Selasa, Februari 07, 2012

Arti Sebuah Kejujuran


Didalam Islam, akhlaq tidak boleh dilepaskan dari aqidah dan Ibadah.

Kalau kita ambil contoh buah, tentu buah ada bijinya, dan biji itulah inti, inti itulah yang disebut aqidah, dimana segala asal yang terjadi didalam kehidupan seorang muslim adalah karena aqidah (karena beriman kepada Allah). Aqidah hanya akan menjadi omong kosong jika tidak diikuti dengan ibadah sehingga jika ada 0rang mengakui iman sementara tidak ibadah, maka iman orang itu akan dikalahkan oleh syetan, karena masalahnya bukan hanya sekedar mengakui adanya Allah, karena syetan pun mengakui adanya Allah. Syetan mengakuinya bahwa dia diciptakan oleh Allah dari api, itu artinya syetan mengakui bahwa yang
menciptakan dia adalah Allah. Maka intinya aqidah diproses oleh ibadah. Jika kita
mengakui beriman, cinta kepada Allah, cinta kepada rasul sementara tidak mau beribadah,
itu adalah pengakuan yang kosong.

Indikasi benarnya dalam aqidah adalah dilihat dari kulitnya (akhlaqnya) . kulit atau
tampilan luar adalah akhlaq. Kalau kulitnya (akhlaqnya) tidak baik maka itu pertanda
isinya (aqidahnya) tidak baik. Datang seorang wanita kepada rasuluullah, lalu
mengatakan : dia punya teman seorang perempuan yang shalatnya hebat, puasanya kuat,
tapi kekurangannya ya Rasulullah, apabila mulutnya terbuka, maka akan lebih ganas
dibanding harimau. Ketika mulutnya terbuka selalu ada yang disakiti, menyinggung dan
menyakiti perasaan orang. Kesimpulan yang diungkapkan oleh Rasulullah adalah
hubungannya antara akhlaq dengan ibadah. Kesimpulan itu adalah “ dia didalam api
neraka “. Ini artinya, kalau akhlaqnya tidak benar, maka tidak ada artinya ibadah seorang
perempuan tersebut, karena ibadah yang benar akan melahirkan akhlaq yang benar.


Jadi akhlaq bukan masalah boleh-boleh saja, ini maslah serius yang menyangkut ibadah
dan aqidah. Rasulullah pernah mengungkapkan tiga kali berturut-turut kata-kata “ Laa
yu’min “ (tidak beriman). Para sahabat tercengang dan bertanya kepada Rasulullah :
”siapakah itu ya Rasulullah?” . Rasulullah menjawab “ Barang siapa tetangganya tidak
merasa aman dari sikap dan prilakunya “. Pembahasan ini bukan pembahasan yang
sederhana tapi menyangkut keimanan dan ibadah.


Kalau membahas masalah akhlaq, maka tidak boleh terlepas hubungannya dengan aqidah
dan ibadah. Semua tujuan manusia di dunai selain mencari pahala dari Allah tentunya
adalah untuk beribadah dan membentuk Akhlaq. Contohnya adalah shalat. Tujuan shalat
adalah untuk mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Kalau orang terus melakukan
shalat sementara tidak lepas dari perbuatan keji dan mungkar, sama seperti pedagang yang
terus berdagang tetapi tidak mendapatkan keuntungan sesuai tujuan (tidak mencapai
tujuan). Begitupun dengan puasa, zakat haji dan ibadah-ibadah yang lainnya. Jadi , semua
aktivitas harus bernilai ibadah harus ada unsur akhlaq dari setiap aktivitas ibadah yang
dilakukan oleh manusia itu.

Ada satu akhlaq yang sangat mendasar didalam Islam yaitu As Siddqi (jujur) , lawannya adalah al kadzibu (dusta atau bohong). Rasulullah bersabda:
 “ setiap mukmin mungkin saja mempunyai sikap yang jelek,. Tetapi yang tidak boleh adalah al kadzibu (bohong) atau al khianat (khianat) . Datang seorang kepada rasulullah dan berkata : “Ya Rasulullah, mungkinkah seorang mukmin itu penakut, mungkinkah seorang mukmin itu bakhil ?”.


Jawab Rasulullah : “mungkin”. Sahabat kembali bertanya : “Mungkinkah seseorang mukmin al Kadzab (berdusta) ? Rasulullah menjawab : “Tidak mungkin”. Artinya akhlaq dasar yang paling minimal yang kita miliki yang mengatakan aku beriman kepada Allah adalah jujur. Lalu kalau ada orang mukmin tetapi bohongnya melebihi dari orang kafir, maka inilah yang menjadi masalah kita. Kadang kita sering berbohong tetapi tidak merasa iman kita bermasalah. Jadi, sifat dasar yang harus dimiliki seorang mukmin setelah
berikrar dua kalimat syahadat adalah jujur.


Jika masyarakat dibangun atas dasar kejujuran, maka akan terasa indah dan semua akan
saling percaya. Jika diambil salah satu contoh dalam cerita pada masa Rasulullah, ada
sebuah masjid yang pernah memiliki dua kiblat sehingga disebut masjid kiblatain, yaitu
kiblat yang menghadap Masjid Al-Aqsa dan kiblat yang menghadap Masjidil Haram. Ketika
turun ayat tentang perintah berubahnya kiblat dari Masjidil Aqsa ke Masjidil Haram, maka
Rasulullah mengutus para sahabatnya ba’da shalat dzuhur untuk menyeru kepada masjid-
masjid agar merubah kiblatnya. Masjid kiblatain dahulunya disebut masjid banu salamah.

Ketika utusan Rasulullah tiba di masjid itu, (Masjid Banu Salamah) kaum muslimin ketika
itu sedang melaksanakan shalat Ashar, lalu utusan Rasulullah itu meneriakan bahwa
kiblat kita sudah berpindah (berubah) . Kalau kita bayangkan jika berita itu terjadi pada
masa sekarang atau hari ini ? barangkali ada dua kemungkinan, yakni cuek atau mungkin
shalatnya akan bubar. Tapi waktu itu karena setiap mukmin itu jujur dan tidak pernah
berbohong, maka makmum beserta imam serentak pindah arah kiblatnya karena yang
memerintah orang mukmin dan yang mendengarpun orang mukmin. Tapi kalau sekarang,
akan terasa repot kalau tidak melakukan cek dan ricek. Karena yang mendengarkan sering
bohong dan yang menyampaikannya pun sering bohong yang akhirnya sama-sama saling
suudzan (berburuk sangka). Hari ini gosip adalah berita yang saling menarik, dan gosip
adalah duit dan kita sendiripun paling senang dengan berita gosip.

Mengapa kita tidak jujur ? mengapa kita sering berdusta ?

Kita sering kali sulit untuk menerima berita, karena kebanyakan berita yang beredar
ditengah-tengah kita bukan kebenaran. Pada masa sekarang orang lebih banyak “
berprasangka “ kepada orang lain. Pada zaman Rasulullah pun pernah terjadi prasangka,
ada seorang yang berjalan dengan seorang perempuan di tempat yang remang-remang. Lalu
orang tersebut itu mengklarifikasi kepada Rasulullah: “ Ya Rasulullah, yang berjalan itu
adalah aku dan isrteriku. Rasulullah berkata : ”Jangan letakan dirimu pada tempat dimana
orang akan berburuk sangka terhadap dirimu”.
Jadi harus timbal balik, yakni kita tidak
boleh berburuk sangka kepada orang lain dan juga tidak boleh membuat orang berburuk
sangka kepada diri kita. Artinya kalau orang lain tidak berburuk sangka kepada kita, maka
kita jangan memposisikan diri kita pada tempat dimana orang lain akan berburuk sangka
kepada kita. Karena sering adanya prasangka-prasangka seperti ini, maka kebanyakan kita
adalah berprasangka bukan kebenaran. Maka salah satu yang dilarang oleh Rasulullah
adalah “ qola waqila “ (katanya, katanya). Akibat terlalu banyak katanya-katanya Akhirnya
benarnya tidak dibahas, bahkan berita yang benar A tetapi yang datang kepada orang Z.
Sifat yang tidak disukai oleh Allah adalah bohong, dan sifat yang dicintai oleh Allah adalah
jujur.

Rasulullah saw bersabda yang diriwayatkan oleh Aisyah dikatakan bahwa: “ Sifat yang
dibenci oleh Rasulullah adalah bohong”. Kalau ada orang yang berbohong sekali, maka
tidak akan hilang dalam ingatan Rasulullah sampai orang itu bertaubat. Mengapa bohong
itu sangat serius ? dan jujur sangat penting ?. Jujur adalah pintu kebaikan. Bohong adalah
pintu kejahatan. Artinya, kalau yang kita buka adalah pintu kejujuran, maka yang akan
masuk adalah semua kebaikan. Seballiknya bohong adalah pintu kejahatan, kalau yang
dibuka pintu kebohongan maka yang akan masuk adalah seluruh kejahatan.
Rasulullah saw bersabda :

“Wajib bagi kamu berlaku jujur, sesungguhnya kejujuran akan membawa kamu kepada
kebaikan dan kebaikan akan membawa ke syurga”.


Ketika seseorang selalu jujur dan selalu berusaha untuk jujur, maka akan menjadikan dia
selalu jujur. Abu Bakar disebut sebagai “ As Sidiq “ karena Beliau benar-benar orang yang
jujur dan selalu yang pertama jujur kepada kebenaran. Ketika rasulullah bercerita tentang
Isra dan Mi’raj, Abu Bakar tidak pernah berfikir tentang kejadian itu mungkin atau tidak
mungkin walaupun secara logika itu tidak mungkin, karena Rasulullah saw seorang yang
jujur maka Beliau mengatakan “ engkau benar ya Rasulullah “.

Kalau kita berusaha jujur dan benar, Allah akan menjadikan kita orang yang benar. Menjadi
orang yang benar tidak akan nyaman kalau bohong. Dalam lanjutan hadits di atas
“Jauhilah sifat dusta ( bohong ). Sesungguhnyua sifat dusta akan membawa kamu kepada
kejahatan, dan perbuatan jahat akan membawa ke neraka.

Ada seorang yang datang kepada Rasulullah ingin memeluk agama Islam tetapi ia sangat
menyukai berbuat zina.. Persoalan tersebut jika dibawa kepada seorang psikiater
barangkali resepnya akan banyak, Akan tetapi Rasulullah sangat singkat memberikan
resepnya, yaitu tidak boleh berdusta (bohong) . Apa hubungan zina dengan bohong ?
bohong adalah pintunya, jika pintunya dibuka, maka segala dosa itu akan masuk, tapi jika
kebohongan itu ditutup maka segala dosa tidak akan masuk. Artinya dari seluruh
kejahatan yang kita kerjakan itu akibat kita sering berani berbohong dan berdusta.

Rujukan http://www.umm.ac.id/
Published with Blogger-droid v2.0.4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar