Ada banyak hadits yang menjelaskan kepada kita
tentang keutamaan kekayaan dan harta yang banyak dibandingkan
dengan kemiskinan, dengan syarat tentunya jika kekayaan tersebut
didapat sepenuhnya dari harta yang halal, dan dimanfaatkan
sepenuhnya demi menggapai keridhaan SWT semata.
Diantara hadits-hadits tersebut adalah hadits tentang keutamaan
berzakat, keutamaan sedekah, keutamaan memberi hadiah, keutamaan
membantu orang yang kesulitan, keutamaan menolong anak yatim,
keutamaan memberi makan orang yang berpuasa, keutamaan
memerdekakan budak, keutamaan membebaskan piutang bagi orang
yang kesulitan, keutamaan infak fi sabilillah, dan lain-lain .
Di sini saya hanya akan sebutkan 3 hadits saja, selain dari yang saya
sebutkan pada konteks di atas, yaitu sebagai berikut:
1. Nabi SAW bersabda :
ﺎَﻟ َﺪَﺴَﺣ ﺎَّﻟِﺇ ﻲِﻓ ِﻦْﻴَﺘَﻨْﺛﺍ ٌﻞُﺟَﺭ ُﻩﺎَﺗﺁ ُﻪَّﻠﻟﺍ ﺎًﻟﺎَﻣ َﻂِّﻠُﺴَﻓ ﻰَﻠَﻋ ِﻪِﺘَﻜَﻠَﻫ ﻲِﻓ ِّﻖَﺤْﻟﺍ ٌﻞُﺟَﺭَﻭ ُﻩﺎَﺗﺁ
ُﻪَّﻠﻟﺍ َﺔَﻤْﻜِﺤْﻟﺍ َﻮُﻬَﻓ ﻲِﻀْﻘَﻳ ﺎَﻬِﺑ ﺎَﻬُﻤِّﻠَﻌُﻳَﻭ
“Tidak boleh hasad, kecuali pada 2 kelompok orang : Pertama, orang
yang diberi karunia harta dan ia menggunakannya dalam yang hak.
Kedua, orang yang diberi hikmah (ilmu) lalu ia berhukum dengannya
dan mengajarkannya.” [1]
2. Nabi SAW bersabda :
َّﻥَﺃ َﺀﺍَﺮَﻘُﻓ َﻦﻳِﺮِﺟﺎَﻬُﻤْﻟﺍ ﺍْﻮَﺗَﺃ َﻝﻮُﺳَﺭ ِﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَّﻠَﺻ ُﻪَّﻠﻟﺍ ِﻪْﻴَﻠَﻋ َﻢَّﻠَﺳَﻭ ﺍﻮُﻟﺎَﻘَﻓ َﺐَﻫَﺫ ُﻞْﻫَﺃ
ِﺭﻮُﺛُّﺪﻟﺍ ِﺕﺎَﺟَﺭَّﺪﻟﺎِﺑ ﻰَﻠُﻌْﻟﺍ ِﻢﻴِﻌَّﻨﻟﺍَﻭ ِﻢﻴِﻘُﻤْﻟﺍ َﻝﺎَﻘَﻓ ﺎَﻣَﻭ َﻙﺍَﺫ ﺍﻮُﻟﺎَﻗ َﻥﻮُّﻠَﺼُﻳ ﺎَﻤَﻛ ﻲِّﻠَﺼُﻧ
َﻥﻮُﻣﻮُﺼَﻳَﻭ ﺎَﻤَﻛ ُﻡﻮُﺼَﻧ َﻥﻮُﻗَّﺪَﺼَﺘَﻳَﻭ ﺎَﻟَﻭ ُﻕَّﺪَﺼَﺘَﻧ َﻥﻮُﻘِﺘْﻌُﻳَﻭ ﺎَﻟَﻭ ُﻖِﺘْﻌُﻧ َﻝﺎَﻘَﻓ ُﻝﻮُﺳَﺭ ِﻪَّﻠﻟﺍ
ﻰَّﻠَﺻ ُﻪَّﻠﻟﺍ ِﻪْﻴَﻠَﻋ َﻢَّﻠَﺳَﻭ ﺎَﻠَﻓَﺃ ْﻢُﻜُﻤِّﻠَﻋُﺃ ﺎًﺌْﻴَﺷ َﻥﻮُﻛِﺭْﺪُﺗ ِﻪِﺑ ْﻦَﻣ ْﻢُﻜَﻘَﺒَﺳ َﻥﻮُﻘِﺒْﺴَﺗَﻭ ِﻪِﺑ ْﻦَﻣ
ْﻢُﻛَﺪْﻌَﺑ ﺎَﻟَﻭ ُﻥﻮُﻜَﻳ ٌﺪَﺣَﺃ َﻞَﻀْﻓَﺃ ْﻢُﻜْﻨِﻣ ﺎَّﻟِﺇ ْﻦَﻣ َﻊَﻨَﺻ َﻞْﺜِﻣ ﺎَﻣ ْﻢُﺘْﻌَﻨَﺻ ﺍﻮُﻟﺎَﻗ ﻰَﻠَﺑ ﺎَﻳ َﻝﻮُﺳَﺭ
ِﻪَّﻠﻟﺍ َﻝﺎَﻗ َﻥﻮُﺤِّﺒَﺴُﺗ َﻥﻭُﺮِّﺒَﻜُﺗَﻭ َﻥﻭُﺪَﻤْﺤَﺗَﻭ َﺮُﺑُﺩ ِّﻞُﻛ ٍﺓﺎَﻠَﺻ ﺎًﺛﺎَﻠَﺛ َﻦﻴِﺛﺎَﻠَﺛَﻭ ﺓَّﺮَﻣ َﻝﺎَﻗ ﻮُﺑَﺃ ٍﺢِﻟﺎَﺻ
َﻊَﺟَﺮَﻓ ُﺀﺍَﺮَﻘُﻓ َﻦﻳِﺮِﺟﺎَﻬُﻤْﻟﺍ ﻰَﻟِﺇ ِﻝﻮُﺳَﺭ ِﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَّﻠَﺻ ُﻪَّﻠﻟﺍ َﻢَّﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ﺍﻮُﻟﺎَﻘَﻓ َﻊِﻤَﺳ ﺎَﻨُﻧﺍَﻮْﺧِﺇ
ُﻞْﻫَﺃ ِﻝﺍَﻮْﻣَﺄْﻟﺍ ﺎَﻤِﺑ ﺎَﻨْﻠَﻌَﻓ ﺍﻮُﻠَﻌَﻔَﻓ ُﻪَﻠْﺜِﻣ َﻝﺎَﻘَﻓ ُﻝﻮُﺳَﺭ ِﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَّﻠَﺻ ُﻪَّﻠﻟﺍ ِﻪْﻴَﻠَﻋ َﻢَّﻠَﺳَﻭ َﻚِﻟَﺫ
ُﻞْﻀَﻓ ِﻪَّﻠﻟﺍ ِﻪِﺗْﺆُﻳ ْﻦَﻣ ًُﺀﺎَﺸَﻳ
“Sesungguhnya orang-orang Fakir dari Muhajirin datang pada Nabi SAW
dan berkata : Orang-orang kaya pergi mendapatkan derajat yang tinggi
dan nikmat yang banyak. Sabda Nabi SAW : Mengapa? Kata mereka :
Mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana
kami berpuasa, lalu mereka bersedekah sedangkan kami tidak bisa
bersedekah, lalu mereka memerdekakan budak sementara kami tidak
bisa melakukannya. Sabda Nabi SAW : Maukah kalian aku ajarkan
sesuatu amal yang dengannya kalian bisa mengejar orang-orang yang
mendahului kalian dan meninggalkan orang-orang setelah kalian, dan
tidak ada orang yang lebih utama dari kalian kecuali yang melakukan apa
yang kalian lakukan? Jawab mereka : Mau wahai Rasulullah. Sabda Nabi
SAW : Kalian bertasbih dan bertakbir dan bertahmid di setiap akhir shalat
33x. Berkata Abu Shalih (perawi hadits ini –pen) : Maka datang lagi para
fuqara muhajirin ini pada Nabi SAW dan berkata : Ikhwan-ikhwan kami
yang kaya telah mendengar apa yang kami kerjakan lalu mereka pun
mengikutinya. Maka sabda Nabi SAW : Itulah keutamaan dari sisi ALLAH
yang diberikan pada siapa saja yang dikehendaki-NYA. ”[2]
3. Nabi SAW bersabda :
ْﻦِﻣ ِﺓَﺩﺎَﻌَﺳ ِﺀْﺮَﻤﻟْﺍ ُﺭﺎَﺠﻟْﺍ ُﺢِﻟﺎَﺼﻟﺍ ُﺐَﻛْﺮَﻤْﻟﺍَﻭ ﺀْﻲِﻨَﻬﻟْﺍ ُﻦَﻜْﺴَﻤْﻟﺍَﻭ ُﻊِﺳﺍَﻮﻟْﺍ
“Termasuk kebahagiaan seseorang adalah rumah yang luas, tetangga
yang shalih dan kendaraan yang nyaman.” [3]
Beberapa pelajaran dari As-sirah
Jika kita teliti berbagai hadits dan atsar yang menceritakan perikehidupan
para Sahabat RA, maka kita akan dapati kehidupan mereka amat
beragam, ada yang kaya dan ada pula yang miskin, di antara yang kaya
tersebut ada yang menyimpan dan menikmati sebagian kekayaannya dan
ada pula yang menginfakkan sebagiannya dan ada pula yang
menginfakkan seluruh kekayaannya tersebut. Demikianlah perbedaan di
antara mereka itu, sebagaimana ayat yang telah saya bahas pada kajian
sebelumnya, marilah kita simak bagaimana sirah kehidupan mereka,
sebagai berikut;
1. Khalifah Abu Bakar RA :
Namanya Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’d bin
Taim bin Murrah bin Ka’b bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr Al-Quraisyi At-
Taimiy[4]. Beliau adalah seorang yang berkulit putih, tipis kedua
pelipisnya, kecil pinggangnya (sehingga kainnya sering melorot melewati
mata-kaki ), wajahnya selalu berkeringat, hitam matanya, keningnya
lebar, tidak bisa bersajak dan selalu mewarnai jenggotnya dengan inai
(pacar/katam )[5 ]. Beliau adalah seorang yang kaya, saat awal
keislamannya saja beliau menginfakkan hartanya 40.000 dirham,
memerdekakan budak2 yang disiksa[6] dan lain-lainnya .
2. Khalifah Umar RA :
Namanya Umar bin Khattab bin Nufail bin Adiy bin Abdul ‘Uzza bin
Riyah bin AbduLLAAH bin Qurth bin Razah bin Adiy bin Ka’b bin Lu’ay[ 7].
Beliau adalah seorang yang tinggi besar, kepala bagian depan sulah
(botak) , dua matanya hitam, kulitnya putih kemerahan, giginya putih
bersih berkilau, selalu mewarnai janggutnya dan menyisir rambutnya
dengan inai[8] .
Beliau adalah orang yang kaya namun zuhud dan wara’, saat menikahi
Ummu Kultsum binti Ali RA beliau memberikan maharnya sebanyak
40.000 dirham[9] . Beliau jarang tertawa dan tidak pernah bergurau
dengan siapapun,cincinnya bertuliskan : KAFA’ BIL MAUTI WA’IZHAN YA
UMAR (Cukup Kematian itu Menjadi Peringatan Bagimu Hai Umar)[ 10].
3. Khalifah Utsman RA :
Namanya Utsman bin Affan bin Abil ‘Ash bin Umayyah bin Abdusy
Syams bin Abdu Manaf bin Qushayy bin Kilab bin Murrah bin Ka’b bin
Lu’ay[ 11] bergelar Abu AbduLLAAH Al-Quraisyi Al-Umawiy, juga Abu Amr
atau Dzun Nurain[12 ].
Beliau adalah seorang yang amat rupawan, lembut, jenggotnya lebat,
perawakannya sedang, persendiannya besar, bahunya bidang, rambutnya
lebat, mulutnya bagus[13] , dahinya lebar dan kedua tapak kakinya besar
[14] . Beliau adalah seorang yang amat sangat kaya, Ash-Sham’ i berkata :
Ibnu Amir mengangkat Quthn bin ‘Auf Al-Hilaly sebagai gubernur
Karman, maka datang pasukan muslimin 4000 personil, tapi terhalang
oleh air besar, maka ia berkata barangsiapa bisa melintas akan diberi
hadiah 1000 dirham, maka akhirnya semua pasukan berhasil melintas
dan jumlah hadiah sebesar 4.000.000 dirham, maka Ibnu Amir menulis
surat pada Utsman RA lalu beliau memberikannya, sehingga hadiah itu
terkenal dalam sejarah sebagai hadiah Penyeberangan Lembah[15] .
Demikian kaya dan dermawannya Utsman RA sehingga saat peperangan
di musim paceklik ia datang ke kamar Nabi SAW membawa uang 1000
dinar emas, sehingga beliau SAW bersabda : Tiada dosa bagi Utsman
setelah hari ini (diucapkan 2 kali)[16 ].
4. Khalifah Ali RA :
Namanya Ali bin Abu Thalib bin Abdi manaf bin Abdul Muthalib bin
Hasyim bin Abdi manaf bin Qushayy bin Kilab bin Murrah bin Ka’b bin
Lu’ayy bergelar Abul Hasan wal Husain atau Abu Turab[17 ].
Beliau berkulit coklat karena sengatan matahari, namun yang tidak
tersengat matahari seperti dada dan pundaknya padat/tegap dan putih,
matanya besar dan kemerahan, perutnya besar/gendut dan kepalanya
botak, badannya pendek dan janggutnya lebat, bulu dada dan bahunya
lebat, langkahnya ringan dan cepat, wajahnya tampan dan giginya bagus
[18] .
Ia adalah seorang yang amat miskin, saat Mekah tertimpa paceklik Nabi
SAW mengambilnya dari ayahnya dan menanggungnya sehingga ia
tinggal bersama Nabi SAW, diriwayatkan bahwa karena berat beban
hidupnya maka istrinya Fathimah RA meminta khadim (pembantu) pada
Nabi SAW, tapi Nabi SAW memerintahkan mereka membaca takbir 34x,
tasbih 33x dan tahmid 33x saat naik ke pembaringan[19 ].
_______________________________________________________
[1] Shahih Bukhari, I/130 no. 71, V/217 no. 1320, XXII/48 no. 6608,
XXII/294 no. 6772; Shahih Muslim, IV/251 no. 1352
[2] Hadits dengan matan seperti ini di-takhrij oleh Imam Muslim
shahih-nya (III/ 259, no. 936); hadits yang senada dengan matan sedikit
berbeda di-takhrij juga oleh Imam Bukhari (III/ 347, no. 798 dan XIX/401
no. 5854)
[3] Di-shahih- kan oleh Albany dalam 3 kitabnya, yaitu Shahih At-Targhib
wat Tarhib, II/348 no. 2575; Shahih wa Dha’if Jami’ Shaghir, XII/287 no.
5340; dan Shahih Adabul Mufrad, 188/355
[4] Thabaqat libni Sa’d, III/169; Tarikhut Thabari, III/425
[5] Thabaqat libni Sa’d, III/188
[6] Al-Bidayah wan Nihayah, III/26
[7] Thabaqat Libni Sa’d, III/265; Nasab Quraisy Liz Zubairi, hal. 103;
Jamharatu Ansab Al-Arab Libni Hazm hal. 44; Al-Isti’ab Libni Abdil Barr
hal. 1144
[8] Thabaqat Libni Sa’d, III/324; Tarikhut Thabari, IV/196
[9] Al-Bidayah wan Nihayah, IV/199
[10] Ibid.
[11] At-Thabaqat Al-Kubra, III/53 ; Tarikh Ar-Rusul wal Muluk, IV/420
[12] Al-Fath Libni Hajar, VII/52
[13] At-Thabaqat Al-Kubra, III/58 ; Tarikh Ar-Rusul wal Muluk, IV/419
[14] Tarikh Ar-Rusul wal Muluk, IV/419
[15] HR Ibnu Asakir dalam Tarikhu Dimasq, XI/265
[16] HR Ahmad, V/63; Tirmidzi, V/626
[17] HR Bukhari no. 441, 3703, 3280; Muslim no. 2409
[18] At-Thabaqatul Kubra, III/25 , 27; tarikhut Thabari, V/153
[19] HR Bukhari, XII/472 no. 3705