Sabtu, Desember 10, 2011

Pada saat Piagam Madinah dibuat, MUhammad menjadi pemimpin dari setidaknya sembilan klan (suku), ketika Nabi SAW wafat maka mayoritas klan (suku) menolak membai’at Imam Ali karena fanatisme ashabiyah, ambisi kekuasaan, tidak sudi kenabian dan kekhalifahan berkumpul pada bani hasyim tanpa pergiliran, dan alasan lain

pada masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam, bersifat sentral; kekuasaan

legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan beliau.

Sistem pemilihan terhadap masing- masing khalifah tersebut berbeda- beda,

hal tersebut terjadi karena para sahabat menganggap bahwa Nabi

Muhammad tidak memberikan petunjuk yang jelas mengenai pengganti

beliau, yang ditolak oleh kalangan Syi’ ah . Menurut Syi’ah , Muhammad sudah

jelas menunjuk pengganti beliau adalah Ali bin Abi Thalib sesuai

dengan Hadits Ghadir Khum .

tidak lama setelah beliau Shallallahu ‘Alaihi wasallam wafat; belum lagi

jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul di

balai kota Bani Sa’idah, Madinah. Mereka memusyawarahkan siapa yang akan

dipilih menjadi pemimpin. Musyawarah itu berjalan cukup alot karena

masing-masing pihak, baik Muhajirin maupun Anshar, sama-sama merasa

berhak menjadi pemimpin umat Islam.

Pada saat Piagam Madinah

dibuat, MUhammad

menjadi

pemimpin dari setidaknya

sembilan klan (suku), ketika

Nabi SAW wafat maka

mayoritas klan (suku)

menolak

membai’at Imam Ali karena fanatisme

ashabiyah,

ambisi kekuasaan, tidak sudi kenabian dan

kekhalifahan

berkumpul pada bani hasyim

tanpa pergiliran,

dan alasan lain

………………………………………………………………..

Berapakah jumlah kaum Muhajirin dan Anshar saat Qs.9 . Qs. At Taubah ayat

117 dan Qs. 9. Qs. At Taubah ayat 100 turun  ???

membuka misteri yang hilang !

versi sunni :

Ukhuwah Imaniyyah Muhajirin dan Anshar

Secara umum, Islam menyatakan seluruh kaum muslimin adalah bersaudara

sebagaimana disebutkan dalam. ftrman Allah surat al Hujurat/49 ayat 10,

yang artinya: Sesungguhnya orang- orang mu’ min adalah bersaudara.

Konsekwensi dari persaudaraan itu, maka islam mewajibkan kepada umatnya

untuk saling tolong-menolong dalam al- haq. Namun yang menjadi fokus

pembicaraan kita kali ini bukan persaudaraan yang bersifat umum ini, tetapi

persaudaraan yang bersifat khusus antara kaum Muhajirin dengan kaum

Anshar.

Persaudaraan antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar yang dideklarasikan

Rasulullah saw memiliki konsekwensi lebih khusus bila dibandingkan dengan

persaudaraan yang bersifat umum. Sebagaimana diketahui, saat kaum

Muhajirin berhijrah ke Madinah tidak membawa seluruh harta. Sebagian besar

harta mereka ditinggal di Makkah, padahal mereka akan menetap di Madinah.

Ini jelas menjadi problem bagi mereka di tempat yang baru. Terlebih lagi,

kondisi Madinah yang subur sangat berbeda dengan kondisi Makkah yang

gersang.

Keahlian mereka berdagang di Makkah berbeda dengan mayoritas penduduk

Madinah yang bertani. Tak pelak, perbedaan kebiasaan ini menimbulkan

permasalahan baru bagi kaum Muhajirin, baik menyangkut ekonomi, sosial

kemasyarakatan, dan juga kesehatan.Mereka harus beradaptasi dengan

lingkungan baru. Sementara itu, pada saat yang sama mencari penghidupan,

padahal kaum Muhajirin tidak memiliki modal.

Demikian problem yang dihadapi kaum Muhajirin di daerah baru.

Melihat kondisi kaum Muhajirin, dengan landasan kekuatan persaudaraan,

maka kaum Anshar tak membiarkan saudaranya dalam kesusahan. Kaum

Anshar dengan pengorbanannya secara total dan sepenuhhatimembantu

mengentaskan kesusahan yang dihadapi kaum muhajirin.

Pengorbanan kaum Anshar yang mengagumkan ini diabadikan di dalam Al-

Qur’an, surat al-Hasyr / 59 ayat 9, yang artinya: Dan orang-orang yang

telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum

(kedatangan) mereka (Muhajirin ), mereka mencintai orang yang

berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam

hati mereka terhadap apa-apa -vang diberikan kepada mereka (orang

Muhajirin);danmereka mengutamakan (orang- orang Muhajirin) , atas

diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka

berikan itu).

Berkaitan dengan ayat di atas, terdapat sebuah kisah sangat masyhur yang

melatarbelakangi turunnya ayat 9 surat al-Hasyr . Abu Hurairah ra

menceritakan: Ada seseorang yang mendatangi Rasulullah saw (dalam

keadaan lapar), lalu beliau mengirim utusan ke para istri beliau .Para istri

Rasulullah saw menjawab: “Kami tidak memiliki apapun kecuali air”.

Rasulullah saw bersabda:”Siapakah di antara kalian yang ingin menjamu orang

ini?” Salah seorang kaum Anshar berseru: “Saya,” lalu orang Anshar ini

membawa lelaki tadi ke rumah istrinya, (dan) ia berkata: “Muliakanlah tamu

Rasulullah!” istrinya menjawab: “Kami tidak memiliki apapun kecuali jatah

makanan untuk anak-anak”.

Orang Anshar itu berkata: “Siapkanlah makananmu itu! Nyalakanlah lampu,

dan tidurkanlah anak-anak kalau mereka minta makan malam!” Kemudian,

wanita itu pun menyiapkan makanan, menyalakan lampu, dan menidurkan

anak-anaknya. Dia lalu bangkit, seakan hendak memperbaiki lampu dan

memadamkannya. Kedua suami istri ini memperlihatkan seakan mereka

sedang makan. Setelah itu mereka tidur dalam keadaan lapar. Keesokan

harinya, sang suami datang menghadap Rasulullah saw, Beliau bersabda:

“Malam ini Allah tertawa atau ta’ajjub dengan perilaku kalian berdua. Lalu

Allah Ta’alaa menurunkan ayat Nya, (yang artinya): dan mereka

mengutamakan (orang- orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun

mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara

dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung .Qs. Al-

Hasyr/59 ayat 9. (HR Imam Bukhari).

Bagaimanapun pengorbanan dan keikhlasan kaum Anshar mambantu

saudaranya, namun permasalahan kaum Muhajirin ini tetap harus

mendapatkan penyelesaian, agar mereka tidak merasa sebagai benalu bagi

kaum Anshar. Disinilah tampak nyata pandangan Rasulullah saw yang cerdas

dan bijaksana. Beliau kemudian mempersaudarakan antara kaum Muhajirin

dengan kaum Anshar. Peristiwa ini, sebagaimana disebutkan dalam banyak

riwayat terjadi pada tahun pertama hijriyah: Tempat deklarasi persudaraan ini

– sebagian ulama mengatakan- di rumah Anas bin Malik,’ dan sebagian yang

lain mengatakan di masjid.Rasulullahr mempersaudarakan mereka dua dua,

satu dari Anshar dan satu dari Muhajirin.

Ibnu Sa’ad dengan sanad dari syaikhnya, al-Waqidi menyebutkan, ketika

Rasulullah saw tiba di Madinah,beliau mempersaudarakan antara sebagian

kaum Muhajirin dengan sebagian lainnya, dan mempersaudarakan antara

kaum Anshar dengan kaum Muhajirin.Rasulullah saw mempersaudarakan

mereka dalam al-haq , agar saling menolong, saling mewarisi setelah

(saudaranya) wafat.

Saat deklarasi itu, jumlah mereka 90 orang, terdiri dari 45 kaum Anshar

dan 45 kaum Muhajirin. Ada juga yang mengatakan 100, masing-

masing 50 orang.

=================================================

versi syi’ ah :

sejarah mencatat hanya sekitar 85 orang warga setempat (anshar ), dan 54

muhajirin yang berhijrah dari Makkah ke Madinah pada saat ayat tersebut

turun …

Sebagian lain belum hijrah ke Madinah karena dikirim  ke Habasyah oleh

Nabi SAW, mereka tiba di Madinah 7 tahun kemudian !

Diperkirakan jumlah Muhajirin dan Anshar sekitar 139 orang sampai 313

orang !

Ingat PESERTA PERANG BADAR cuma 313 orang saja !

Qs. 9. Qs. At Taubah ayat 100 : “”Orang- orang yang terdahulu lagi yang

pertama-tama (masuk Islam) diantara / sebagian dari kaum muhajirin dan

anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha

kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan

bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-

lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar””

“”Assaabiqunal Awwaluna min Al muhaajiriina wa al anshar”” artinya Orang

orang yang terdahulu ( masuk Islam ) diantara / sebagian dari kaum muhajirin

dan Anshar

Kata ‘min ’ pada ayat tersebut bermakna “diantara / sebagian dari “”, JELAS

BUKAN SEMUA !!!

Ayat itu sangat jelas menyatakan “Orang- orang yang terdahulu lagi yang

pertama-tama (masuk Islam) diantara / sebagian dari kaum muhajirin dan

anshar … JADi BUKAN UNTUK SEMUA DARi MEREKA

Satu kata atau satu huruf saja maka akan merubah maksud tafsir.. Memang

ada ayat yang menyatakan keutamaan sahabat secara umum tetapi bukan

berarti itu berlaku untuk seluruh sahabat, melainkan untuk sahabat yang tidak

berbalik arah setelah wafat Nabi SAW

——————————————————————

Bandingkan dengan :

Qs. Al Ahzab ayat 33 : “Sesungguhnya Allah bermaksud hendak

menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sesuci

sucinya ”

Innama yuridullahu li yudzhiba ‘ankum adalah fi’il mudhari’ ( kata kerja yang

berlaku dari masa pengucapan, masa kini dan masa yang akan datang )…

Artinya ayat tathir menyatakan Ahlul Bait disucikan sejak SAAT iTU SAMPAi

MEREKA WAFAT ( jaminan syurga )

Kalau kalimat itu di jadikan fi’ il madhi akan berbentuk innama aradallahu

lidzahaba ‘ankum… Ternyata ayat tathir bukan fi’il madhi… Artinya ahlul kisa

diampuni untuk selama selamanya

——————————————————————

Potensi OKNUM SAHABAT berbalik arah pasca wafat Nabi SAW diakui Al

Quran dan Hadis ( misal : hadis haudh riwayat Bukhari Muslim ) … Ada

kemungkinan mereka berbalik arah bila Nabi SAW wafat

Qs. Ali ‘Imran ayat 144 : “” Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul,

sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul[x ]. Apakah Jika dia

wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang

berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada

Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang

bersyukur””

x]. Maksudnya: Nabi Muhammad s.a .w. ialah seorang manusia yang diangkat

Allah menjadi rasul. Rasul-rasul sebelumnya telah wafat. Ada yang wafat

karena terbunuh ada pula yang karena sakit biasa. Karena itu Nabi

Muhammad s.a .w. juga akan wafat seperti halnya rasul- rasul yang terdahulu

itu. Di waktu berkecamuknya perang Uhud tersiarlah berita bahwa Nabi

Muhammad s.a .w. mati terbunuh. Berita ini mengacaukan kaum muslimin,

sehingga ada yang bermaksud meminta perlindungan kepada Abu Sufyan

(pemimpin kaum Quraisy). Sementara itu orang-orang munafik mengatakan

bahwa kalau Nabi Muhammad itu seorang Nabi tentulah dia tidak akan mati

terbunuh

——————————————————————

Coba anda perhatikan ayat ayat pujian dan ridha Allah untuk PARA SAHABAT,

tidak ada satupun ayat yang menyatakan pujian dan ridha Allah untuk semua

sahabat… Tapi semua ayatnya menyatakan hanya sebahagian sahabat saja….

Itupun ada syarat nya yaitu mereka harus ihsan (baik) dan mereka harus ridha

terhadap ketetapan Allah. . Bila ada sahabat yang tidak memenuhi syarat ini

maka ia dikecualikan

Jaminan SURGA hanya diberikan jika seseorang memenuhi syarat syarat

seperti tidak mendurhakai Rasulullah setelah wafatnya

——————————————————————

Perhatikan Qs. 56. Qs. Al Waaqi’ ah

77. Sesungguhnya Al- Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia,

78. pada kitab yang terpelihara ( Lauhul Mahfuzh ),

79. tidak menyentuhnya kecuali orang – orang yang disucikan.

Jadi jelaslah yang disucikan adalah ahlul kisa dan para Imam Ahlul Bait

——————————————————————

Hanya syi’ ah Imamiah lah yang menjadikan Imam Ali sebagai pemimpin

dalam hal Imamah pasca wafat Nabi SAW !!!!!!!!!

Perhatikan Qs. 5. Qs. Al Maa’idah

55. Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya , dan orang-

orang yang beriman yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat ketika

mereka berada dalam keadaan ruku’

56. Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang

beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah

itulah yang pasti menang.

Yang shalat sambil berzakat hanya khusus untuk Imam Ali, haram orang lain

melakukan hal tersebut… Adapun lafaz jamak ( orang orang ) untuk menyebut

pelaku tunggal merupakan hal biasa dalam Al Quran, contoh

a. Qs. 63. Qs. Al Munaafiquun ayat 8.

Mereka berkata: “Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-

benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya.”

Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-

orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.

FAKTANYA : Yang mengucapkan kalimat tersebut hanya satu orang yakni

Abdullah Bin Ubay Bin Salul

b. Allah berfirman : “ Dan orang orang Yahudi berkata : ‘Tangan Allah

terbelenggu’ “

FAKTANYA : Yang berkata Cuma 1 yahudi ( tunggal ) yang berkata bahwa Allah

kikir / pelit

Jadi jelaslah Syi’ ah Imamiah adalah ahlusunnah yang sesungguhnya !!!

Qs.9. Qs. At Taubah ayat 117.: “” Sesungguhnya Allah telah menerima taubat

Nabi, orang-orang muhajirin dan orang-orang anshar yang mengikuti Nabi

dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling,

kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha

Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka””

Memang ada ayat yang menyatakan keutamaan sahabat secara umum tetapi

bukan berarti itu berlaku untuk seluruh sahabat, melainkan untuk sahabat

yang tidak berbalik arah setelah wafat Nabi SAW

Allah menerima taubat orang orang muhajirin dan Anshar yang hampir

berpaling tetapi belum berpaling… Allah belum tentu menerima taubat orang

orang yang berpaling setelah wafat Nabi SAW dan orang yang menentang

Nabi diakhir hayat beliau

Ini bermakna pengampunan hanya berlaku untuk kesalahan mereka dalam

masa kesulitan saja, tidak berlaku untuk kesalahan sesudah itu

Bukan berarti ampunan berlaku untuk selamanya

Satu kata atau satu huruf saja berbeda baik fi’ il madhi maupun fi’ il mudhari’

maka akan merubah maksud tafsir

——————————————————————

Bandingkan dengan :

Qs. Al Ahzab ayat 33 : “Sesungguhnya Allah bermaksud hendak

menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sesuci

sucinya ”

Innama yuridullahu li yudzhiba ‘ankum adalah fi’il mudhari’ ( kata kerja yang

berlaku dari masa pengucapan, masa kini dan masa yang akan datang )…

Artinya ayat tathir menyatakan Ahlul Bait disucikan sejak SAAT iTU SAMPAi

MEREKA WAFAT ( jaminan syurga )

Kalau kalimat itu di jadikan fi’ il madhi akan berbentuk innama aradallahu

lidzahaba ‘ankum… Ternyata ayat tathir bukan fi’il madhi… Artinya ahlul kisa

diampuni untuk selama selamanya

——————————————————————

Potensi OKNUM SAHABAT berbalik arah pasca wafat Nabi SAW diakui Al

Quran dan Hadis ( misal : hadis haudh riwayat Bukhari Muslim ) … Ada

kemungkinan mereka berbalik arah bila Nabi SAW wafat

Qs. Ali ‘Imran ayat 144 : “” Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul,

sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul[x ]. Apakah Jika dia

wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang

berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada

Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang

bersyukur””

x]. Maksudnya: Nabi Muhammad s.a .w. ialah seorang manusia yang diangkat

Allah menjadi rasul. Rasul-rasul sebelumnya telah wafat. Ada yang wafat

karena terbunuh ada pula yang karena sakit biasa. Karena itu Nabi

Muhammad s.a .w. juga akan wafat seperti halnya rasul- rasul yang terdahulu

itu. Di waktu berkecamuknya perang Uhud tersiarlah berita bahwa Nabi

Muhammad s.a .w. mati terbunuh. Berita ini mengacaukan kaum muslimin,

sehingga ada yang bermaksud meminta perlindungan kepada Abu Sufyan

(pemimpin kaum Quraisy). Sementara itu orang-orang munafik mengatakan

bahwa kalau Nabi Muhammad itu seorang Nabi tentulah dia tidak akan mati

terbunuh

——————————————————————

Coba anda perhatikan ayat ayat pujian dan ridha Allah untuk PARA SAHABAT,

tidak ada satupun ayat yang menyatakan pujian dan ridha Allah untuk semua

sahabat… Tapi semua ayatnya menyatakan hanya sebahagian sahabat saja….

Itupun ada syarat nya yaitu mereka harus ihsan (baik) dan mereka harus ridha

terhadap ketetapan Allah. . Bila ada sahabat yang tidak memenuhi syarat ini

maka ia dikecualikan

Jaminan SURGA hanya diberikan jika seseorang memenuhi syarat syarat

seperti tidak mendurhakai Rasulullah setelah wafatnya

——————————————————————

Perhatikan Qs. 56. Qs. Al Waaqi’ ah

77. Sesungguhnya Al- Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia,

78. pada kitab yang terpelihara ( Lauhul Mahfuzh ),

79. tidak menyentuhnya kecuali orang – orang yang disucikan.

Jadi jelaslah yang disucikan adalah ahlul kisa dan para Imam Ahlul Bait

——————————————————————

Hanya syi’ ah Imamiah lah yang menjadikan Imam Ali sebagai pemimpin

dalam hal Imamah pasca wafat Nabi SAW !!!!!!!!!

Perhatikan Qs. 5. Qs. Al Maa’idah

55. Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya , dan orang-

orang yang beriman yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat ketika

mereka berada dalam keadaan ruku’

56. Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang

beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah

itulah yang pasti menang.

Yang shalat sambil berzakat hanya khusus untuk Imam Ali, haram orang lain

melakukan hal tersebut… Adapun lafaz jamak ( orang orang ) untuk menyebut

pelaku tunggal merupakan hal biasa dalam Al Quran, contoh

a. Qs. 63. Qs. Al Munaafiquun ayat 8.

Mereka berkata: “Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-

benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya.”

Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-

orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.

FAKTANYA : Yang mengucapkan kalimat tersebut hanya satu orang yakni

Abdullah Bin Ubay Bin Salul

b. Allah berfirman : “ Dan orang orang Yahudi berkata : ‘Tangan Allah

terbelenggu’ “

FAKTANYA : Yang berkata Cuma 1 yahudi ( tunggal ) yang berkata bahwa Allah

kikir / pelit

Jadi jelaslah Syi’ ah Imamiah adalah ahlusunnah yang sesungguhnya !!!

Arti kata jahiliyah’ setelah  RAsul  wafat tidak ada sangkut pautnya denga kata

‘zaman’ atau ‘periode’ .

Kalau kedatangan Islam itu memberantas kebiasaan jahiliah, itu tidak lantas

berarti bahwa babakan sejarah menjadi ‘Zaman Jahiliah’ dan ‘Zaman Islam’,

sehingga implikasinya adalah bahwa jahiliyah adalah periode yang telah lewat,

sudah kadaluwarsa, sudah mati dikubur ajaran Islam. Pengertian yang

menyamakan zaman jahiliah sebagai ‘Zaman Kebodohan’ (Ignorance)

mungkin suatu usaha untuk ikut memboncen pengertian agama Kristen

bahwa jahiliah itu adalah ‘zaman sebelum datangnya Nabi’ , seperti tercantum

dalam Kitib Injil (Kisah Rasul Rasul 17:30 ), korban pengaruh Kristen seperti

kata teolog Mikaelis. Memang banyak pengaruh itu yang disadari, misalnya

dibuangnya bagian awal dari Sirah Ibnu Ishaq.

Tetap ini hanya satu dari sekian aspirasi Kristen yang telah merasuk ke dalam

karya literer Islam dan kalau tidak dicabut, duri ini akan tetap menyakiti

daging.

Jahiliah itu benar benar lepas dari pengertian zaman atau periode. Ini jela

terlihat dari kutipan ayat AlQur’an :

“Ketika orang kafir membangkitkan dalam dirinya kesombongankesombongan

jahiliah, maka Allah menurunkan ketenangan atas Rasul dan mereka yang

beriman, dan mewajibkan mereka menahan diri. Dan mereka memang berhak

dan patut memilikinya. Dan Allah sadar akan segalanya”. (AlFath: 26)

“Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala

yang baik di akhirat. dan Allah menyukai orangorang yang berbuat kebaikan”.

(Ali Imran: 148)

“Kemudian setelah kamu berdukacita, Allah menurunkan kepada kamu

keamanan kantuk yang meliputi segolongan dari pada kamu, sedang

segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka

menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah.

Mereka berkata: “Apakah ada bagi kita barang sesuatu dalam urusan ini?”.

Katakanlah: “Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah”. mereka

Menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan

kepadamu; mereka berkata: “Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu dalam

urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh di sini”. Katakanlah: “Sekiranya

kamu berada di rumahmu, niscaya orang orang yang telah ditakdirkan akan

mati terbunuh itu keluar ke tempat mereka terbunuh”. dan Allah untuk

menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada

dalam hatimu. Allah Maha mengetahui isi hati”. (AliImran: 154)

“Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, RasulNya, dan orangorang

yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, sedang mereka

rukuk”. (AlMa’idah : 55)

“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang

lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orangorang yang yakin?” (AlMa’idah :

50)

“Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai

ahlul bait dan membersihkan kamu sebersihbersihnya”. (Al Ahzab: 33)

Ayat ayat ini jelas mempertentangkan jahiliah dengan ketenangan (sakinah) ,

sifat menahan diri dan takwa…arti kata pokok jahil (jhl) bukanlah lawan dari

‘ilm (kepintaran) melainkan hilm yang artinya sifat menahan diri sebagaimana

yang termaktub di dalam AlQur’an . Maka perwujudan sifat jahiliah itu adalah

antara lain rasa kecongkakan suku semangat balas dendam yang tak

berkesudahan, semangat kasar dan kejam yang keluar dari sikap nafsu tak

terkendali dan perbuatan yang bertentangan dengan takwa. Ini bisa saja

terjadi dalam zaman setelah kedatangan Islam dan keluar dari pribadi seorang

Muslim.

Keislaman Aus dan Khazraj

Setelah kembali ke kota Mekah, Nabi memfokuskan dakwahnya kepada suku-

suku Arab lainnya yang berdatangan ke kota itu untuk melaksanakan ibadah

haji. Dari situlah, beliau berkenalan dengan orang-orang Aus dan Khazraj,

penduduk kota Yatsrib yang kemudian berubah nama menjadi Madinah. Di

Yatsrib, suku Aus dan Khazraj merupakan musuh bebuyutan yang sejak lama

terlibat perang saudara. Di kota itu, hidup pula suku-suku beragama Yahudi

yang sering mengabarkan kepada mereka akan kedatangan Nabi di akhir

zaman.

Setelah berkenalan dengan Nabi Muhammad SAW dan ajara yang dibawanya,

orang-orang dari Aus dan Khazraj menyatakan ikrar keimanan kepada beliau.

Mereka bahkan mengingat janji dan baiat dengan Nabi. Orang- orang Aus dan

Khazraj yang telah menemukan seorang pemimpin yang dapat mengakhiri

permusuhan di antara mereka, menawarkan kepada Rasulullah SAW agar

beliau bersedia berhijrah ke kota mereka.

Sesuai dengan tawaran itu, dan dengan perintah Allah swt, Rasul SAW

memerintahkan kaum muslimin Mekah untuk berhijrah ke Madinah.

Rombongan demi rombongan kaum muslimin Mekah bergerak ke arah

Yastrib. Gelombang hijrah ini terus berlanjut dan berpuncak pada hijrah Nabi

ke kota itu.


Published with Blogger-droid v2.0.1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar