Allah (dalam salatmu) dengan khusyuk.

Dari Abi Buraidah ra bahwa Nabi saw bersabda: Barangsiapa yang meninggalkan shalat asar maka amalnya akan dihapuskan”.[8]

Kelima: Bersumpah atas nama Allah. Dari Dhomdhom bin Jaus Al-Yamamy berkata: Aku memasuki mesjid Madinah lalu seorang tua renta memanggilku, dia berkata: Wahai Yamami kemarilah!.  Dan aku tidak mengetahui orang tersebut. Dia berkata: Janganlah engkau sekali-kali berkata kepada seorang lelaki: Demi Allah!, Allah pasti tidak mengampunimu selamanya, dan Allah tidak memasukkanmu ke dalam surga selamanya. Aku bertanya: Siapakah dirimu, semoga Allah memberikan rahmatNya bagimu? Tanyaku. Dia berkata: Abu Hurairah. Perawi berkata: Sesungguhnya kalimat ini dikatakan oleh salah seorang di antara kita kepada orang lain atau kepada istrinya jika dia marah kepadanya. Abu Hurairah ra berkata: Aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda: Disebutkan bahwa dua orang lelaki yang saling mencintai dari kalangan Bani Isro’il, salah seorang di antara mereka bersungguh-sungguh dalam ibadah dan yang lain, sepertinya nabi saw menyebutkannya bahwa dia seorang pendosa. Dia selalu diperingatkan: Berhentilah dari apa yang engkau lakukan, dia berkata: Biarkanlah aku bersama tuhanku. Sehingga pada suatu ketika dia mendapatkannya berbuat suatu dosa yang dianggapnya besar: Temannya memperingatkan: Berhentilah. Namun orang itu tetap menjawab: Biarkanlah aku bersama tuhanku, apakah engkau dibangkitkan sebagai pengawas atas perlakuanku?. Orang tersebut berkata: Sungguh engkau tidak akan diampuni selamanya, dan tidak pula dimasukkan ke dalam surga selamanya. Nabi saw bersabda: Allah mengutus seorang malaikat untuk mencabut nyawa mereka berdua, lalu mereka berdua mengadap Allah,  Dia berfirman kepada sang pendosa: Masuklah surga dengan rahmatKu, dan Dia berfirman kepada yang lain: Apakah engkau bisa menghalangi rahmatku dari seorang hambaKu?, dia berkata: Tidak wahai tuhanku. Maka Allah berfirman: Bawalah orang ini ke neraka”. Abu Hurairah ra berkata: Demi yang jiwaku berada di sisiNya, dia telah mengucapkan suatu kalimat yang telah menghancurkan dunia dan akheratnya”.[9]

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.


[1] Sunan Turmudzi 5/327-328 no: 3175
[2] Sunan Turmudzi: 5/314 no: 3154
[3] Tafsir Ibnu Katsir: 2/439
[4] Musnada Imam Ahmad: 5/428
[5] Musnad Imam Ahmad: 3/30
[6] Fathul Majid: halaman: 74
[7] Shahih Muslim: 1/102 no: 106
[8] Shahih Bukhari: 1/200 no: 594
[9] Syarhas sunnah: 14,384,385