Kamis, Februari 02, 2012

Tahukah Anda bahwa Malaikat, Manusia dan Jin Tidak Dapat Mengetahui yang Ghaib

Tahukah Anda bahwa Malaikat, Manusia dan Jin Tidak Dapat Mengetahui yang Ghaib

Banyak sekali orang yang tertipu dan keliru kemudian mengira jika bangsa jin
mengetahui yang ghaib, terutama bagi mereka yang terjun dalam kancah sihir dan
perdukunan. Akibatnya, kepercayaan dan ketergantungan mereka terhadap jin sangatlah
besar sehingga menggiring mereka kepada kekufuran. Simak bahasan berikut.
Mempercayai hal-hal yang ghaib merupakan salah satu syarat dari benarnya keimanan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ﻢﻟﺍ. َﻚِﻟَﺫ ُﺏﺎَﺘِﻜْﻟﺍ َﻻ َﺐْﻳَﺭ ِﻪْﻴِﻓ ﻯًﺪُﻫ َﻦْﻴِﻘَّﺘُﻤْﻠِﻟ . َﻦْﻳِﺬَّﻟﺍ َﻥْﻮُﻨِﻣْﺆُﻳ ِﺐْﻴَﻐْﻟﺎِﺑ َﻥْﻮُﻤْﻴِﻘُﻳَﻭ َﺓَﻼَّﺼﻟﺍ ﺎَّﻤِﻣَﻭ ْﻢُﻫﺎَﻨْﻗَﺯَﺭ
َﻥْﻮُﻘِﻔْﻨُﻳ. ﺎَﻤِﺑ َﻥْﻮُﻨِﻣْﺆُﻳ َﻦْﻳِﺬَّﻟﺍَﻭ َﻝِﺰْﻧُﺃ َﻚْﻴَﻟِﺇ َﻝِﺰْﻧُﺃ ﺎَﻣَﻭ ْﻦِﻣ ِﺓَﺮِﺧﻵْﺎِﺑَﻭ َﻚِﻠْﺒَﻗ ْﻢُﻫ َﻥْﻮُﻨِﻗْﻮُﻳ. ﻰَﻠَﻋ َﻚِﺌَﻟﻭُﺃ ﻯًﺪُﻫ ْﻦِﻣ
َﻚِﺌَﻟﻭُﺃَﻭ ْﻢِﻬِّﺑَﺭ ُﻢُﻫ َﻥْﻮُﺤِﻠْﻔُﻤْﻟﺍ
“ Alif laam miim. Kitab (Al-Qur` an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka
yang bertakwa. (Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat,
dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka
yang beriman kepada Kitab (Al-Qur` an) yang diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang
telah diturunkan sebelummu. Serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Rabb mereka, dan merekalah orang-
orang yang beruntung .” (Al-Baqarah: 1-5)
Ghaib adalah segala sesuatu yang tersembunyi dan tidak terlihat oleh manusia , seperti
surga, neraka dan apa yang ada di dalamnya, alam malaikat, hari akhir, alam langit dan
yang lainnya yang tidak bisa diketahui manusia kecuali bila ada pemberitaan dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala. (Lihat Tafsir Al-Qur` anul ‘Azhim, 1/53)
Alam jin dan wujud jin dalam bentuk asli seperti yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala
ciptakan adalah ghaib bagi kita. Namun golongan jin dapat berubah-ubah bentuk dengan
kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan amat mungkin bagi mereka melakukan
penampakan, sehingga kita dapat melihatnya dalam wujud yang bukan aslinya. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ُﻪَّﻧِﺇ ْﻢُﻛﺍَﺮَﻳ َﻮُﻫ ْﻦِﻣ ُﻪُﻠْﻴِﺒَﻗَﻭ ُﺚْﻴَﺣ َﻻ ْﻢُﻬَﻧْﻭَﺮَﺗ
“ Sesungguhnya ia (setan) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat
yang kamu tidak bisa melihat mereka .” (Al-A ’raf: 27)
Dari Abu As-Sa` ib, maula Hisyam bin Zuhrah, beliau bercerita bahwa dirinya pernah
berkunjung ke rumah Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu, katanya: “ Aku
mendapatinya tengah mengerjakan shalat, akupun duduk menunggunya hingga beliau
selesai. Tiba-tiba aku mendengar adanya gerakan pada bejana tempat minum yang ada
di pojok rumah. Aku menoleh ke arahnya dan ternyata ada seekor ular. Aku segera
meloncat untuk membunuhnya, namun Abu Sa’id memberi isyarat kepadaku agar aku
duduk. Ketika ia selesai dari shalatnya, ia menunjuk ke sebuah rumah yang ada di
kampung itu sambil berkata: ‘Apakah engkau lihat rumah itu?’ ‘Ya,’ jawabku. Ia kemudian
menuturkan, ‘Dahulu yang tinggal di rumah itu adalah seorang pemuda yang baru saja
menjadi pengantin. Kala itu kami berangkat bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam ke Khandaq dan pemuda itupun ikut bersama kami. Saat tengah hari, pemuda itu
meminta izin kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk pulang menemui
istrinya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengizinkannya sambil berpesan:
‘Bawalah senjatamu karena aku khawatir engkau bertemu dengan orang-orang dari
Bani Quraidhah.’ Pemuda itu mengambil senjatanya, kemudian pulang menemui
istrinya. Setibanya di rumah, ternyata istrinya sedang berdiri di antara dua daun pintu.
Ia mengarahkan tombaknya kepada istrinya untuk melukainya karena merasa cemburu
karena istrinya berada di luar rumah. Istrinya berkata kepadanya: “Tahan dulu
tombakmu, dan masuklah ke dalam rumah sehingga engkau akan tahu apa yang
menyebabkan aku sampai keluar rumah! ”
Pemuda itu masuk, dan ternyata terdapat seekor ular besar yang melingkar di atas
tempat tidur. Pemuda itu lantas menghunuskan tombaknya dan menusukkannya pada
ular tersebut. Setelah itu, ia keluar dan menancapkan tombaknya di dinding rumah. Ular
itu (yang belum mati, red.) menyerangnya dan terjadilah pergumulan dengan ular
tersebut. Tidak diketahui secara pasti mana di antara keduanya yang lebih dahulu mati,
ular atau pemuda itu.’
Abu Sa’id radhiallahu ‘anhu melanjutkan ceritanya: ‘Kami menghadap Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan melaporkan kejadian itu kepadanya dan kami sampaikan
kepada beliau: ‘Mohonlah kepada Allah agar menghidupkannya demi kebahagiaan kami.’
Beliau menjawab: ‘Mohonlah ampun untuk shahabat kalian itu!’
Selanjutnya beliau bersabda: ‘Sesungguhnya di Madinah terdapat golongan jin yang
telah masuk Islam, maka jika kalian melihat sebagian mereka –dalam wujud ular– berilah
peringatan tiga hari. Dan apabila masih terlihat olehmu setelah itu, bunuhlah ia, karena
sebenarnya dia adalah setan.” (HR. Muslim no. 2236 dan 139 dari Abu Sa`ib, maula
Hisyam bin Zuhrah)1
Para Rasul Tidak Mengetahui yang Ghaib
Telah disebutkan sebelumnya bahwa sekumpulan jin datang kepada Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam, kemudian mendengarkan bacaan Al-Qur`an . Ketika itu Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak mengetahui kehadiran mereka kecuali setelah sebuah pohon
memberitahunya –dan Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Kuasa untuk menjadikan pohon
dapat berbicara– seperti yang disebutkan Al-Imam Al-Bukhari dalam Shahih-nya dari
shahabat Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu. Ini menunjukkan bahwa beliau tidak
mengetahui perkara ghaib kecuali yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala kabarkan.
(Nashihati li Ahlis Sunnah Minal Jin)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ْﻞُﻗ َﻻ ُﻝْﻮُﻗَﺃ ْﻢُﻜَﻟ ﻱِﺪْﻨِﻋ ُﻦِﺋﺍَﺰَﺧ ِﻪﻠﻟﺍ َﻻَﻭ ُﻢَﻠْﻋَﺃ َﺐْﻴَﻐْﻟﺍ َﻻَﻭ ُﻝْﻮُﻗَﺃ ْﻢُﻜَﻟ ﻲِّﻧِﺇ ْﻥِﺇ ٌﻚَﻠَﻣ ُﻊِﺒَّﺗَﺃ َّﻻِﺇ ﺎَﻣ ﻰَﺣْﻮُﻳ َّﻲَﻟِﺇ
ْﻞُﻗ ْﻞَﻫ ﻱِﻮَﺘْﺴَﻳ ُﺮْﻴِﺼَﺒْﻟﺍَﻭ ﻰَﻤْﻋَﻷْﺍ َﻼَﻓَﺃ َﻥْﻭُﺮَّﻜَﻔَﺘَﺗ
“ Katakanlah: ‘Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada
padaku, dan tidak pula aku mengetahui yang ghaib dan tidak pula aku mengatakan
kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengetahui kecuali apa yang
diwahyukan kepadaku.’ Katakanlah: ‘Apakah sama orang yang buta dengan orang yang
melihat?’ Maka apakah kamu tidak memikirkannya?” (Al-An’ am: 50)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
ْﻞُﻗ َﻻ ُﻚِﻠْﻣَﺃ ﻲِﺴْﻔَﻨِﻟ ﺎًﻌْﻔَﻧ َﻻَﻭ َّﻻِﺇ ﺍًّﺮَﺿ ﺎَﻣ َﺀﺎَﺷ ُﻪﻠﻟﺍ ُﺖْﻨُﻛ ْﻮَﻟَﻭ َﺐْﻴَﻐْﻟﺍ ُﻢَﻠْﻋَﺃ ُﺕْﺮَﺜْﻜَﺘْﺳَﻻ َﻦِﻣ ِﺮْﻴَﺨْﻟﺍ ﺎَﻣَﻭ َﻲِﻨَّﺴَﻣ
ُﺀْﻮُّﺴﻟﺍ ﺎَﻧَﺃ ْﻥِﺇ ٌﺮْﻳِﺬَﻧ َّﻻِﺇ ٍﻡْﻮَﻘِﻟ ٌﺮْﻴِﺸَﺑَﻭ َﻥْﻮُﻨِﻣْﺆُﻳ
“ Katakanlah: ‘Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak pula
menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui
yang ghaib, tentulah aku berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan
ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa
berita gembira bagi orang-orang yang beriman ’.” (Al-A’ raf: 188)
Para Malaikat Tidak Mengetahui yang Ghaib
Kendatipun para malaikat adalah mahluk yang dekat di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala,
namun untuk urusan ghaib ternyata mereka pun tidak mengetahuinya. Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman saat pertama kali hendak menciptakan manusia:
ْﺫِﺇَﻭ َﻚُّﺑَﺭ َﻝﺎَﻗ ِﺔَﻜِﺋَﻼَﻤْﻠِﻟ ٌﻞِﻋﺎَﺟ ﻲِّﻧِﺇ ﻲِﻓ ًﺔَﻔْﻴِﻠَﺧ ِﺽْﺭَﻷْﺍ ﺍﻮُﻟﺎَﻗ ُﻞَﻌْﺠَﺗَﺃ ْﻦَﻣ ﺎَﻬْﻴِﻓ ﺎَﻬْﻴِﻓ ُﺪِﺴْﻔُﻳ ُﻚِﻔْﺴَﻳَﻭ َﺀﺎَﻣِّﺪﻟﺍ
ُﻦْﺤَﻧَﻭ ُﺢِّﺒَﺴُﻧ َﻙِﺪْﻤَﺤِﺑ ُﺱِّﺪَﻘُﻧَﻭ َﻚَﻟ َﻝﺎَﻗ ﻲِّﻧِﺇ ُﻢَﻠْﻋَﺃ ﺎَﻣ َﻻ َﻥْﻮُﻤَﻠْﻌَﺗ. َﻢَّﻠَﻋَﻭ َﻡَﺩﺁ َﺀﺎَﻤْﺳَﻷْﺍ ﺎَﻬَّﻠُﻛ َّﻢُﺛ ْﻢُﻬَﺿَﺮَﻋ
ﻰَﻠَﻋ ِﺔَﻜِﺋَﻼَﻤْﻟﺍ َﻝﺎَﻘَﻓ ﻲِﻧْﻮُﺌِﺒْﻧَﺃ ِﺀﺎَﻤْﺳَﺄِﺑ ِﺀَﻻُﺆَﻫ ْﻥِﺇ ْﻢُﺘْﻨُﻛ َﻦْﻴِﻗِﺩﺎَﺻ . ﺍﻮُﻟﺎَﻗ َﻚَﻧﺎَﺤْﺒُﺳ َﻻ َﻢْﻠِﻋ ﺎَﻨَﻟ َّﻻِﺇ ﺎَﻣ ﺎَﻨَﺘْﻤَّﻠَﻋ
َﻚَّﻧِﺇ َﺖْﻧَﺃ ُﻢْﻴِﻠَﻌْﻟﺍ ُﻢْﻴِﻜَﺤْﻟﺍ
“ Dan ingatlah ketika Rabbmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’ Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau
dan mensucikan Engkau?’ Allah berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang
kamu tidak ketahui.’ Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda- benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman:
‘Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang
benar!’ Mereka menjawab: ‘Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari
apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana’ .” (Al-Baqarah: 30-32)
Kaum Jin Tidak Mengetahui yang Ghaib
Banyak sekali orang yang tertipu dan keliru kemudian mengira jika bangsa jin
mengetahui yang ghaib, terutama bagi mereka yang terjun dalam kancah sihir dan
perdukunan. Akibatnya, kepercayaan dan ketergantungan mereka terhadap jin sangatlah
besar sehingga menggiring mereka kepada kekufuran.
Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan tegas telah mementahkan anggapan ini
dalam firman-Nya:
ﺎَّﻤَﻠَﻓ ﺎَﻨْﻴَﻀَﻗ ِﻪْﻴَﻠَﻋ َﺕْﻮَﻤْﻟﺍ ﺎَﻣ ْﻢُﻬَّﻟَﺩ ﻰَﻠَﻋ ِﻪِﺗْﻮَﻣ َّﻻِﺇ ُﺔَّﺑﺍَﺩ ِﺽْﺭَﻷْﺍ ُﻞُﻛْﺄَﺗ ُﻪَﺗَﺄَﺴْﻨِﻣ ﺎَّﻤَﻠَﻓ َّﺮَﺧ ِﺖَﻨَّﻴَﺒَﺗ ُّﻦِﺠْﻟﺍ ْﻥَﺃ ْﻮَﻟ
ﺍﻮُﻧﺎَﻛ َﺐْﻴَﻐْﻟﺍ َﻥْﻮُﻤَﻠْﻌَﻳ ﺎَﻣ ﺍﻮُﺜِﺒَﻟ ﻲِﻓ ِﺏﺍَﺬَﻌْﻟﺍ ِﻦْﻴِﻬُﻤْﻟﺍ
“ Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan
kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala
ia tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib
tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan.” (Saba` : 14)
Manusia Tidak Dapat Mengetahui Alam Ghaib
Jika para rasul yang merupakan utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam menyampaikan
syariat-Nya kepada manusia tidak mengetahui hal yang ghaib sedikitpun, maka sudah
tentu manusia secara umum tidak ada yang dapat mengetahui alam ghaib atau
menjangkau batasan-batasannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala hanya memerintahkan
agar mengimani perkara yang ghaib dengan keimanan yang benar.
Keyakinan seperti ini agaknya sudah mulai membias. Apalagi saat ini banyak sekali orang
yang menampilkan dirinya sebagai narasumber untuk urusan-urusan yang ghaib,
mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait dengan masa depan seseorang, dari
mulai jodoh, karir, bisnis, atau yang lainnya.
Kata ‘dukun’ barangkali sekarang ini jarang didengar dan bahkan serta merta mereka
akan menolak bila dikatakan dukun. Dalihnya, apalagi kalau bukan seputar “Kami tidak
meminta syarat-syarat apapun kepada anda”, “Kami tidak menyuruh memotong ayam
putih”, dan sebagainya. Padahal praktek seperti itu adalah praktek dukun juga. Bedanya,
dukun sekarang ini berpendidikan sehingga bahasa yang digunakannya pun bahasa-
bahasa ilmiah, sehingga mereka jelas enggan disebut dukun.
Tak ada seorang pun yang dapat melihat dan mengetahui perkara ghaib, menentukan ini
dan itu terhadap sesuatu yang belum dan akan terjadi di masa datang. Jika toh bisa, itu
semata-mata bantuan dan tipuan dari setan, sehingga dusta bila itu dihasilkan dari
latihan dan olah jiwa.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ْﺪَﻘَﻟَﻭ َﻕَّﺪَﺻ ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ ُﺲﻴِﻠْﺑِﺇ ُﻪَّﻨَﻇ ُﻩْﻮُﻌَﺒَّﺗﺎَﻓ َّﻻِﺇ ﺎًﻘْﻳِﺮَﻓ َﻦِﻣ َﻦْﻴِﻨِﻣْﺆُﻤْﻟﺍ . ﺎَﻣَﻭ َﻥﺎَﻛ ُﻪَﻟ ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ ْﻦِﻣ ٍﻥﺎَﻄْﻠُﺳ َّﻻِﺇ
ْﻦَﻣ َﻢَﻠْﻌَﻨِﻟ ُﻦِﻣْﺆُﻳ ِﺓَﺮِﺧﻵْﺎِﺑ ْﻦَّﻤِﻣ ﺎَﻬْﻨِﻣ َﻮُﻫ ٍّﻚَﺷ ﻲِﻓ َﻚُّﺑَﺭَﻭ ِّﻞُﻛ ﻰَﻠَﻋ ٍﺀْﻲَﺷ ٌﻆْﻴِﻔَﺣ
“ Dan sesungguhnya Iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap
mereka lalu mereka mengikutinya, kecuali sebahagian orang-orang yang beriman. Dan
tidak adalah kekuasaan Iblis terhadap mereka, melainkan hanyalah agar Kami dapat
membedakan siapa yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat dari siapa yang
ragu-ragu tentang hal itu. Dan Rabbmu Maha Memelihara segala sesuatu.” (Saba`:
20-21)
Ada pula sebagian manusia yang memiliki aqidah rusak, di mana mereka meyakini
adanya sebagian orang yang keberadaannya ghaib dari pandangan manusia, dan
biasanya identik dengan orang-orang yang dianggap telah suci jiwanya. Mereka
mengistilahkannya dengan roh suci atau rijalul ghaib.
Ketahuilah bahwa tidak ada istilah manusia ghaib. Tidak ada pula istilah rijalul ghaib di
tengah-tengah manusia. Rijalul ghaib itu tiada lain adalah jin. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
ٌﻝﺎَﺟِﺭ َﻥﺎَﻛ ُﻪَّﻧَﺃَﻭ َﻦِﻣ ِﺲْﻧِﻹْﺍ َﻥْﻭُﺫْﻮُﻌَﻳ ٍﻝﺎَﺟِﺮِﺑ َﻦِﻣ ْﻢُﻫْﻭُﺩﺍَﺰَﻓ ِّﻦِﺠْﻟﺍ ﺎًﻘَﻫَﺭ
“ Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan
kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan
kesalahan .” (Al-Jin: 6) (Lihat Qa’idah ‘Azhimah , hal. 152)
Alam ghaib tetaplah ghaib, sesuatu yang tidak bisa diketahui dan dilihat manusia kecuali
apa yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala beritakan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ُﻢِﻟﺎَﻋ َﻼَﻓ ِﺐْﻴَﻐْﻟﺍ ُﺮِﻬْﻈُﻳ ﻰَﻠَﻋ ِﻪِﺒْﻴَﻏ ﺍًﺪَﺣَﺃ . ِﻦَﻣ َّﻻِﺇ ﻰَﻀَﺗْﺭﺍ ْﻦِﻣ ٍﻝْﻮُﺳَﺭ ُﻪَّﻧِﺈَﻓ ُﻚُﻠْﺴَﻳ ْﻦِﻣ ِﻦْﻴَﺑ ِﻪْﻳَﺪَﻳ ْﻦِﻣَﻭ ِﻪِﻔْﻠَﺧ
ﺍًﺪَﺻَﺭ
“(Dia adalah) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada
seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka
sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di
belakangnya .” (Al-Jin: 26-27)
Kunci-kunci Ghaib adalah Milik Allah Subhanahu wa Ta’ala Semata
Sesungguhnya tak ada seorangpun yang mengetahui perkara ghaib dan hal-hal yang
berhubungan dengannya, kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan Allah Subhanahu wa
Ta’ala telah banyak menegaskan hal ini dalam Al-Qur` an. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
ْﻞُﻗ َﻻ ْﻦَﻣ ُﻢَﻠْﻌَﻳ ﻲِﻓ ِﺽْﺭَﻷْﺍَﻭ ِﺕﺍَﻮَﻤَّﺴﻟﺍ َّﻻِﺇ َﺐْﻴَﻐْﻟﺍ ُﻪﻠﻟﺍ ﺎَﻣَﻭ َﻥْﻭُﺮُﻌْﺸَﻳ َﻥﺎَّﻳَﺃ َﻥْﻮُﺜَﻌْﺒُﻳ
“ Katakanlah: ‘Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang
ghaib, kecuali Allah’, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan .” (An-
Naml: 65)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
َّﻥِﺇ َﻪﻠﻟﺍ ُﻩَﺪْﻨِﻋ ُﻢْﻠِﻋ ِﺔَﻋﺎَّﺴﻟﺍ ُﻝِّﺰَﻨُﻳَﻭ َﺚْﻴَﻐْﻟﺍ ُﻢَﻠْﻌَﻳَﻭ ﺎَﻣ ﻲِﻓ ِﻡﺎَﺣْﺭَﻷْﺍ ﺎَﻣَﻭ ﻱِﺭْﺪَﺗ ٌﺲْﻔَﻧ ﺍَﺫﺎَﻣ ُﺐِﺴْﻜَﺗ ﺍًﺪَﻏ ﺎَﻣَﻭ
ِّﻱَﺄِﺑ ٌﺲْﻔَﻧ ﻱِﺭْﺪَﺗ ٍﺽْﺭَﺃ َّﻥِﺇ ُﺕْﻮُﻤَﺗ ٌﻢْﻴِﻠَﻋ َﻪﻠﻟﺍ ٌﺮْﻴِﺒَﺧ
“ Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat,
dan Dialah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan
tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya
besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Luqman: 34)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
َﻚِﻟَﺫ ِﺐْﻴَﻐْﻟﺍ ُﻢِﻟﺎَﻋ ِﺓَﺩﺎَﻬَّﺸﻟﺍَﻭ ُﺰْﻳِﺰَﻌْﻟﺍ ُﻢْﻴِﺣَّﺮﻟﺍ
“ Yang demikian itu ialah Rabb Yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Yang Maha
Perkasa lagi Maha Penyayang .” (As-Sajdah: 6)
Dalam ayat lainnya:
ْﻢَﻟَﺃ َﻝﺎَﻗ ْﻞُﻗَﺃ ْﻢُﻜَﻟ ﻲِّﻧِﺇ ُﻢَﻠْﻋَﺃ ِﺕﺍَﻮَﻤَّﺴﻟﺍ َﺐْﻴَﻏ ِﺽْﺭَﻷْﺍَﻭ ﺎَﻣ ُﻢَﻠْﻋَﺃَﻭ َﻥْﻭُﺪْﺒُﺗ ﺎَﻣَﻭ ْﻢُﺘْﻨُﻛ َﻥْﻮُﻤُﺘْﻜَﺗ
“ Allah berfirman: ‘Bukankah sudah Aku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku
mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa
yang kamu sembunyikan ?’.” (Al-Baqarah: 33)
Banyak sekali dalil-dalil yang berhubungan dengan masalah ini. Namun mungkin yang
disebutkan di sini, sudah dapat mewakili bahwa Allah-lah yang mengetahui hal ihwal
alam ghaib. Sedangkan manusia, tak ada yang bisa mengetahui dan melihatnya kecuali
apa-apa yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala kuasakan.
Mudah-mudahan semua uraian-uraian di atas bermanfaat bagi kita semua. Amin yaa
Mujiibas sa`iliin .
Wal ’ilmu ‘indallah.
1 Terjadi perbedaan pendapat dalam hal membunuh ular yang berada di rumah.
Sebagian ulama berpendapat bahwa pemberian peringatan terlebih dahulu itu hanya
berlaku di Madinah, adapun di tempat selainnya bisa langsung dibunuh. Ini adalah
pendapat Al-Imam Malik, dan yang dikuatkan oleh Al-Maziri. Sebagian yang lain
berpendapat bahwa pemberian peringatan terlebih dahulu bersifat umum, bukan hanya
di Madinah. Kecuali ular Al-Abtar yakni yang berekor pendek dan Dzu Thufyatain, yang
mempunyai dua garis lurus berwarna putih di punggungnya, boleh langsung dibunuh
walaupun di rumah.
Sumber : http:// www.asysyariah.com Penulis: Al-Ustadz Abu Hamzah Yusuf, Judul:
Malaikat, Manusia dan Jin Tidak Dapat Mengetahui yang Ghaib dengan sedikit
pengeditan tanpa mengurangi makna.

Published with Blogger-droid v2.0.4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar