Senin, Desember 05, 2011

Hakikat Istiqomah dan Tanda-tandanya

Sebagian para ulama mengatakan

bahwa yang di maksud istiqomah

adalah memenuhi perjanjian ketika

di alam arwah. Dan dikatakan

istiqomah itu beristiqomah pada

lahir maupun bathin. Istiqomah

orang-orang awam pada lahir

adalah mengikuti semua perintah

dan menjauhi larangan, dan pada

bathin adalah iman dan

membenarkan. Sedang istiqomah

orang-orang khawash dalam lahir

adalah mengasingkan diri dari duniawi dan meninggalkan kemewahan serta

kesenangan, dan dalam bathin adalah memisahkan diri dari kenikmatan-

kenikmatan surga karena hanya merindukan pertemuan dengan Tuhan yang

Maha Penyayang (Syihabuddin) .

Abubakar RA. Pernah ditanya mengenai Istiqomah dan berkatalah beliau :

“Hendaknya engkau tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun.”

Umar RA. Berkata : Istiqomah adalah “Hendaklah engkau tetap terus dalam

mematuhi perintah dan menjauhi larangan serta tidak menyimpang seperti

penyimpangan musang.”

Usman RA. Berkata : “Istiqomah adalah Ikhlas.” (Ma -aalimut Tanziil)

Sebagian ahli haq berkata : Istiqomah ada tiga macam : 1. Istiqomah pada lisan

2. Istiqomah pada hati 3. Istiqomah tubuh. Istiqomah pada lisan adalah

mengabdikan ucapan kalimat syahadat, istiqomah pada hati adalah

mengabadikan kebenaran kehendak dalam ibadah, dan istiqomah pada tubuh

adalah mengabadikan ibadah dan segala bentuk taat”.

Sebagian ulama berkata : ”Istiqomah itu dengan empat hal : 1. Taat dalam

mengimbangi perintah. 2. Memelihara diri dalam mengimbangi larangan. 3.

bersyukur dalam mengimbangi kenikmatan. 4. Sabar dalam mengimbangi surga.

Kemudian kesempurnaan empat hal di atas adalah harus dengan empat hal yang

lain. Kesempurnaan taat itu adalah dengan ikhlas, kesempurnaan memelihara

diri adalah dengan bertaubat, kesempurnaan bersyukur adalah dengan mengenal

kelemahan diri, dan kesempurnaan sabar adalah dengan mengosongkan hati dari

makhluq (Imam An nafasi).

Tanda-tanda Istiqomah

Al-Faqih Abul Laits berkata : Bahwa tanda- tanda istiqomah itu adalah harus

memelihara lidah, hati, dan tubuhnya dalam menjalankan perintah dan menjauhi

larangan sehingga dengan menjalani perinta dan menjauhi larangan itu maka

insya Allah kita akan menjadi orang-orang yang istiqomah Aamiin. Apa saja

tanda-tanda istiqomah itu :

1. Memelihara lidah agar tetap adil yaitu menempatkan lidah untuk berkata

jujur. Sebagaimana Allah SWT berfirman : ” WA IDZAA QULTUM FA’DILUU”

Artinya : ”Dan apabila kamu berkata, maka jujurlah.”

Jangan sampai lidah kita dipergunakan untuk menggunjing, karena firman Allah

SWT : ”WALAA YAGHTAB BA’DHOKUM BA’DHOO” Artinya : ” Janganlah

sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain”. (QS. Al-Hujurat : 11)

2. Menjaga hati untuk menjauhi dari buruk sangka. Karena firman Allah SWT :

”IJTANIBUU KATSIIRAN MINAZH ZHONNI INNA BA’DHOZH ZHONNI

ISMUN” Artinya: ”Jauhilah oleh kamu sekalian kebanyakan prasangka, karena

sebagian prasangka itu adalah dosa”. (QS. Alhujurat : 12)

Rasulullah SAW juga bersabda : ”IYYAA KUM WASUU-AZH ZHONNI

FAINNAHUU AKDZABUL HADIITS” Atinya : ”Takutlah oleh kamu sekalian

buruk sangka, karena sesungguhnya prasangka itu cerita yang paling bohong.”

3. Menjauhi sikap meremehkan orang lain, merasa tinggi diri, karena itu

merupakan sifat sombong. Firman Allah SWT : ”LAA YASKHOR QAUMUN MIN

QAUMIN ’ASAA ANYAKUUNUU KHAIRAN MINHUM” Artinya : ”Janganlah

sekelompok orang mengolok- olokan sekelompok yang lain, mungkin kelompok

yang diolok-olokkan lebih baik dari pada mereka yang mengolok- olokan.” (QS.

Alhujurat : 13)

Oleh karena itu jangan sampai kita merasa paling hebat, paling benar dengan

mengolok- olok kelompok lain menganggap kelompok dirinya paling benar,

padahal belum tentu kelompoknya lebih baik, baleh jadi kelompok yang di olok-

olok lebih baik dari pada yang mengolok- olok. Kemudian orang yang merasa

tinggi diri dan menyombongkan diri. Dalam Al-Qur -an juga Allah SWT

berfirman : ”TILKAD DAARUL AAKHIRATI NAJ’ALUHAA LILLADZIINA LAA

YURIIDUUNA ’ULUWWAN FIL ARDHI WALAA FASAADAN,

WAL’AAQIBATU LILMUTTAQIINA” Artinya : ”Negeri akhirat itu kami

sediakan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombangkan dirinya di muka

bumi dan tidak berbuat kerusakan. Dan akhir yang baik adalah bagi orang-orang

yang bertaqwa.” (QS. Alqoshos : 83)

Maka janganlah menyombaongkan diri karena orang yang sombong tidak akan

masuk surga. Sebagaimana hadits rasulullah SAW bersabda : ”LAA YADKHULUL

JANNATA MAN KAANA FII QALBIHII MITSQAALA DZARRATIN MINAL

KIBRI” Artinya : ”Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada sifat

sombong walaupun sebesar biji sawi.”

Para sahabat bertanya kepada rasul, ya rasulallah apa yang dinamakan sombong

itu? Rasul menjawab : ” ALKIBRU BATHRUL HAQQI WA GHOMTUN NAASI”

Artinya : ” Sombong adalah menolak kebenaran dan menganggap remeh

manusia.”

4. Memelihara shalat lima waktu dan menginfaqkan harta di jalan Allah. Firman

Allah SWT : ” HAAFIZHUU ’ALASH SHALAWAATI WASH SHALATIL

WUSTHAA WA QUUMUU LILLAAHI QAANITHIINA ” Artinya : ” Peliharalah

shalat-shalatmu dan shalat wusthaa (shalat pertengahan yaitu ashar) dan

berdirilah kamu untuk Allah dengan patuh .” (QS. Al-Baqarah : 238). Juga untuk

senantiasa memelihara harta kita untuk ditasharufkan di jalan Allah.

Sebagaimana Allah berfirman : ” YAA AYYUHAL LADZIINA AAMANUU

ANFIQUU MIN THOYYIBAATI MAA KASABTUM ” Artinya : ” Hai orang-

orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil usahamu

yang baik-baik .”.(QS . Al-Baqarah : 267)

5. Menahan pandangannya dari segala sesuatu yang diharamkan

”QUL LIL MU’MINIINA YAGHUDDUU MIN ABSHOORIHIM

WAYAHFAZHUUNA FURUUJAHUM, DZAALIKA AZKAA LAHUM,

INNALLAAHA KHOBIIRUN BIMAA YASHNA’UUNA” Artinya : Katakanlah

kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan

pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci

bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".

(QS. An Nuur : 30) .

Mengapa kita diperintahkan menahan pandangan matanya dari sesuatu yang

haram, karena kalau kita tidak bisa menahan pandangan mata kita maka akan

berakibat pada sesuatu yang lebih bahaya lagi, maka ayat di atas berlanjut pada

kalimat peliharalah kemaluannya.

6. Jangan sampai berlebih-lebihan. Firman Allah SWT : ”INNAL MUBADZ-

DZIRIINA KAANUU IKHWAANASY SYAYAATHIINA, WALAA TUBADZ-DZIR

TABDZIIRAN ” Artinya : ”Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan

(hartamu) secara boros.” (QS. Al-Isra : 26) INNAL MUBADZ-DZIRIINA

KAANUU IKHWAANASY SYAYAATHIINA, WA KAANASY SYAITHOONU

LIROBBIHII KAFUURON Artinya : Sesungguhnya pemboros-pemboros itu

adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada

Tuhannya.(QS. Al-Isra : 27)

7. Tetap teguh pada sunnah dan berjamah. Karena Allah SWT berfirman :

“WA ANNA HAADZAA SHIROOTII MUSTAQIIMAN FATTABI’UUHU, WA

LAA TATTABI’US SUBULA FATAFARROQO BIKUM AN SABIILIHII,

DZAALIKUM WASH SHOOKUM BIHII LA’ALLAKUM TATTAQUUNA” “

Artinya :“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus,

maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena

jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya . Yang demikian itu

diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. (QS. Al An’am : 153)

Semoga bermanfaat, karena bagi orang-orang yang istiqomah telah disediakan

surganya Allah SWT. /Dzikrul Hakim/30 /03/ 2011

Wallahu A’lam Bish showaab, Sumber : Durratun Nashihin, Mukhtarul Ahadits


Published with Blogger-droid v2.0.1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar