Senin, Desember 19, 2011

Biarkan Masa Depan Datang Sendiri

Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka
janganlah kamu meminta agar disegerakan
(datang )nya. ” (QS. An-Nahl : 1)
Jangan pernah mendahului sesuatu yang
belum terjadi! Apakah Anda mau
mengeluarkan kandungan sebelum waktunya
dilahirkan, atau memetik buah-buahan
sebelum masak?
Hari esok adalah sesuatu yang belum nyata
dan dapat diraba, belum berwujud, dan tidak
memiliki rasa dan warna. Jika demikian,
mengapa kita harus menyibukkan diri dengan
hari esok, mencemaskan kesialan-kesialan
yang mungkin akan terjadi padanya,
memikirkan kejadian- kejadian yang akan
menimpanya, dan meramalkan bencana-
bencana yang bakal ada di dalamnya?
Bukankah kita juga tidak tahu apakah kita
akan bertemu dengannya atau tidak, dan
apakah hari esok kita itu akan berwujud kesenangan atau kesedihan?
Yang jelas, hari esok masih ada dalam alam gaib dan belum turun kebumi. Maka,
tidak sepantasnya kita menyeberangi sebuah jembatan sebelum sampai di
atasnya. Sebab, siapa yang tahu bahwa kita akan sampai atau tidak pada
jembatan itu. Bisa jadi kita akan terhenti jalan kita sebelum sampai ke jembatan
itu, atau mungkin pula jembatan itu hanyut terbawa arus terlebih dahulu
sebelum kita sampai di atasnya. Dan bisa jadi pula, kita akan sampai pada
jembatan itu dan kemudian menyeberanginya.
Dalam syariat, memberi kesempatan kepada pikiran untuk memikirkan masa
depan dan membuka- buka alam gaib, dan kemudian terhanyut dalam
kecemasan- kecemasan yang baru di duga darinya, adalah sesuatu yang tidak
dibenarkan.
Pasalnya, hal itu termasuk thulul amal (angan- angan yang terlalu jauh). Secara
nalar, tindakan itu pun tak masuk akal, karena sama halnya dengan berusaha
perang melawan bayang-bayang . Namun ironis, kebanyakan manusia di dunia ini
justru banyak yang termakan oleh ramalan- ramalan tentang kelaparan,
kemiskinan, wabah penyakit dan prediksi perekonomian yang kabarnya akan
menimpa mereka. Padahal, semua itu hanyalah bagian dari kurikulum yang
diajarkan di “sekolah- sekolah setan”.
“Setan menjanjikan (menakut- nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh
kamu berbuat kejahatan (kikir) , sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan
daripada- Nya dan karunia”. (QS. Al-Baqarah : 268)
Mereka yang menangis sedih menatap masa depan adalah yang menyangka diri
mereka akan hidup kelaparan, menderita sakit selama setahun, dan
memperkirakan umur dunia ini tinggal seratus tahun lagi. Padahal, orang yang
sadar bahwa usia hidupnya berada di ‘genggaman yang lain’ tentu tidak akan
menggadaikannya untuk sesuatu yang tidak ada. Dan orang yang tidak tahu
kapan akan mati, tentu salah besar bila justru menyibukkan diri dengan sesuatu
yang belum ada dan tak berwujud.
Biarkan hari esok itu datang dengan sendirinya. Jangan pernah menanyakan
kabar beritanya, dan jangan pula pernah menanti serangan petakanya. Sebab,
hari ini Anda sudah sangat sibuk.
Jika Anda heran, maka lebih mengherankan lagi orang-orang yang berani
menebus kesedihan suatu masa yang belum tentu matahari terbit didalamnya
dengan bersedih pada hari ini. Oleh karena itu, hindarilah angan-angan yang
berlebihan.
***
Published with Blogger-droid v2.0.2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar