Kamis, Februari 02, 2012

*Kesalahan dalam menjawab ucapan ‘jazakallah khairan*

Banyak orang yang sering mengucapkan “waiyyak (dan kepadamu juga)” atau

“waiyyakum (dan kepada kalian juga)” ketika telah dido’akan atau mendapat kebaikan

dari seseorang. Apakah ada sunnahnya mengucapkan seperti ini? Lalu bagaimanakah

ucapan yang sebenarnya ketika seseorang telah mendapat kebaikan dari orang lain

misalnya ucapan “jazakallah khair atau barakalahu fiikum”?

Berikut fatwa Ulama yang berkaitan dengan ucapan tersebut:

Asy Syaikh Muhammad ‘Umar Baazmool, pengajar di Universitas Ummul Quraa Mekah,

ditanya: Beberapa orang sering mengatakan “Amiin, waiyyaak” (yang artinya “Amiin, dan

kepadamu juga”) setelah seseorang mengucapkan “Jazakallahu khairan” (yang berarti

“semoga ALLAH membalas kebaikanmu”). Apakah merupakan suatu keharusan untuk

membalas dengan perkataan ini setiap saat?

Beliau menjawab:

Ada banyak riwayat dari sahabat dan dari Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam, dan ada

riwayat yang menjelaskan tindakan ulama. Dalam riwayat mereka yang mengatakan

“Jazakalahu khairan,” tidak ada yang menyebutkan bahwa mereka secara khusus

membalas dengan perkataan “wa iyyaakum.”

Karena ini, mereka yang berpegang pada perkataan “wa iyyaakum,” setelah doa apapun,

dan tidak berkata “Jazakallahu khairan,” mereka telah jatuh ke dalam suatu yang baru

yang telah ditambahkan (untuk agama).

Al-Allamah Asy-Syaikh Al-Muhaddits Abdul Muhsin Al-Abbad hafizhahullah Ta’ala ditanya:

apakah ada dalil bahwa ketika membalasnya dengan mengucapkan “wa iyyakum” (dan

kepadamu juga)?

Beliau menjawab:

“tidak ada dalilnya, sepantasnya dia juga mengatakan “jazakallahu khair” (semoga Allah

membalasmu kebaikan pula), yaitu dido’akan sebagaimana dia berdo’a, meskipun

perkataan seperti “wa iyyakum” sebagai athaf (mengikuti) ucapan “jazaakum” , yaitu

ucapan “wa iyyakum” bermakna “sebagaimana kami mendapat kebaikan, juga

kalian” ,namun jika dia mengatakan “jazakalallahu khair” dan menyebut do’a tersebut

secara nash, tidak diragukan lagi bahwa hal ini lebih utama dan lebih afdhal.”

Asy Syaikh Ahmad bin Yahya An Najmi ditanya: Apa hukumnya mengucapkan, “Syukran

(terimakasih)” bagi seseorang yang telah berbuat baik kepada kita?

Beliau menjawab:

Yang melakukan hal tersebut sudah meninggalkan perkara yang lebih utama, yaitu

mengatakan, “Jazaakallahu khairan (semoga ALLAH membalas kebaikanmu.” Dan pada

Allah-lah terdapat kemenangan.

Menjawab dengan “Wafiika barakallah”.

Apabila ada seseorang yang telah mengucapkan do’a “Barakallahu fiikum atau

Barakallahu fiika” kepada kita, maka kita menjawabnya: “Wafiika barakallah” (Semoga

Allah juga melimpahkan berkah kepadamu) (lihat Ibnu Sunni hal. 138, no. 278, lihat Al-

Waabilush Shayyib Ibnil Qayyim, hal. 304. Tahqiq Muhammad Uyun)

Menjawab dengan “jazakallahu khair”.

Ada satu hadits yang menjelaskan sunnahnya mengucapkan “jazakallahu khairan”, dari

Usamah bin Zaid radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam

bersabda:

“Barangsiapa yang diberikan satu perbuatan kebaikan kepadanya lalu dia membalasnya

dengan mengatakan : jazaakallahu khair (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan),

maka sungguh hal itu telah mencukupi dalam menyatakan rasa syukurnya.” (HR.At-

Tirmidzi (2035), An-Nasaai dalam Al-kubra (6/ 53), Al-Maqdisi dalam Al-mukhtarah:

4/1321 , Ibnu Hibban: 3413, Al-Bazzar dalam musnadnya:7/ 54. Hadits ini dishahihkan Al-

Albani dalam shahih Tirmidzi)

Ada beberapa ketentuan dalam mengucapkan jazakallah:

- jazakallahu khairan (engkau, lelaki)

- jazakillahu khairan (engkau, perempuan)

- jazakumullahu khairan (kamu sekalian)

- jazahumullahu khairan (mereka)

Fatwa ulama seputar ucapan “jazakallah”:

Al-Allamah Asy Syaikh Abdul Muhsin hafizhahullah ditanya:

sebagian ikhwan ada yang menambah pada ucapannya dengan mengatakan “jazakallah

khaeran wa zawwajaka bikran” (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan dan

menikahkanmu dengan seorang perawan), dan yang semisalnya. Bukankah tambahan ini

merupakan penambahan dari sabda Rasul shallallahu alaihi wasallam, dimana beliau

mengatakan “sungguh dia telah mencukupi dalam menyatakan rasa syukurnya.?

Beliau menjawab:

Tidak perlu (penambahan) doa seperti ini, sebab boleh jadi (orang yang didoakan) tidak

menginginkan do’ a yang disebut ini. Boleh jadi orang yang dido’akan dengan do’ a ini

tidak menghendakinya. Seseorang mendoakan kebaikan, dan setiap kebaikan sudah

mencakup dalam keumuman doa ini. Namun jika seseorang menyebutkan do’a ini,

bukan berarti bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melarang untuk menambah

dari do’ a tersebut. Namun beliau hanya mengabarkan bahwa ucapan ini telah

mencukupi dalam menyatakan rasa syukurnya. Namun seandainya jia dia mendoakan

dan berkata: “jazakallahu khaer wabarakallahu fiik wa ‘awwadhaka khaeran” (semoga

Allah membalas kebaikanmu dan senantiasa memberkahimu dan menggantimu dengan

kebaikan pula” maka hal ini tidak mengapa. Sebab Rasul Shallallahu alaihi wasallam tidak

melarang adanya tambahan do’a . Namun tambahan do’a yang mungkin saja tidak pada

tempatnya, boleh jadi yang dido’akan dengan do’a tersebut tidak menghendaki apa yang

disebut dalam do’a itu.

Al-Allamah Asy Syaikh Abdul Muhsin hafizhahullah ditanya:

Ada sebagian orang berkata: ada sebagian pula yang menambah tatkala berdo’a dengan

mengatakan : jazaakallahu alfa khaer” (semoga Allah membalasmu dengan seribu

kebaikan” ?

Beliau -hafidzahullah- menjawab:

“Demi Allah, kebaikan itu tidak ada batasnya, sedangkan kata seribu itu terbatas,

sementara kebaikan tidak ada batasnya. Ini seperti ungkapan sebagian orang “beribu-

ribu terima kasih”, seperti ungkapan mereka ini. Namun ungkapan yang disebutkan

dalam hadits ini bersifat umum.” (transkrip dari kaset: durus syarah sunan At-

Tirmidzi,oleh Al-Allamah Abdul Muhsin Al-Abbad hafidzahullah, kitab Al-Birr wa Ash-

Shilah, nomor hadits: 222)

Kesimpulan:

Ucapan “Waiyyak” secara harfiah artinya “dan kepadamu juga”. Ini adalah bentuk do’a

`yang walaupun ulama kita tidak menemukan itu sebagai sunnah. Dalam kasus

manapun, namun tidak ada ulama yang melarang berdo’a dengan selain ucapan

“Jazakumullah khairan” dengan syarat tidak boleh menganggapnya merupakan bagian

dari sunnah. Namun untuk lebih afdholnya kita ucapkan “jazakalla khair” , inilah

sunnahnya.

Ada satu kaidah ushul fiqih yang dengan ini mudah-mudahan kita bisa terhindar dari

bid’ ah dan kesalahan-kesalahan dalam beramal atau beribadah.

Al-Imam Al-Bukhari (dalam kitab Al-Ilmu) beliau berkata, “Ilmu itu sebelum berkata dan

beramal”. Perkataan ini merupakan kesimpulan yang beliau ambil dari firman Allah ta’ala

“Maka ilmuilah (ketahuilah)! Bahwasanya tiada sesembahan yang berhak disembah

selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu” (QS. Muhammad: 19).

Dari ayat yang mulia ini, Allah ta’ala memulai dengan ilmu sebelum seseorang

mengucapkan syahadat, padahal syahadat adalah perkara pertama yang dilakukan

seorang muslim ketika ia ingin menjadi seorang muslim, akan tetapi Allah mendahului

syahadat tersebut dengan ilmu, hendaknya kita berilmu dahulu sebelum mengucapkan

syahadat, kalau pada kalimat syahadat saja Allah berfirman seperti ini maka bagaimana

dengan amalan lainnya? Tentunya lebih pantas lagi kita berilmu baru kemudian

mengamalkannya. Kita tidak boleh asal ikut-ikutan orang lain tanpa dasar ilmu,

seseorang sebelum berbuat sesuatu harus mengetahui dengan benar dalil-dalilnya.

Muraja’:

- sunniforum.com/ forum/showthread .php?t= 3105

- darussalaf.or .id/stories .php?id=1520

- Hisnul Muslim, Syaikh Said bin Ali Al Qathani

Semoga bermanfaat, Wallahu ta’ala a’lam bissowab.

*Mengikuti Al-Qur’ an & Sunnah Rasulullah sesuai pemahaman salafus shalih*


Published with Blogger-droid v2.0.4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar