Jumat, Desember 30, 2011

Bertamu Dengan Cara Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

Saling berkunjung dan bertamu di antara kita
adalah hal yang biasa terjadi. Baik bertamu di antara sanak
famili, dengan tetangga, atau teman sebaya yang tinggal di kos. Namun,
banyak di antara kita yang melupakan atau belum mengetahui adab- adab
dalam bertamu, dimana syari’at Islam yang lengkap telah memiliki tuntunan
tersendiri dalam hal ini. Nah, alangkah indahnya jika setiap yang kita lakukan
kita niatkan ibadah kepada Allah ta’ala dan ittiba’ pada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam , termasuk dalam hal adab bertamu ini.
1. Minta Izin Maksimal Tiga Kali
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita, bahwa
batasan untuk meminta izin untuk bertamu adalah tiga kali. Sebagaimana
dalam sabdanya,
ﻦﻋ ﻰﺑﺃ ﻰﺳﻮﻣ ّﻱﺮﻌﺷﻻﺍ ﻪﻠﻟﺍ ﻲﺿﺭ ﻝﺎﻗ ﻪﻤﻋ : ﻝﻮﺳﺭ ﻝﺎﻗ ﻪﻠﻟﺍ ﻰّﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻭ
ﻢﻠﺳ: ُﻥﺍﺬﺌﺘﺳﻻﺍ ٌﺙﻼﺛ، ﻥﺎﻓ ﻥﺫﺃ ﻚﻟ ﻭ ّﻻﺍ ﻊﺟﺭﺎﻓ
Dari Abu Musa Al-Asy’ ary radhiallahu’anhu , dia berkata: “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Minta izin masuk rumah itu tiga kali,
jika diizinkan untuk kamu (masuklah) dan jika tidak maka pulanglah!’” (HR.
Bukhari dan Muslim)
2. Mengucapkan Salam & Minta Izin Masuk
Terkadang seseorang bertamu dengan memanggil- manggil nama yang
hendak ditemui atau dengan kata-kata sekedarnya. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam mengajarkan, hendaknya seseorang ketika bertamu
memberikan salam dan meminta izin untuk masuk. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman,
ﺎَﻬُّﻳَﺃ ﺎَﻳ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ﺍﻮُﻨَﻣﺁ ﺎَﻟ ﺍﻮُﻠُﺧْﺪَﺗ ﺎًﺗﻮُﻴُﺑ ْﻢُﻜِﺗﻮُﻴُﺑ َﺮْﻴَﻏ ﻰَّﺘَﺣ ﺍﻮُﺴِﻧْﺄَﺘْﺴَﺗ ﻰَﻠَﻋ ﺍﻮُﻤِّﻠَﺴُﺗَﻭ ﺎَﻬِﻠْﻫَﺃ
ْﻢُﻜِﻟَﺫ ٌﺮْﻴَﺧ ْﻢُﻜَﻟ ْﻢُﻜَّﻠَﻌَﻟ َﻥﻭُﺮَّﻛَّﺬَﺗ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang
bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada
penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu)
ingat.” (QS. An-Nuur [24 ]: 27)
Sebagaimana juga terdapat dalam hadits dari Kildah ibn al-Hambal
radhiallahu’anhu , ia berkata,
“Aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu aku masuk ke
rumahnya tanpa mengucap salam. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, ‘Keluar dan ulangi lagi dengan mengucapkan
‘assalamu’ alaikum’, boleh aku masuk?’” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi
berkata: Hadits Hasan)
Dalam hal ini (memberi salam dan minta izin), sesuai dengan poin pertama,
maka batasannya adalah tiga kali. Maksudnya adalah, jika kita telah
memberi salam tiga kali namun tidak ada jawaban atau tidak diizinkan,
maka itu berarti kita harus menunda kunjungan kita kali itu. Adapun ketika
salam kita telah dijawab, bukan berarti kita dapat membuka pintu
kemudian masuk begitu saja atau jika pintu telah terbuka, bukan berarti kita
dapat langsung masuk. Mintalah izin untuk masuk dan tunggulah izin dari
sang pemilik rumah untuk memasuki rumahnya. Hal ini disebabkan, sangat
dimungkinkan jika seseorang langsung masuk, maka ‘aib atau hal yang tidak
diinginkan untuk dilihat belum sempat ditutupi oleh sang pemilik rumah.
Sebagaimana diriwayatkan dari Sahal ibn Sa’ad radhiallahu’ anhu bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺎﻤّﻧِﺍ ﻥﺍﺬﺌﺘﺳﻻﺍ ﻞﻌُﺟ ﻦﻣ ﺮﺼﺒﻟﺍ ﻞﺟﺃ
“Sesungguhnya disyari’atkan minta izin adalah karena untuk menjaga
pandangan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Ketukan Yang Tidak Mengganggu
Sering kali ketukan yang diberikan seorang tamu berlebihan sehingga
mengganggu pemilik rumah. Baik karena kerasnya atau cara mengetuknya.
Maka, hendaknya ketukan itu adalah ketukan yang sekedarnya dan bukan
ketukan yang mengganggu seperti ketukan keras yang mungkin
mengagetkan atau sengaja ditujukan untuk membangunkan pemilik rumah.
Sebagaimana diceritakan oleh Anas bin Malik radhiallahu’anhu ,
ﻥﺇ ﺏﺍﻮﺑﺃ ﻲﺒﻨﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﺖﻧﺎﻛ ﻉﺮﻘﺗ ﺮﻴﻓﺎﻇﻷﺎﺑ
“Kami di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetuk pintu dengan
kuku-kuku.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod bab Mengetuk Pintu)
4. Posisi Berdiri Tidak Menghadap Pintu Masuk
Hendaknya posisi berdiri tamu tidak di depan pintu dan menghadap ke
dalam ruangan. Poin ini juga berkaitan hak sang pemilik rumah untuk
mempersiapkan dirinya dan rumahnya dalam menerima tamu. Sehingga
dalam posisi demikian, apa yang ada di dalam rumah tidak langsung terlihat
oleh tamu sebelum diizinkan oleh pemilik rumah. Sebagaimana amalan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Abdullah bin Bisyr ia berkata,
ﻥﺎﻛ ﻝﻮﺳﺭ ﺍﺫﺇ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﺗﺃ ﺏﺎﺑ ﻡﻮﻗ ﻞﺒﻘﺘﺴﻳ ﻢﻟ ﺏﺎﺒﻟﺍ ﻦﻣ ﺀﺎﻘﻠﺗ ﻭ ﻪﻬﺟ ﻭ ﻦﻜﻟ ﺎﻬﻨﻛﺭ
ﻭﺃ ﻦﻤﻳﻷﺍ ﺮﺴﻳﻷﺍ ﻝﻮﻘﻳ ﻭ ﻡﻼﺴﻟﺍ ﻡﻼﺴﻟﺍ ﻢﻜﻴﻠﻋ ﻢﻜﻴﻠﻋ
“Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila mendatangi pintu
suatu kaum, beliau tidak menghadapkan wajahnya di depan pintu, tetapi
berada di sebelah kanan atau kirinya dan mengucapkan assalamu’ alaikum…
assalamu’alaikum…” (HR. Abu Dawud, shohih – lihat majalah Al-Furqon)
5. Tidak Mengintip
Mengintip ke dalam rumah sering terjadi ketika seseorang penasaran
apakah ada orang di dalam rumah atau tidak. Padahal Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam sangat mencela perbuatan ini dan memberi ancaman
kepada para pengintip, sebagaimana dalam sabdanya,
ﻮﻟ ّﻥﺃ ﺃﺮﻣﺍ ﻚﻴﻠﻋ ﻊﻠﻃﺍ ﺮﻴﻐﺑ ﻥﺫﺇ ﻪﺘﻓﺬﺨﻓ ﺓﺎﺼﺤﺑ ﺕﺄﻘﻔﻓ ﻪﻨﻴﻋ ﻢﻟ ﻦﻜﻳ ﺡﺎﻨﺟ ﻚﻴﻠﻋ
“Andaikan ada orang melihatmu di rumah tanpa izin, engkau melemparnya
dengan batu kecil lalu kamu cungkil matanya, maka tidak ada dosa
bagimu.” (HR. Bukhari Kitabul Isti’dzan )
ْﻦَﻋ ِﺲَﻧَﺃ ﻚِﻟﺎَﻣ ِﻦْﺑ ﺎًﻠُﺟَﺭ َّﻥَﺃ َﻊَﻠَّﻃﺍ ْﻦِﻣ ِﺾْﻌَﺑ ِﺮَﺠُﺣ ِّﻲِﺒَّﻨﻟﺍ ﻰَّﻠَﺻ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻪَّﻠﻟﺍ َﻢَّﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻟِﺇ َﻡﺎَﻘَﻓ
ُّﻲِﺒَّﻨﻟﺍ ﻰَّﻠَﺻ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻪَّﻠﻟﺍ َﻢَّﻠَﺳَﻭ ْﻭَﺃ ٍﺺَﻘْﺸِﻤِﺑ َﺺِﻗﺎَﺸَﻤِﺑ ﻲِّﻧَﺄَﻜَﻓ ِﻪْﻴَﻟِﺇ ُﺮُﻈْﻧَﺃ ُﻞِﺘْﺨَﻳ َﻞُﺟَّﺮﻟﺍ
ُﻪَﻨُﻌْﻄَﻴِﻟ
“Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu sesungguhnya ada seorang laki- laki
mengintip sebagian kamar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu nabi
berdiri menuju kepadanya dengan membawa anak panah yang lebar atau
beberapa anak panah yang lebar, dan seakan-akan aku melihat beliau
menanti peluang ntuk menusuk orang itu.” (HR. Bukhari Kitabul Isti’dzan)
6. Pulang Kembali Jika Disuruh Pulang
Kita harus menunda kunjungan atau dengan kata lain pulang kembali ketika
setelah tiga kali salam tidak di jawab atau pemilik rumah menyuruh kita
untuk pulang kembali. Sehingga jika seorang tamu disuruh pulang,
hendaknya ia tidak tersinggung atau merasa dilecehkan karena hal ini
termasuk adab yang penuh hikmah dalam syari’ at Islam. Di antara
hikmahnya adalah hal ini demi menjaga hak- hak pemilik rumah. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
ﻮﻟ ّﻥﺃ ﺃﺮﻣﺍ ﻚﻴﻠﻋ ﻊﻠﻃﺍ ﺮﻴﻐﺑ ﻥﺫﺇ، ﻪَﺘْﻓّﺬَﺨﻓ ﺓﺎﺼَﺨﺑ ﺕﺄﻘَﻔﻓ ﻪﻨﻴﻋ ﻢﻟ ﻦﻜﻳ ﺡﺎﻨﺟ ﻚﻴﻠﻋ
“Jika kamu tidak menemui seorangpun di dalamnya, maka janganlah kamu
masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu:
Kembali (saja )lah, maka hendaklah kamu kembali. Itu bersih bagimu dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Nuur [24 ]: 28)
Makna ayat tersebut disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya,
“Mengapa demikian? Karena meminta izin sebelum masuk rumah itu
berkenaan dengan penggunaan hak orang lain. Oleh karena itu, tuan rumah
berhak menerima atau menolak tamu.” Syaikh Abdur Rahman bin Nasir As
Sa’di dalam Tafsir Al Karimur Rahman menambahkan, “Jika kamu di suruh
kembali, maka kembalilah. Jangan memaksa ingin masuk, dan jangan
marah. Karena tuan rumah bukan menolak hak yang wajib bagimu wahai
tamu, tetapi dia ingin berbuat kebaikan. Terserah dia, karena itu haknya
mengizinkan masuk atau tidak. Jangan ada perasaan dan tuduhan bahwa
tuan rumah ini angkuh dan sombong sekali.” Oleh karena itu, kelanjutan
makna ayat “Kembali itu lebih bersih bagimu. Dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.” Artinya supaya hendaknya seorang tamu tidak
berburuk sangka atau sakit hati kepada tuan rumah jika tidak diizinkan
masuk, karena Allah- lah yang Maha Tahu kemaslahatan hamba- Nya.
(Majalah Al Furqon).
7. Menjawab Dengan Nama Jelas Jika Pemilik Rumah Bertanya
“Siapa?”
Terkadang pemilik rumah ingin mengetahui dari dalam rumah siapakah
tamu yang datang sehingga bertanya, “Siapa?” Maka hendaknya seorang
tamu tidak menjawab dengan “saya” atau “aku” atau yang semacamnya,
tetapi sebutkan nama dengan jelas. Sebagaimana terdapat dalam riwayat
dari Jabir radhiallahu’anhu , dia berkata,
ُﺖْﻴَﺗَﺃ َّﻲِﺒَّﻨﻟﺍ ﻰَّﻠَﺻ َﻢَّﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻪَّﻠﻟﺍ ﻲِﻓ ٍﻦْﻳَﺩ َﻥﺎَﻛ ﻰَﻠَﻋ ُﺖْﻘَﻗَﺪَﻓ ﻲِﺑَﺃ َﺏﺎَﺒْﻟﺍ َﻝﺎَﻘَﻓ ﺍَﺫ ْﻦَﻣ
ﺎَﻧَﺃ ُﺖْﻠُﻘَﻓ ﺎَﻧَﺃ ﺎَﻧَﺃ َﻝﺎَﻘَﻓ ُﻪَّﻧَﺄَﻛ ﺎَﻬَﻫِﺮَﻛ
“Aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka aku
mengetuk pintu, lalu beliau bertanya, ‘Siapa?’ Maka Aku menjawab, ‘Saya. ’
Lalu beliau bertanya, ‘Saya, saya?’ Sepertinya beliau tidak suka.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Demikianlah beberapa poin yang perlu kita perhatikan agar apa yang kita
lakukan ketika bertamu pun sesuai dengan yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam . Dengan mengetahui adab- adab
yang telah diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ini juga
membuat kita lebih lapang kepada saudara kita sebagai tuan rumah ketika
ia menjalankan apa yang menjadi haknya sebagai pemilik rumah. Wallahu
a’lam.
Published with Blogger-droid v2.0.2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar