Rabu, Februari 08, 2012

Benarkah Kalimat Tauhid dapat Menjamin Surga untuk Kita

Abdullah, Waki' berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, sedangkan Ibnu
Numair berkata, "Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:"Barangsiapa
meninggal dalam keadaan menyekutukan Allah dengan sesuatu, maka ia masuk neraka." Dan
aku berkata, "Orang yang meninggal dengan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu (niscaya)
masuk surga." (HR Muslim)
Benarkah Kalimat Tauhid dapat Menjamin Surga untuk kita?
Bila kita melihat statement diatas, seakan-akan orang hanya cukup dengan bekal Tauhid saja
tanpa memikirkan ibadah yang lain. Namun, bila kita telaah dan kita cermati lebih dalam,
ternyata sungguh benar, bahwa Tauhid adalah Kunci Utama yang akan menyebabkan kita
masuk  surga atau tidak. Mengapa demikian, berikut akan diberikan sedikit penjelasan, (diringkas
dari banyak penjelasan) mengapa Tauhid adalah Kunci Utama yang membuat seseorang masuk
surga atau tidak.
Ibn Abbas RA berkata, "Dikala Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengutus Mu'adz RA ke negeri
Yaman, Nabi SAW berpesan: "Wahai Mu'adz, engkau mendatangi kaum ahli kitab, maka
jadikanlah materi dakwah pertama-tama yang engkau sampaikan adalah agar mereka
mentauhidkan Allah ta'ala. Jika mereka telah sadar terhadap hal ini, beritahulah mereka bahwa
Allah mewajibkan lima shalat kepada mereka dalam sehari semalam. Jika mereka telah shalat,
beritahulah mereka bahwa Allah mewajibkan zakat harta mereka, yang diambil dari yang kaya,
dan diberikan kepada yang miskin, dan jika mereka telah mengikrarkan yang demikian, ambilah
harta mereka dan jagalah harta mereka yang kesemuanya harus dijaga kehormatannya.” (HR
Bukhari)
Dalam hadits diatas jelas-jelas diceritakan dari Ibnu Abbas RA bahwa Tugas Utama Mu’adz RA
pertama-tama kali adalah menyampaikan TAUHID, baru kemudian setelah mereka menyadari
betul, baru diikuti perintah lainnya.
Mengapa begitu? Karena TAUHID adalah Perintah Allah, dan Hak Allah dimana Allah tidak mau di
sekutukan dengan selain NYA, sebagaimana tercantum dalam hadits dibawah ini,
Mu'adz bin Jabal RA berkata,"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Wahai Mu'adz,
tahukah kamu hak Allah atas hamba?" "Allah dan rasul-Nya yang lebih tahu, " Jawab Mu'adz RA.
Nabi SAW bersabda lagi: "Yaitu agar mereka beribadah kepada-Nya dengan tidak menyekutukan-
Nya dengan sesuatu apapun. Tahukah engkau apa hak mereka atas Allah?" tanya Nabi
selanjutnya."Allah dan Rasul-Nya yang lebih lebih tahu." Jawab Mu'adz RA. Nabi SAW
bersabda:"Yaitu agar Dia tidak menyiksa mereka." (HR Bukhari)
Itulah sebabnya mengapa Qur’an diturunkan pertama tama membahas tentang TAUHID (Meng
esakan Allah). Selama 13 Tahun Qur’an diturunkan di Mekkah (dikenal dengan ayat-ayat
Makkiyyah) ditekankan tentang masalah TAUHID ini (Bisa dilihat salah satunya dalam Surah
Thuur, yang diturunkan pada periode di Mekkah)
Ayat-ayat Makkiyyah ini (Surah Makkiyyah) pada umumnya berisi tentang pemantapan atau
penguatan tauhid dan akidah yang lurus, khususnya yang berkaitan dengan tauhid uluhiyah dan
iman kepada hari kebangkitan, karena orang yang diajak bicaranya mayoritas mengingkari hal
tersebut.
Sesungguhnya hal ini (Tauhid) juga sangatlah perlu untuk ditekankan dalam berda’ wah maupun
ibadah sehari-hari. Kenapa demikian? Karena sesungguhnya dijaman yang modern dan hedonis
ini dimana segala sesuatunya diukur dengan banyaknya harta yang kita miliki, banyak para
manusia telah “bergeser akidah Tauhidnya”. Banyak manusia yang beragama Islam, namun
dalam praktek sehari-harinya masih tercampur dengan Syirik-syirik, baik Syirik besar (dengan
adanya upacara-upacara selamatan seperti yang ada di Yogyakarta, Solo, Cirebon dan lainnya)
maupun syirik kecil (mengagungkan sesuatu, seperti mengagungkan pekerjaan maupun harta/
uang, sehingga terbersit dalam hati/yakin dalam hati, bahwa rejeki itu dari perusahaan “A” atau
perusahaan “B”, bangga bekerja diperusahaan “A” atau perusahaan “B”)
Kita lupa bahwa sesungguhnya yang memberikan rezeki itu adalah ALLAH, sedangkan
perusahaan tempat kita bekerja adalah salah satu sarana datangnya rejeki (bukan sebab
adanya rejeki tsb). Sehingga bila kita harus “keluar” dari perusahaan tersebut, bukan berarti
Rezeki kita berhenti, karena rezeki itu sesungguhnya dari Allah, sebagaimana tertulis dalam
ayat Al Qur’an ,
Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?" Katakanlah:
"Allah", dan sesungguhnya kami atau kamu (orang- orang musyrik), pasti berada dalam
kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata. (Surah Saba’:24)
Sangatlah jelas, dalam ayat diatas, dikatakan bahwa yang member rejeki adalah ALLAH, namun
pada kenyataannya saat ini, bahwa banyak manusia “tergelincir” akidahnya dikarenakan
“ketergantungannya” kepada “pekerjaanya” sebagai anggapan tempat asalnya rejeki itu.
Sebenarnya apakah syirik kecil itu? Asy-Syaikh As-Sa’di rahimahullah juga menjelaskan, “Syirik
kecil adalah semua bentuk perkataan maupun perbuatan yang bisa mengantarkan kepada syirik
besar, seperti ghuluw (berlebih-lebihan dalam segala perkara) dalam mengagungkan makhluq
atau sesuatu yang tidak sampai beribadah kepadanya (Misalnya mengutamakan pekerjaan diatas
segala-galanya, hingga rela meninggalkan sholat dan sejenisnya), bersumpah dengan nama
selain Allah, riya’ yang ringan dan yang semisalnya.” (Al-Qoulus Sadid, hal. 24, lihat Al-Qoulul
Mufid ‘ala Kitabit Tauhid, Asy-Syaikh Al-‘Utsaimin rahimahullah, 1/139 )
Riya disebut syrik kecil karena hal itu tidak terlihat atau tersembunyi dan adanya dalam hati
orang itu. Maka dalam hal ini hanya orang itu yang tahu dan Allah yang Maha Tahu tentang
seseorang itu Riya atau tidak. Tapi pada hakikatnya menduakan Allah swt.
Dalam Hadits lain juga dijelaskan,
Aku adalah orang yang paling tidak membutuhkan sekutu, barangsiapa yang melakukan suatu
amal ibadah yang ia menyekutukan selain-ku bersama-Ku, niscaya Aku meninggalkannya dan
sekutunya."(HR Muslim  dari Abi Hurairah RA)
Telah menceritakan kepada kami Anas bin Malik RA bahwa Nabi Allah SAW (dalam satu
perjalanan), sedangkan Mu'adz bin Jabal RA dibonceng di atas kendaraan beliau, Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam lalu memanggil: "Wahai Mu'adz!" Mu'adz RA menyahut,"Aku penuhi
panggilanmu wahai Rasulullah". Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memanggil lagi: "Wahai
Mu'adz!" Aku menyahut lagi, "Aku penuhi panggilanmu wahai Rasulullah". Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam memanggil: "Wahai Mu'adz!" Aku menyahut lagi, "Aku penuhi panggilanmu
wahai Rasulullah." Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kemudian bersabda: "Barangsiapa yang
mengucap dua Kalimah Syahadat yaitu: tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan
bahwa Muhammad hamba dan utusan-Nya niscaya dia selamat dari api Neraka." Kemudian
Mu'adz RA berkata,"Bolehkah aku memberitahu perkara ini kepada manusia agar mereka
sebarkan berita gembira ini?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kalau (berbuat)
begitu, maka mereka akan bersandar dengannya." Lalu Mu'adz menyebarkan kabar tersebut
menjelang kematiannya khawatir menanggung salah (karena menyembunyikan hadits)." (HR
Muslim)
Sesungguhnya esensi dari Hadits diatas sangatlah dalam. Bahwa bila kita sudah meyakini
tentang ajaran TAUHID ini, maka kemudian kita pastinya akan menjalankan ke 4 rukun
selanjutnya (dalam rukun Islam, dimana rukun Islam yang pertama adalah tentang TAUHID)
Sangatlah tidak mungkin bila kita sudah meyakini bahwa ALLAH adalah satu-satunya zat yang
perlu kita sembah, namun kita tidak mau beribadah kepadaNYA sebagai tanda Syukur atas
pemberian NYA dan janji NYA akan surga kepada kita sesuai dengan hadits-hadits yang ada.
Oleh  karenanya, marilah kita Memurnikan TAUHID kita terlebih dahulu, dimana dijaman yang
“modern” ini, keyakinan kita sangatlah mudah tergeser dengan gemerlapnya kehidupan dunia,
yang akan bisa menyebabkan kita masuk kedalam neraka (atau bisa di cuci dosa kita dineraka
dikarenakan TAUHID kita tidak sempurna, yang lamanya 1 hari di neraka sama dengan 1000
tahun di dunia…Naudzubillah min dzalik)
Demikianlah, sebabnya mengapa TAUHID adalah KUNCI UTAMA yang menyebabkan kita masuk
surga.
Catatan :
Dari Ash Shunabihi dari Ubadah bin Ash Shamit bahwasanya dia berkata; Saya mengunjungi
Ubadah bin ash Shamit yang sedangkan berada di (ambang) kematian, aku pun menangis, maka
dia berkata; 'Tahan dulu perlahan, kenapa kamu menangis? Demi Allah, jika aku mati syahid,
niscaya aku bersaksi untukmu, dan jika aku diberi syafaat yang dikabulkan, niscaya aku
memberikan syafaat untukmu, dan jika aku mampu, niscaya aku memberikan manfaat untukmu'.
Kemudian dia berkata; 'Demi Allah, tidaklah ada hadits yang aku dengar dari Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam yang ada kebaikannya bagi kalian, melainkan aku telah
menceritakannya kepada kalian kecuali satu hadits, namun sekarang aku akan menceritakannya
kepada kalian, dan sungguh aku telah mendekati ajalku. Aku telah mendengar Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: \"Barangsiapa bersaksi bahwa tidak ada tuhan (yang
berhak disembah) selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah niscaya Allah
mengharamkan neraka atasnya.\" Dan dalam hadits bab tersebut juga diriwayatkan dari Abu
Bakar, Umar, Utsman, Ali, Thalhah, Jabir, Ibnu Umar, dan Zaid bin Khalid. Dia berkata; saya
mendengar Ibnu Abi Umar berkata, saya mendengar Ibnu Uyainah berkata, Muhammad bin
'Ajlan adalah seorang yang tsiqah terpercaya dalam hadits. Abu Isa berkata; 'Ini hadits hasan
shahih gharib dari jalur sanad ini. Sedangkan ash Shunabihi adalah Abdurrahman bin Usailah
Abu Abdullah, dan telah diriwayatkan dari az Zuhri bahwasanya dia ditanya tentang sabda Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam: \"Barangsiapa yang mengucapkan; 'Tidak ada tuhan (yang berhak
disembah) selain Allah' niscaya dia masuk surga.' Maka dia menjelaskan; 'Hadits ini adalah pada
awal Islam sebelum turunnya ibadah Fardhu, perintah dan larangan.' Abu Isa berkata; 'segi
pendalilan dari hadits ini menurut sebagian ahli ilmu bahwa ahli tauhid akan masuk surga,
walaupun mereka diadzab di neraka disebabkan dosa mereka, namun mereka tidak kekal di
neraka. Dan telah diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud, Abu Dzar, Imran bin Hushain, Jabir bin
Abdullah, Ibnu Abbas, Abu Sa'id al Khudri, dan Anas bin Malik dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam, bahwa beliau bersabda: \"Akan keluar sejumlah kaum dari manusia dari golongan ahli
tauhid, dan masuk surga.\" Demikianlah diriwayatkan dari Sa'id bin Jubair, Ibrahim an Nakha'i,
dan tidak hanya satu orang dari kalangan tabi'in dalam menafsirkan ayat ini; 'Orang-orang yang
kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi
orang-orang muslim.' (QS. 15: 2) ' Mereka memberikan penafsiran; 'Apabila ahli tauhid
dikeluarkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka berkeinginanlah orang-orang
kafir bahwa seandainya mereka dahulu menjadi orang-orang muslim'. (HR Muslim)
Wallahua’alam.

Published with Blogger-droid v2.0.4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar