Larangan saling dengki : Klasifikasi manusia
ketika hasad dan Bahaya Hasad
Klasifikasi manusia ketika hasad
Hasad memang sudah tertanam dalam hati manusia,
oleh karena itu manusia akan dengki bila ada orang yang mengunggulinya
dalam sesuatu keutamaan. Apabila hasad timbul dalam dirimu, maka
janganlah meremehkannya, karena ia bagaikan tanaman yang akan terus
berkembang apabila disirami. Dan akan terus bertambah apabila dibiarkan
begitu saja tanpa usaha untuk menghilangkannya.
Syaikhul Islam rohimahulloh mengatakan : “Karena itu dikatakan : tidak ada
satu jiwapun kecuali terjangkiti penyakit hasad, tetapi orang yang mulia adalah
orang yang menyembunyikannya, sedangkan orang yang tercela adalah yang
menampakkannya.” (Majmu’ Fatawa 10/ 124)
Manusia dalam hal hasad terbagi menjadi empat golongan :
Golongan pertama : Mereka berusaha menghilangkan nikmat orang yang dia
dengki dengan cara berbuat aniaya, baik dengan perkataan atau perbuatan.
Golongan ini terbagi lagi menjadi dua :
1. Berusaha agar kenikmatan yang diperoleh saingannya berpindah pada
dirinya.
2. Tidak berusaha agar nikmat orang yang dia dengki berpindah pada
dirinya.
Golongan kedua : Mereka tidak berusaha mewujudkan hasadnya, tidak
menganiaya orang yang dia dengki dengan ucapan maupun perbuatan.
Golongan kedua ini juga ada dua macam :
1. Orang yang tidak kuasa dan tidak mungkin menghilangkan hasad
dalam dirinya. Hasadnya terkalahkan, maka dia tidak berdosa. Karena
semua orang mesti ada rasa hasad kepada orang yang menjadi saingan
dan mengunggulinya.
2. Orang yang menimbulkan rasa hasad dari dirinya sendiri. Dia selalu
berangan-angan agar nikmat saingannya hilang. Orang semacam ini
persis seperti orang yang bertekat untuk berbuat maksiat. Orang yang
hasad semacam ini tidak luput untuk menganiaya lawannya dengan
ucapan maupun perbuatan, hingga dia berdosa karena perbuatannya.
Golongan ketiga : Di antara manusia ada yang hasad akan tetapi tidak
berangan-angan agar nikmat lawannya hilang. Bahkan dia berusaha
menirunya dalam kebaikan, dia ingin mendapat seperti yang diraih temannya.
Apabila tujuannya ingin meraih kebaikan dalam masalah dunia, maka tidak
ada baiknya sama sekali, walaupun hal itu boleh. Alloh subhanahu wa ta’ala
berfirman :
َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ َﻝﺎَﻗ َﻥﻭُﺪﻳِﺮُﻳ َﺓﺎَﻴَﺤْﻟﺍ ﺎَﻴْﻧُّﺪﻟﺍ َﺖْﻴَﻟ ﺎَﻳ ﺎَﻨَﻟ َﻞْﺜِﻣ َﻲِﺗﻭُﺃ ﺎَﻣ ُﻪَّﻧِﺇ ُﻥﻭُﺭﺎَﻗ ﻭُﺬَﻟ ٍّﻆَﺣ ٍﻢﻴِﻈَﻋ
“ Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia : “ Kiranya kita
mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qorun : Sesungguhnya ia
benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.” (QS. Al- Qoshos [28] :
79)
Apabila tujuannya ingin meraih kebaikan dan keutamaan dalam masalah
agama, maka itu baik. Ini adalah hasad yang disyari’atkan. Alloh berfirman :
ﻲِﻓَﻭ َﻚِﻟَﺫ ِﺲَﻓﺎَﻨَﺘَﻴْﻠَﻓ َﻥﻮُﺴِﻓﺎَﻨَﺘُﻤْﻟﺍ
“Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba. (QS. Al-
Muthoffifin [83] : 26)
Nabi shollallohu alaihi wa sallam bersabda :
ﺎَﻟ ﺎَّﻟِﺇ َﺪَﺴَﺣ ﻲِﻓ ٌﻞُﺟَﺭ ِﻦْﻴَﺘَﻨْﺛﺍ ُﻩﺎَﺗﺁ ُﻪَّﻠﻟﺍ َﻥﺁْﺮُﻘْﻟﺍ َﻮُﻬَﻓ ُﻩﻮُﻠْﺘَﻳ َﺀﺎَﻧﺁ َﺀﺎَﻧﺁَﻭ ِﻞْﻴَّﻠﻟﺍ ِﺭﺎَﻬَّﻨﻟﺍ ٌﻞُﺟَﺭَﻭ ُﻩﺎَﺗﺁ
ُﻪَّﻠﻟﺍ ﺎًﻟﺎَﻣ ُﻪُﻘِﻔْﻨُﻳ َﻮُﻬَﻓ َﺀﺎَﻧﺁ َﺀﺎَﻧﺁَﻭ ِﻞْﻴَّﻠﻟﺍ ِﺭﺎَﻬَّﻨﻟﺍ
“Tidak ada hasad kecuali dalam dua perkara : Seorang yang Alloh berikan Al-
Qur’an . Dia mengamalkannya siang dan malam. Seorang yang Alloh berikan
harta lalu ia infakkan siang dan malam. (HR. Bukhori : 4637, Muslim : 1350)
Inilah yang dinamakan ghibtoh.
Golongan keempat :
Di antara manusia apabila mendapati pada dirinya ada rasa hasad, dia
berusaha untuk menghilangkannya. Berusaha berbuat baik kepada orang yang
dia dengki, bahkan mendoakan dan menyebarkan kebaikannya. Dia akan terus
berusaha untuk menghilangkan hasad dalam dirinya dan berusaha mengganti
rasa hasad dengan rasa kecintaan supaya saudaranya muslim menjadi lebih
baik daripada dirinya sendiri. Contoh semacam ini adalah tingkatan iman yang
paling tinggi. Pelakunya adalah seorang mukmin yang sempurna imannya. Dia
mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri.
Malapetaka dan bahaya hasad
Orang yang hasad secara sadar maupun tidak telah terjatuh dalam beberapa
perkara dan malapetaka yang tidak bisa dianggap ringan :
Pertama : Membenci takdir Alloh, karena apabila dia benci terhadap apa
yang Alloh berikan kepada orang lain, pada hakekatnya penentangan terhadap
takdir Alloh juga .
Kedua : Hasad menghapus kebaikan sebagaimana api menghanguskan kayu
bakar. Karena pada umumnya, orang yang hasad akan menganiaya orang
yang ia dengki. Dia akan menyebutkan sesuatu yang dibencinya, menghasud
manusia agar menjauhinya dan lain-lain . Ini adalah dosa besar yang
menghapuskan kebaikan.
Ketiga: Orang yang hasad akan merasa sesak dada ketika melihat orang lain
mendapat nikmat. Acapkali kita melihat orang dengki hatinya gundah, sedih
dan dadanya sesak. Dia akan selalu mengawasi saingannya, kesedihan adakn
bertambah dan dunia terasa sempit bila saingannya mendapat nikmat.
Keempat : Hasad adalah akhlak orang yahudi. Alloh subhanahu wa ta’ala
berfirman :
ْﻡَﺃ َﺱﺎَّﻨﻟﺍ َﻥﻭُﺪُﺴْﺤَﻳ ﻰَﻠَﻋ ُﻢُﻫﺎَﺗَﺁ ﺎَﻣ ُﻪَّﻠﻟﺍ ْﻦِﻣ ِﻪِﻠْﻀَﻓ ْﺪَﻘَﻓ ﺎَﻨْﻴَﺗَﺁ َﻝَﺁ َﻢﻴِﻫﺍَﺮْﺑِﺇ َﺏﺎَﺘِﻜْﻟﺍ َﺔَﻤْﻜِﺤْﻟﺍَﻭ
ْﻢُﻫﺎَﻨْﻴَﺗَﺁَﻭ ﺎًﻜْﻠُﻣ ﺎًﻤﻴِﻈَﻋ
Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang
Alloh berikan kepadanya? Sesungguhya kami telah memberikan Kitab dan
hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan kami telah memberikan kepadanya
kerajaan yang besar (QS. An-Nisa [4] : 54)
Dan sudah kita maklumi bersama, bahwa orang yang menyerupai suatu kaum
maka dia termasuk kaumnya. Berdasarkan sabda nabi yang berbunyi :
ْﻦَﻣ ٍﻡْﻮَﻘِﺑ َﻪَّﺒَﺸَﺗ َﻮُﻬَﻓ ْﻢُﻬْﻨِﻣ
Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia ternmasuk golongan
mereka. (HR. Abu Dawud ; 4031, Ahmad 2/50 , Syaikhul Islam berkata dalam
Majmu Fatawa 5/ 331 : “Sanadnya bagus.” Imam Suyuthi menghasankannya
dalam al- Jami’ Ash-Shoghir : 6025, oleh al-Albani )
Kelima : Sekuat apapun hasadnya, tidak mungkin menghilangkan nikmat
Alloh yang telah Dia berikan kepada orang lain. Lantas mengapa hasadnya
masih mengurat dalam hati?
Keenam : Hasad menafikan kesempurnaan iman. Berdasarkan sabda Nabi
shollallohu alaihi wa sallam yang berbunyi :
ﺎَﻟ ُﻦِﻣْﺆُﻳ ْﻢُﻛُﺪَﺣَﺃ ﻰَّﺘَﺣ َّﺐِﺤُﻳ ِﻪﻴِﺧَﺄِﻟ ﺎَﻣ ِﻪِﺴْﻔَﻨِﻟ ُّﺐِﺤُﻳ
Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian sehingga ia mencintai
untuk saudaranya apa yang dicintainya untuk dirinya. (HR. Bukhori : 13,
Muslim : 45)
Kelaziman hadits ini, seharusnya engkau benci apabila nikmat Alloh hilang dari
saudaramu, bukan malah senang. Apabila engkau senang nikmat Alloh hilang
darinya, berarti engkau belum mencintai saudaramu apa yang dicintai oleh
dirimu sendiri. Dan hal ini jelas mengurangi kesempurnaan iman.
Ketujuh : Hasad akan menyeret pelakunya berpaling meminta keutamaan
dari Alloh. Orang yang hasad akan selalu mengawasi nikmat Alloh yang
diberkan kepada orang lain, sementara dirinya sendiri lupa meminta
keutamaan dari Alloh. Alloh berfirman :
ﺍْﻮَّﻨَﻤَﺘَﺗ ﺎَﻟَﻭ َﻞَّﻀَﻓ ﺎَﻣ ُﻪَّﻠﻟﺍ ِﻪِﺑ ْﻢُﻜَﻀْﻌَﺑ ﻰَﻠَﻋ ٍﺾْﻌَﺑ ٌﺐﻴِﺼَﻧ ِﻝﺎَﺟِّﺮﻠِﻟ ﺍﻮُﺒَﺴَﺘْﻛﺍ ﺎَّﻤِﻣ ِﺀﺎَﺴِّﻨﻠِﻟَﻭ ٌﺐﻴِﺼَﻧ
ﺎَّﻤِﻣ َﻦْﺒَﺴَﺘْﻛﺍ ﺍﻮُﻟَﺄْﺳﺍَﻭ َﻪَّﻠﻟﺍ ْﻦِﻣ ِﻪِﻠْﻀَﻓ َّﻥِﺇ َﻪَّﻠﻟﺍ َﻥﺎَﻛ ِّﻞُﻜِﺑ ﺎًﻤﻴِﻠَﻋ ٍﺀْﻲَﺷ
Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Alloh kepada
sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-
laki ada bagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita
pun ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Dan mohonlah kepada Alloh
sebagian dari karunia- Nya. Sesungguhnya Alloh Maha mengetahui segala
sesuatu. (QS. An-Nisa [4] :32)
Kedelapan : Hasad akan membawa peremehan terhadap nikmat Alloh.
Orang yang hasad akan melihat dirinya seakan- akan tidak memperoleh
nikmat sedikitpun. Dia selalu melihat bahwa orang yang dia dengki berada
dalam nikmat yang besat. Akibatnya secara tidak langsung dia telah
meremehkan nikmat Alloh dan lupa bersyukur kepada- Nya.
Kesembilan : Hasad adalah akhlak tercela, karena selalu mengawasi nikmat
Alloh yang diberikan kepada orang lain. Dia selalu berusaha menghalangi
kebanyakan manusia dari orang yang dia dengki.
Kesepuluh : Orang yang hasad, pada umumnya akan menyakiti orang yang
dia dengki. Demikian dia akan menjadi orang yang bangkrut. Kebaikannya
akan diambil oleh orang yang dia dengki. Kebaikannya akan habis, selanjutnya
kejelekan orang yang dia dengki akan dilimpahkan kepadanya, kemudian dia
akan dicampakkan ke neraka.
Kesimpulannya, hasad adalah akhlak tercela. Akan tetapi sangat disayangkan,
perkara ini banyak terjadi pada sebagian penuntut ilmu!! Apabila rasa iri,
dengki, dan hasad ini dijumpai antara para pedagang, pengusaha, atau orang
awam yang mereka semua tidak paham ilmu, mungkin bisa dimaklumi. Akan
tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa penyakit ini lebih banyak
menjangkiti para penuntut ilmu atau orang-orang yang sudah menuntut ilmu.
Wallohul Musta’an .
Catatan kaki :
5. Jami’ ul Ulum wal-Hikam 2/260 -263
6. Kitabul-Ilmi , Ibnu Utsaimin hlm 72- 74
7. Sebagian salaf berkata : “Barang siapa yang ridho terhadap ketentuan
Alloh, tidak ada seorangpun yang benci padanya. Barangsiapa yang qona’ah
terhadap pemberian Alloh, rasa hasad tidak akan masuk padanya. “ Adab
Dunya wa Dien, al- Mawardi hlm. 425.
8. Lihat masalah menarik ini dalam kitab Tahasud al- Ulama, Abdulloh bin
Husain al- Maujan. Cet. Dar al-Manaroh
Sumber : Majalah al-Furqon Edisi 12 Tahun ketujuh / Rojab 1429 [Juli 08]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar