Sabtu, November 26, 2011

Larangan saling dengki : Klasifikasi manusia ketika hasad dan Bahaya Hasad

Larangan saling dengki : Klasifikasi manusia

ketika hasad dan Bahaya Hasad


Klasifikasi manusia ketika hasad

Hasad memang sudah tertanam dalam hati manusia,

oleh karena itu manusia akan dengki bila ada orang yang mengunggulinya

dalam sesuatu keutamaan. Apabila hasad timbul dalam dirimu, maka

janganlah meremehkannya, karena ia bagaikan tanaman yang akan terus

berkembang apabila disirami. Dan akan terus bertambah apabila dibiarkan

begitu saja tanpa usaha untuk menghilangkannya.

Syaikhul Islam rohimahulloh mengatakan : “Karena itu dikatakan : tidak ada

satu jiwapun kecuali terjangkiti penyakit hasad, tetapi orang yang mulia adalah

orang yang menyembunyikannya, sedangkan orang yang tercela adalah yang

menampakkannya.” (Majmu’ Fatawa 10/ 124)

Manusia dalam hal hasad terbagi menjadi empat golongan :

Golongan pertama : Mereka berusaha menghilangkan nikmat orang yang dia

dengki dengan cara berbuat aniaya, baik dengan perkataan atau perbuatan.

Golongan ini terbagi lagi menjadi dua :

1. Berusaha agar kenikmatan yang diperoleh saingannya berpindah pada

dirinya.

2. Tidak berusaha agar nikmat orang yang dia dengki berpindah pada

dirinya.

Golongan kedua : Mereka tidak berusaha mewujudkan hasadnya, tidak

menganiaya orang yang dia dengki dengan ucapan maupun perbuatan.

Golongan kedua ini juga ada dua macam :

1. Orang yang tidak kuasa dan tidak mungkin menghilangkan hasad

dalam dirinya. Hasadnya terkalahkan, maka dia tidak berdosa. Karena

semua orang mesti ada rasa hasad kepada orang yang menjadi saingan

dan mengunggulinya.

2. Orang yang menimbulkan rasa hasad dari dirinya sendiri. Dia selalu

berangan-angan agar nikmat saingannya hilang. Orang semacam ini

persis seperti orang yang bertekat untuk berbuat maksiat. Orang yang

hasad semacam ini tidak luput untuk menganiaya lawannya dengan

ucapan maupun perbuatan, hingga dia berdosa karena perbuatannya.

Golongan ketiga : Di antara manusia ada yang hasad akan tetapi tidak

berangan-angan agar nikmat lawannya hilang. Bahkan dia berusaha

menirunya dalam kebaikan, dia ingin mendapat seperti yang diraih temannya.

Apabila tujuannya ingin meraih kebaikan dalam masalah dunia, maka tidak

ada baiknya sama sekali, walaupun hal itu boleh. Alloh subhanahu wa ta’ala

berfirman :

َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ َﻝﺎَﻗ َﻥﻭُﺪﻳِﺮُﻳ َﺓﺎَﻴَﺤْﻟﺍ ﺎَﻴْﻧُّﺪﻟﺍ َﺖْﻴَﻟ ﺎَﻳ ﺎَﻨَﻟ َﻞْﺜِﻣ َﻲِﺗﻭُﺃ ﺎَﻣ ُﻪَّﻧِﺇ ُﻥﻭُﺭﺎَﻗ ﻭُﺬَﻟ ٍّﻆَﺣ ٍﻢﻴِﻈَﻋ

“ Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia : “ Kiranya kita

mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qorun : Sesungguhnya ia

benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.” (QS. Al- Qoshos [28] :

79)

Apabila tujuannya ingin meraih kebaikan dan keutamaan dalam masalah

agama, maka itu baik. Ini adalah hasad yang disyari’atkan. Alloh berfirman :

ﻲِﻓَﻭ َﻚِﻟَﺫ ِﺲَﻓﺎَﻨَﺘَﻴْﻠَﻓ َﻥﻮُﺴِﻓﺎَﻨَﺘُﻤْﻟﺍ

“Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba. (QS. Al-

Muthoffifin [83] : 26)

Nabi shollallohu alaihi wa sallam bersabda :

ﺎَﻟ ﺎَّﻟِﺇ َﺪَﺴَﺣ ﻲِﻓ ٌﻞُﺟَﺭ ِﻦْﻴَﺘَﻨْﺛﺍ ُﻩﺎَﺗﺁ ُﻪَّﻠﻟﺍ َﻥﺁْﺮُﻘْﻟﺍ َﻮُﻬَﻓ ُﻩﻮُﻠْﺘَﻳ َﺀﺎَﻧﺁ َﺀﺎَﻧﺁَﻭ ِﻞْﻴَّﻠﻟﺍ ِﺭﺎَﻬَّﻨﻟﺍ ٌﻞُﺟَﺭَﻭ ُﻩﺎَﺗﺁ

ُﻪَّﻠﻟﺍ ﺎًﻟﺎَﻣ ُﻪُﻘِﻔْﻨُﻳ َﻮُﻬَﻓ َﺀﺎَﻧﺁ َﺀﺎَﻧﺁَﻭ ِﻞْﻴَّﻠﻟﺍ ِﺭﺎَﻬَّﻨﻟﺍ

“Tidak ada hasad kecuali dalam dua perkara : Seorang yang Alloh berikan Al-

Qur’an . Dia mengamalkannya siang dan malam. Seorang yang Alloh berikan

harta lalu ia infakkan siang dan malam. (HR. Bukhori : 4637, Muslim : 1350)

Inilah yang dinamakan ghibtoh.

Golongan keempat :

Di antara manusia apabila mendapati pada dirinya ada rasa hasad, dia

berusaha untuk menghilangkannya. Berusaha berbuat baik kepada orang yang

dia dengki, bahkan mendoakan dan menyebarkan kebaikannya. Dia akan terus

berusaha untuk menghilangkan hasad dalam dirinya dan berusaha mengganti

rasa hasad dengan rasa kecintaan supaya saudaranya muslim menjadi lebih

baik daripada dirinya sendiri. Contoh semacam ini adalah tingkatan iman yang

paling tinggi. Pelakunya adalah seorang mukmin yang sempurna imannya. Dia

mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri.

Malapetaka dan bahaya hasad

Orang yang hasad secara sadar maupun tidak telah terjatuh dalam beberapa

perkara dan malapetaka yang tidak bisa dianggap ringan :

Pertama : Membenci takdir Alloh, karena apabila dia benci terhadap apa

yang Alloh berikan kepada orang lain, pada hakekatnya penentangan terhadap

takdir Alloh juga .

Kedua : Hasad menghapus kebaikan sebagaimana api menghanguskan kayu

bakar. Karena pada umumnya, orang yang hasad akan menganiaya orang

yang ia dengki. Dia akan menyebutkan sesuatu yang dibencinya, menghasud

manusia agar menjauhinya dan lain-lain . Ini adalah dosa besar yang

menghapuskan kebaikan.

Ketiga: Orang yang hasad akan merasa sesak dada ketika melihat orang lain

mendapat nikmat. Acapkali kita melihat orang dengki hatinya gundah, sedih

dan dadanya sesak. Dia akan selalu mengawasi saingannya, kesedihan adakn

bertambah dan dunia terasa sempit bila saingannya mendapat nikmat.

Keempat : Hasad adalah akhlak orang yahudi. Alloh subhanahu wa ta’ala

berfirman :

ْﻡَﺃ َﺱﺎَّﻨﻟﺍ َﻥﻭُﺪُﺴْﺤَﻳ ﻰَﻠَﻋ ُﻢُﻫﺎَﺗَﺁ ﺎَﻣ ُﻪَّﻠﻟﺍ ْﻦِﻣ ِﻪِﻠْﻀَﻓ ْﺪَﻘَﻓ ﺎَﻨْﻴَﺗَﺁ َﻝَﺁ َﻢﻴِﻫﺍَﺮْﺑِﺇ َﺏﺎَﺘِﻜْﻟﺍ َﺔَﻤْﻜِﺤْﻟﺍَﻭ

ْﻢُﻫﺎَﻨْﻴَﺗَﺁَﻭ ﺎًﻜْﻠُﻣ ﺎًﻤﻴِﻈَﻋ

Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang

Alloh berikan kepadanya? Sesungguhya kami telah memberikan Kitab dan

hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan kami telah memberikan kepadanya

kerajaan yang besar (QS. An-Nisa [4] : 54)

Dan sudah kita maklumi bersama, bahwa orang yang menyerupai suatu kaum

maka dia termasuk kaumnya. Berdasarkan sabda nabi yang berbunyi :

ْﻦَﻣ ٍﻡْﻮَﻘِﺑ َﻪَّﺒَﺸَﺗ َﻮُﻬَﻓ ْﻢُﻬْﻨِﻣ

Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia ternmasuk golongan

mereka. (HR. Abu Dawud ; 4031, Ahmad 2/50 , Syaikhul Islam berkata dalam

Majmu Fatawa 5/ 331 : “Sanadnya bagus.” Imam Suyuthi menghasankannya

dalam al- Jami’ Ash-Shoghir : 6025, oleh al-Albani )

Kelima : Sekuat apapun hasadnya, tidak mungkin menghilangkan nikmat

Alloh yang telah Dia berikan kepada orang lain. Lantas mengapa hasadnya

masih mengurat dalam hati?

Keenam : Hasad menafikan kesempurnaan iman. Berdasarkan sabda Nabi

shollallohu alaihi wa sallam yang berbunyi :

ﺎَﻟ ُﻦِﻣْﺆُﻳ ْﻢُﻛُﺪَﺣَﺃ ﻰَّﺘَﺣ َّﺐِﺤُﻳ ِﻪﻴِﺧَﺄِﻟ ﺎَﻣ ِﻪِﺴْﻔَﻨِﻟ ُّﺐِﺤُﻳ

Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian sehingga ia mencintai

untuk saudaranya apa yang dicintainya untuk dirinya. (HR. Bukhori : 13,

Muslim : 45)

Kelaziman hadits ini, seharusnya engkau benci apabila nikmat Alloh hilang dari

saudaramu, bukan malah senang. Apabila engkau senang nikmat Alloh hilang

darinya, berarti engkau belum mencintai saudaramu apa yang dicintai oleh

dirimu sendiri. Dan hal ini jelas mengurangi kesempurnaan iman.

Ketujuh : Hasad akan menyeret pelakunya berpaling meminta keutamaan

dari Alloh. Orang yang hasad akan selalu mengawasi nikmat Alloh yang

diberkan kepada orang lain, sementara dirinya sendiri lupa meminta

keutamaan dari Alloh. Alloh berfirman :

ﺍْﻮَّﻨَﻤَﺘَﺗ ﺎَﻟَﻭ َﻞَّﻀَﻓ ﺎَﻣ ُﻪَّﻠﻟﺍ ِﻪِﺑ ْﻢُﻜَﻀْﻌَﺑ ﻰَﻠَﻋ ٍﺾْﻌَﺑ ٌﺐﻴِﺼَﻧ ِﻝﺎَﺟِّﺮﻠِﻟ ﺍﻮُﺒَﺴَﺘْﻛﺍ ﺎَّﻤِﻣ ِﺀﺎَﺴِّﻨﻠِﻟَﻭ ٌﺐﻴِﺼَﻧ

ﺎَّﻤِﻣ َﻦْﺒَﺴَﺘْﻛﺍ ﺍﻮُﻟَﺄْﺳﺍَﻭ َﻪَّﻠﻟﺍ ْﻦِﻣ ِﻪِﻠْﻀَﻓ َّﻥِﺇ َﻪَّﻠﻟﺍ َﻥﺎَﻛ ِّﻞُﻜِﺑ ﺎًﻤﻴِﻠَﻋ ٍﺀْﻲَﺷ

Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Alloh kepada

sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-

laki ada bagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita

pun ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Dan mohonlah kepada Alloh

sebagian dari karunia- Nya. Sesungguhnya Alloh Maha mengetahui segala

sesuatu. (QS. An-Nisa [4] :32)

Kedelapan : Hasad akan membawa peremehan terhadap nikmat Alloh.

Orang yang hasad akan melihat dirinya seakan- akan tidak memperoleh

nikmat sedikitpun. Dia selalu melihat bahwa orang yang dia dengki berada

dalam nikmat yang besat. Akibatnya secara tidak langsung dia telah

meremehkan nikmat Alloh dan lupa bersyukur kepada- Nya.

Kesembilan : Hasad adalah akhlak tercela, karena selalu mengawasi nikmat

Alloh yang diberikan kepada orang lain. Dia selalu berusaha menghalangi

kebanyakan manusia dari orang yang dia dengki.

Kesepuluh : Orang yang hasad, pada umumnya akan menyakiti orang yang

dia dengki. Demikian dia akan menjadi orang yang bangkrut. Kebaikannya

akan diambil oleh orang yang dia dengki. Kebaikannya akan habis, selanjutnya

kejelekan orang yang dia dengki akan dilimpahkan kepadanya, kemudian dia

akan dicampakkan ke neraka.

Kesimpulannya, hasad adalah akhlak tercela. Akan tetapi sangat disayangkan,

perkara ini banyak terjadi pada sebagian penuntut ilmu!! Apabila rasa iri,

dengki, dan hasad ini dijumpai antara para pedagang, pengusaha, atau orang

awam yang mereka semua tidak paham ilmu, mungkin bisa dimaklumi. Akan

tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa penyakit ini lebih banyak

menjangkiti para penuntut ilmu atau orang-orang yang sudah menuntut ilmu.

Wallohul Musta’an .

Catatan kaki :

5. Jami’ ul Ulum wal-Hikam 2/260 -263

6. Kitabul-Ilmi , Ibnu Utsaimin hlm 72- 74

7. Sebagian salaf berkata : “Barang siapa yang ridho terhadap ketentuan

Alloh, tidak ada seorangpun yang benci padanya. Barangsiapa yang qona’ah

terhadap pemberian Alloh, rasa hasad tidak akan masuk padanya. “ Adab

Dunya wa Dien, al- Mawardi hlm. 425.

8. Lihat masalah menarik ini dalam kitab Tahasud al- Ulama, Abdulloh bin

Husain al- Maujan. Cet. Dar al-Manaroh

Sumber : Majalah al-Furqon Edisi 12 Tahun ketujuh / Rojab 1429 [Juli 08]


Published with Blogger-droid v2.0.1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar