pada masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam, bersifat sentral; kekuasaan
legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan beliau.
Sistem pemilihan terhadap masing- masing khalifah tersebut berbeda- beda,
hal tersebut terjadi karena para sahabat menganggap bahwa Nabi
Muhammad tidak memberikan petunjuk yang jelas mengenai pengganti
beliau, yang ditolak oleh kalangan Syi’ ah . Menurut Syi’ah , Muhammad sudah
jelas menunjuk pengganti beliau adalah Ali bin Abi Thalib sesuai
dengan Hadits Ghadir Khum .
tidak lama setelah beliau Shallallahu ‘Alaihi wasallam wafat; belum lagi
jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul di
balai kota Bani Sa’idah, Madinah. Mereka memusyawarahkan siapa yang akan
dipilih menjadi pemimpin. Musyawarah itu berjalan cukup alot karena
masing-masing pihak, baik Muhajirin maupun Anshar, sama-sama merasa
berhak menjadi pemimpin umat Islam.
Pada saat Piagam Madinah
dibuat, MUhammad
menjadi
pemimpin dari setidaknya
sembilan klan (suku), ketika
Nabi SAW wafat maka
mayoritas klan (suku)
menolak
membai’at Imam Ali karena fanatisme
ashabiyah,
ambisi kekuasaan, tidak sudi kenabian dan
kekhalifahan
berkumpul pada bani hasyim
tanpa pergiliran,
dan alasan lain
………………………………………………………………..
Berapakah jumlah kaum Muhajirin dan Anshar saat Qs.9 . Qs. At Taubah ayat
117 dan Qs. 9. Qs. At Taubah ayat 100 turun ???
membuka misteri yang hilang !
versi sunni :
Ukhuwah Imaniyyah Muhajirin dan Anshar
Secara umum, Islam menyatakan seluruh kaum muslimin adalah bersaudara
sebagaimana disebutkan dalam. ftrman Allah surat al Hujurat/49 ayat 10,
yang artinya: Sesungguhnya orang- orang mu’ min adalah bersaudara.
Konsekwensi dari persaudaraan itu, maka islam mewajibkan kepada umatnya
untuk saling tolong-menolong dalam al- haq. Namun yang menjadi fokus
pembicaraan kita kali ini bukan persaudaraan yang bersifat umum ini, tetapi
persaudaraan yang bersifat khusus antara kaum Muhajirin dengan kaum
Anshar.
Persaudaraan antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar yang dideklarasikan
Rasulullah saw memiliki konsekwensi lebih khusus bila dibandingkan dengan
persaudaraan yang bersifat umum. Sebagaimana diketahui, saat kaum
Muhajirin berhijrah ke Madinah tidak membawa seluruh harta. Sebagian besar
harta mereka ditinggal di Makkah, padahal mereka akan menetap di Madinah.
Ini jelas menjadi problem bagi mereka di tempat yang baru. Terlebih lagi,
kondisi Madinah yang subur sangat berbeda dengan kondisi Makkah yang
gersang.
Keahlian mereka berdagang di Makkah berbeda dengan mayoritas penduduk
Madinah yang bertani. Tak pelak, perbedaan kebiasaan ini menimbulkan
permasalahan baru bagi kaum Muhajirin, baik menyangkut ekonomi, sosial
kemasyarakatan, dan juga kesehatan.Mereka harus beradaptasi dengan
lingkungan baru. Sementara itu, pada saat yang sama mencari penghidupan,
padahal kaum Muhajirin tidak memiliki modal.
Demikian problem yang dihadapi kaum Muhajirin di daerah baru.
Melihat kondisi kaum Muhajirin, dengan landasan kekuatan persaudaraan,
maka kaum Anshar tak membiarkan saudaranya dalam kesusahan. Kaum
Anshar dengan pengorbanannya secara total dan sepenuhhatimembantu
mengentaskan kesusahan yang dihadapi kaum muhajirin.
Pengorbanan kaum Anshar yang mengagumkan ini diabadikan di dalam Al-
Qur’an, surat al-Hasyr / 59 ayat 9, yang artinya: Dan orang-orang yang
telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum
(kedatangan) mereka (Muhajirin ), mereka mencintai orang yang
berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam
hati mereka terhadap apa-apa -vang diberikan kepada mereka (orang
Muhajirin);danmereka mengutamakan (orang- orang Muhajirin) , atas
diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka
berikan itu).
Berkaitan dengan ayat di atas, terdapat sebuah kisah sangat masyhur yang
melatarbelakangi turunnya ayat 9 surat al-Hasyr . Abu Hurairah ra
menceritakan: Ada seseorang yang mendatangi Rasulullah saw (dalam
keadaan lapar), lalu beliau mengirim utusan ke para istri beliau .Para istri
Rasulullah saw menjawab: “Kami tidak memiliki apapun kecuali air”.
Rasulullah saw bersabda:”Siapakah di antara kalian yang ingin menjamu orang
ini?” Salah seorang kaum Anshar berseru: “Saya,” lalu orang Anshar ini
membawa lelaki tadi ke rumah istrinya, (dan) ia berkata: “Muliakanlah tamu
Rasulullah!” istrinya menjawab: “Kami tidak memiliki apapun kecuali jatah
makanan untuk anak-anak”.
Orang Anshar itu berkata: “Siapkanlah makananmu itu! Nyalakanlah lampu,
dan tidurkanlah anak-anak kalau mereka minta makan malam!” Kemudian,
wanita itu pun menyiapkan makanan, menyalakan lampu, dan menidurkan
anak-anaknya. Dia lalu bangkit, seakan hendak memperbaiki lampu dan
memadamkannya. Kedua suami istri ini memperlihatkan seakan mereka
sedang makan. Setelah itu mereka tidur dalam keadaan lapar. Keesokan
harinya, sang suami datang menghadap Rasulullah saw, Beliau bersabda:
“Malam ini Allah tertawa atau ta’ajjub dengan perilaku kalian berdua. Lalu
Allah Ta’alaa menurunkan ayat Nya, (yang artinya): dan mereka
mengutamakan (orang- orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun
mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara
dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung .Qs. Al-
Hasyr/59 ayat 9. (HR Imam Bukhari).
Bagaimanapun pengorbanan dan keikhlasan kaum Anshar mambantu
saudaranya, namun permasalahan kaum Muhajirin ini tetap harus
mendapatkan penyelesaian, agar mereka tidak merasa sebagai benalu bagi
kaum Anshar. Disinilah tampak nyata pandangan Rasulullah saw yang cerdas
dan bijaksana. Beliau kemudian mempersaudarakan antara kaum Muhajirin
dengan kaum Anshar. Peristiwa ini, sebagaimana disebutkan dalam banyak
riwayat terjadi pada tahun pertama hijriyah: Tempat deklarasi persudaraan ini
– sebagian ulama mengatakan- di rumah Anas bin Malik,’ dan sebagian yang
lain mengatakan di masjid.Rasulullahr mempersaudarakan mereka dua dua,
satu dari Anshar dan satu dari Muhajirin.
Ibnu Sa’ad dengan sanad dari syaikhnya, al-Waqidi menyebutkan, ketika
Rasulullah saw tiba di Madinah,beliau mempersaudarakan antara sebagian
kaum Muhajirin dengan sebagian lainnya, dan mempersaudarakan antara
kaum Anshar dengan kaum Muhajirin.Rasulullah saw mempersaudarakan
mereka dalam al-haq , agar saling menolong, saling mewarisi setelah
(saudaranya) wafat.
Saat deklarasi itu, jumlah mereka 90 orang, terdiri dari 45 kaum Anshar
dan 45 kaum Muhajirin. Ada juga yang mengatakan 100, masing-
masing 50 orang.
=================================================
versi syi’ ah :
sejarah mencatat hanya sekitar 85 orang warga setempat (anshar ), dan 54
muhajirin yang berhijrah dari Makkah ke Madinah pada saat ayat tersebut
turun …
Sebagian lain belum hijrah ke Madinah karena dikirim ke Habasyah oleh
Nabi SAW, mereka tiba di Madinah 7 tahun kemudian !
Diperkirakan jumlah Muhajirin dan Anshar sekitar 139 orang sampai 313
orang !
Ingat PESERTA PERANG BADAR cuma 313 orang saja !
Qs. 9. Qs. At Taubah ayat 100 : “”Orang- orang yang terdahulu lagi yang
pertama-tama (masuk Islam) diantara / sebagian dari kaum muhajirin dan
anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha
kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan
bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-
lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar””
“”Assaabiqunal Awwaluna min Al muhaajiriina wa al anshar”” artinya Orang
orang yang terdahulu ( masuk Islam ) diantara / sebagian dari kaum muhajirin
dan Anshar
Kata ‘min ’ pada ayat tersebut bermakna “diantara / sebagian dari “”, JELAS
BUKAN SEMUA !!!
Ayat itu sangat jelas menyatakan “Orang- orang yang terdahulu lagi yang
pertama-tama (masuk Islam) diantara / sebagian dari kaum muhajirin dan
anshar … JADi BUKAN UNTUK SEMUA DARi MEREKA
Satu kata atau satu huruf saja maka akan merubah maksud tafsir.. Memang
ada ayat yang menyatakan keutamaan sahabat secara umum tetapi bukan
berarti itu berlaku untuk seluruh sahabat, melainkan untuk sahabat yang tidak
berbalik arah setelah wafat Nabi SAW
——————————————————————
Bandingkan dengan :
Qs. Al Ahzab ayat 33 : “Sesungguhnya Allah bermaksud hendak
menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sesuci
sucinya ”
Innama yuridullahu li yudzhiba ‘ankum adalah fi’il mudhari’ ( kata kerja yang
berlaku dari masa pengucapan, masa kini dan masa yang akan datang )…
Artinya ayat tathir menyatakan Ahlul Bait disucikan sejak SAAT iTU SAMPAi
MEREKA WAFAT ( jaminan syurga )
Kalau kalimat itu di jadikan fi’ il madhi akan berbentuk innama aradallahu
lidzahaba ‘ankum… Ternyata ayat tathir bukan fi’il madhi… Artinya ahlul kisa
diampuni untuk selama selamanya
——————————————————————
Potensi OKNUM SAHABAT berbalik arah pasca wafat Nabi SAW diakui Al
Quran dan Hadis ( misal : hadis haudh riwayat Bukhari Muslim ) … Ada
kemungkinan mereka berbalik arah bila Nabi SAW wafat
Qs. Ali ‘Imran ayat 144 : “” Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul,
sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul[x ]. Apakah Jika dia
wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang
berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada
Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang
bersyukur””
x]. Maksudnya: Nabi Muhammad s.a .w. ialah seorang manusia yang diangkat
Allah menjadi rasul. Rasul-rasul sebelumnya telah wafat. Ada yang wafat
karena terbunuh ada pula yang karena sakit biasa. Karena itu Nabi
Muhammad s.a .w. juga akan wafat seperti halnya rasul- rasul yang terdahulu
itu. Di waktu berkecamuknya perang Uhud tersiarlah berita bahwa Nabi
Muhammad s.a .w. mati terbunuh. Berita ini mengacaukan kaum muslimin,
sehingga ada yang bermaksud meminta perlindungan kepada Abu Sufyan
(pemimpin kaum Quraisy). Sementara itu orang-orang munafik mengatakan
bahwa kalau Nabi Muhammad itu seorang Nabi tentulah dia tidak akan mati
terbunuh
——————————————————————
Coba anda perhatikan ayat ayat pujian dan ridha Allah untuk PARA SAHABAT,
tidak ada satupun ayat yang menyatakan pujian dan ridha Allah untuk semua
sahabat… Tapi semua ayatnya menyatakan hanya sebahagian sahabat saja….
Itupun ada syarat nya yaitu mereka harus ihsan (baik) dan mereka harus ridha
terhadap ketetapan Allah. . Bila ada sahabat yang tidak memenuhi syarat ini
maka ia dikecualikan
Jaminan SURGA hanya diberikan jika seseorang memenuhi syarat syarat
seperti tidak mendurhakai Rasulullah setelah wafatnya
——————————————————————
Perhatikan Qs. 56. Qs. Al Waaqi’ ah
77. Sesungguhnya Al- Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia,
78. pada kitab yang terpelihara ( Lauhul Mahfuzh ),
79. tidak menyentuhnya kecuali orang – orang yang disucikan.
Jadi jelaslah yang disucikan adalah ahlul kisa dan para Imam Ahlul Bait
——————————————————————
Hanya syi’ ah Imamiah lah yang menjadikan Imam Ali sebagai pemimpin
dalam hal Imamah pasca wafat Nabi SAW !!!!!!!!!
Perhatikan Qs. 5. Qs. Al Maa’idah
55. Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya , dan orang-
orang yang beriman yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat ketika
mereka berada dalam keadaan ruku’
56. Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang
beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah
itulah yang pasti menang.
Yang shalat sambil berzakat hanya khusus untuk Imam Ali, haram orang lain
melakukan hal tersebut… Adapun lafaz jamak ( orang orang ) untuk menyebut
pelaku tunggal merupakan hal biasa dalam Al Quran, contoh
a. Qs. 63. Qs. Al Munaafiquun ayat 8.
Mereka berkata: “Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-
benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya.”
Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-
orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.
FAKTANYA : Yang mengucapkan kalimat tersebut hanya satu orang yakni
Abdullah Bin Ubay Bin Salul
b. Allah berfirman : “ Dan orang orang Yahudi berkata : ‘Tangan Allah
terbelenggu’ “
FAKTANYA : Yang berkata Cuma 1 yahudi ( tunggal ) yang berkata bahwa Allah
kikir / pelit
Jadi jelaslah Syi’ ah Imamiah adalah ahlusunnah yang sesungguhnya !!!
Qs.9. Qs. At Taubah ayat 117.: “” Sesungguhnya Allah telah menerima taubat
Nabi, orang-orang muhajirin dan orang-orang anshar yang mengikuti Nabi
dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling,
kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka””
Memang ada ayat yang menyatakan keutamaan sahabat secara umum tetapi
bukan berarti itu berlaku untuk seluruh sahabat, melainkan untuk sahabat
yang tidak berbalik arah setelah wafat Nabi SAW
Allah menerima taubat orang orang muhajirin dan Anshar yang hampir
berpaling tetapi belum berpaling… Allah belum tentu menerima taubat orang
orang yang berpaling setelah wafat Nabi SAW dan orang yang menentang
Nabi diakhir hayat beliau
Ini bermakna pengampunan hanya berlaku untuk kesalahan mereka dalam
masa kesulitan saja, tidak berlaku untuk kesalahan sesudah itu
Bukan berarti ampunan berlaku untuk selamanya
Satu kata atau satu huruf saja berbeda baik fi’ il madhi maupun fi’ il mudhari’
maka akan merubah maksud tafsir
——————————————————————
Bandingkan dengan :
Qs. Al Ahzab ayat 33 : “Sesungguhnya Allah bermaksud hendak
menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sesuci
sucinya ”
Innama yuridullahu li yudzhiba ‘ankum adalah fi’il mudhari’ ( kata kerja yang
berlaku dari masa pengucapan, masa kini dan masa yang akan datang )…
Artinya ayat tathir menyatakan Ahlul Bait disucikan sejak SAAT iTU SAMPAi
MEREKA WAFAT ( jaminan syurga )
Kalau kalimat itu di jadikan fi’ il madhi akan berbentuk innama aradallahu
lidzahaba ‘ankum… Ternyata ayat tathir bukan fi’il madhi… Artinya ahlul kisa
diampuni untuk selama selamanya
——————————————————————
Potensi OKNUM SAHABAT berbalik arah pasca wafat Nabi SAW diakui Al
Quran dan Hadis ( misal : hadis haudh riwayat Bukhari Muslim ) … Ada
kemungkinan mereka berbalik arah bila Nabi SAW wafat
Qs. Ali ‘Imran ayat 144 : “” Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul,
sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul[x ]. Apakah Jika dia
wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang
berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada
Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang
bersyukur””
x]. Maksudnya: Nabi Muhammad s.a .w. ialah seorang manusia yang diangkat
Allah menjadi rasul. Rasul-rasul sebelumnya telah wafat. Ada yang wafat
karena terbunuh ada pula yang karena sakit biasa. Karena itu Nabi
Muhammad s.a .w. juga akan wafat seperti halnya rasul- rasul yang terdahulu
itu. Di waktu berkecamuknya perang Uhud tersiarlah berita bahwa Nabi
Muhammad s.a .w. mati terbunuh. Berita ini mengacaukan kaum muslimin,
sehingga ada yang bermaksud meminta perlindungan kepada Abu Sufyan
(pemimpin kaum Quraisy). Sementara itu orang-orang munafik mengatakan
bahwa kalau Nabi Muhammad itu seorang Nabi tentulah dia tidak akan mati
terbunuh
——————————————————————
Coba anda perhatikan ayat ayat pujian dan ridha Allah untuk PARA SAHABAT,
tidak ada satupun ayat yang menyatakan pujian dan ridha Allah untuk semua
sahabat… Tapi semua ayatnya menyatakan hanya sebahagian sahabat saja….
Itupun ada syarat nya yaitu mereka harus ihsan (baik) dan mereka harus ridha
terhadap ketetapan Allah. . Bila ada sahabat yang tidak memenuhi syarat ini
maka ia dikecualikan
Jaminan SURGA hanya diberikan jika seseorang memenuhi syarat syarat
seperti tidak mendurhakai Rasulullah setelah wafatnya
——————————————————————
Perhatikan Qs. 56. Qs. Al Waaqi’ ah
77. Sesungguhnya Al- Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia,
78. pada kitab yang terpelihara ( Lauhul Mahfuzh ),
79. tidak menyentuhnya kecuali orang – orang yang disucikan.
Jadi jelaslah yang disucikan adalah ahlul kisa dan para Imam Ahlul Bait
——————————————————————
Hanya syi’ ah Imamiah lah yang menjadikan Imam Ali sebagai pemimpin
dalam hal Imamah pasca wafat Nabi SAW !!!!!!!!!
Perhatikan Qs. 5. Qs. Al Maa’idah
55. Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya , dan orang-
orang yang beriman yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat ketika
mereka berada dalam keadaan ruku’
56. Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang
beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah
itulah yang pasti menang.
Yang shalat sambil berzakat hanya khusus untuk Imam Ali, haram orang lain
melakukan hal tersebut… Adapun lafaz jamak ( orang orang ) untuk menyebut
pelaku tunggal merupakan hal biasa dalam Al Quran, contoh
a. Qs. 63. Qs. Al Munaafiquun ayat 8.
Mereka berkata: “Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-
benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya.”
Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-
orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.
FAKTANYA : Yang mengucapkan kalimat tersebut hanya satu orang yakni
Abdullah Bin Ubay Bin Salul
b. Allah berfirman : “ Dan orang orang Yahudi berkata : ‘Tangan Allah
terbelenggu’ “
FAKTANYA : Yang berkata Cuma 1 yahudi ( tunggal ) yang berkata bahwa Allah
kikir / pelit
Jadi jelaslah Syi’ ah Imamiah adalah ahlusunnah yang sesungguhnya !!!
Arti kata jahiliyah’ setelah RAsul wafat tidak ada sangkut pautnya denga kata
‘zaman’ atau ‘periode’ .
Kalau kedatangan Islam itu memberantas kebiasaan jahiliah, itu tidak lantas
berarti bahwa babakan sejarah menjadi ‘Zaman Jahiliah’ dan ‘Zaman Islam’,
sehingga implikasinya adalah bahwa jahiliyah adalah periode yang telah lewat,
sudah kadaluwarsa, sudah mati dikubur ajaran Islam. Pengertian yang
menyamakan zaman jahiliah sebagai ‘Zaman Kebodohan’ (Ignorance)
mungkin suatu usaha untuk ikut memboncen pengertian agama Kristen
bahwa jahiliah itu adalah ‘zaman sebelum datangnya Nabi’ , seperti tercantum
dalam Kitib Injil (Kisah Rasul Rasul 17:30 ), korban pengaruh Kristen seperti
kata teolog Mikaelis. Memang banyak pengaruh itu yang disadari, misalnya
dibuangnya bagian awal dari Sirah Ibnu Ishaq.
Tetap ini hanya satu dari sekian aspirasi Kristen yang telah merasuk ke dalam
karya literer Islam dan kalau tidak dicabut, duri ini akan tetap menyakiti
daging.
Jahiliah itu benar benar lepas dari pengertian zaman atau periode. Ini jela
terlihat dari kutipan ayat AlQur’an :
“Ketika orang kafir membangkitkan dalam dirinya kesombongankesombongan
jahiliah, maka Allah menurunkan ketenangan atas Rasul dan mereka yang
beriman, dan mewajibkan mereka menahan diri. Dan mereka memang berhak
dan patut memilikinya. Dan Allah sadar akan segalanya”. (AlFath: 26)
“Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala
yang baik di akhirat. dan Allah menyukai orangorang yang berbuat kebaikan”.
(Ali Imran: 148)
“Kemudian setelah kamu berdukacita, Allah menurunkan kepada kamu
keamanan kantuk yang meliputi segolongan dari pada kamu, sedang
segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka
menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah.
Mereka berkata: “Apakah ada bagi kita barang sesuatu dalam urusan ini?”.
Katakanlah: “Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah”. mereka
Menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan
kepadamu; mereka berkata: “Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu dalam
urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh di sini”. Katakanlah: “Sekiranya
kamu berada di rumahmu, niscaya orang orang yang telah ditakdirkan akan
mati terbunuh itu keluar ke tempat mereka terbunuh”. dan Allah untuk
menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada
dalam hatimu. Allah Maha mengetahui isi hati”. (AliImran: 154)
“Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, RasulNya, dan orangorang
yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, sedang mereka
rukuk”. (AlMa’idah : 55)
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang
lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orangorang yang yakin?” (AlMa’idah :
50)
“Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai
ahlul bait dan membersihkan kamu sebersihbersihnya”. (Al Ahzab: 33)
Ayat ayat ini jelas mempertentangkan jahiliah dengan ketenangan (sakinah) ,
sifat menahan diri dan takwa…arti kata pokok jahil (jhl) bukanlah lawan dari
‘ilm (kepintaran) melainkan hilm yang artinya sifat menahan diri sebagaimana
yang termaktub di dalam AlQur’an . Maka perwujudan sifat jahiliah itu adalah
antara lain rasa kecongkakan suku semangat balas dendam yang tak
berkesudahan, semangat kasar dan kejam yang keluar dari sikap nafsu tak
terkendali dan perbuatan yang bertentangan dengan takwa. Ini bisa saja
terjadi dalam zaman setelah kedatangan Islam dan keluar dari pribadi seorang
Muslim.
Keislaman Aus dan Khazraj
Setelah kembali ke kota Mekah, Nabi memfokuskan dakwahnya kepada suku-
suku Arab lainnya yang berdatangan ke kota itu untuk melaksanakan ibadah
haji. Dari situlah, beliau berkenalan dengan orang-orang Aus dan Khazraj,
penduduk kota Yatsrib yang kemudian berubah nama menjadi Madinah. Di
Yatsrib, suku Aus dan Khazraj merupakan musuh bebuyutan yang sejak lama
terlibat perang saudara. Di kota itu, hidup pula suku-suku beragama Yahudi
yang sering mengabarkan kepada mereka akan kedatangan Nabi di akhir
zaman.
Setelah berkenalan dengan Nabi Muhammad SAW dan ajara yang dibawanya,
orang-orang dari Aus dan Khazraj menyatakan ikrar keimanan kepada beliau.
Mereka bahkan mengingat janji dan baiat dengan Nabi. Orang- orang Aus dan
Khazraj yang telah menemukan seorang pemimpin yang dapat mengakhiri
permusuhan di antara mereka, menawarkan kepada Rasulullah SAW agar
beliau bersedia berhijrah ke kota mereka.
Sesuai dengan tawaran itu, dan dengan perintah Allah swt, Rasul SAW
memerintahkan kaum muslimin Mekah untuk berhijrah ke Madinah.
Rombongan demi rombongan kaum muslimin Mekah bergerak ke arah
Yastrib. Gelombang hijrah ini terus berlanjut dan berpuncak pada hijrah Nabi
ke kota itu.
Sabtu, Desember 10, 2011
Pada saat Piagam Madinah dibuat, MUhammad menjadi pemimpin dari setidaknya sembilan klan (suku), ketika Nabi SAW wafat maka mayoritas klan (suku) menolak membai’at Imam Ali karena fanatisme ashabiyah, ambisi kekuasaan, tidak sudi kenabian dan kekhalifahan berkumpul pada bani hasyim tanpa pergiliran, dan alasan lain
Published with Blogger-droid v2.0.1
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar