Sabtu, Januari 14, 2012

Sunan Ampel

Biografi Sunan Gresik - Biodata Maulana Malik
Ibrahim
Biografi
Sunan
Gresik - Biodata Maulana Malik Ibrahim
Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim
(w. 1419 M/882 H) adalah nama salah
seorang Walisongo, yang dianggap yang
pertama kali menyebarkan agama Islam di
tanah Jawa. Ia dimakamkan di desa Gapura,
kota Gresik, Jawa Timur.
Tidak terdapat bukti sejarah yang meyakinkan
mengenai asal keturunan Maulana Malik
Ibrahim, meskipun pada umumnya disepakati
bahwa ia bukanlah orang Jawa asli. Sebutan
Syekh Maghribi yang diberikan masyarakat kepadanya, kemungkinan
menisbatkan asal keturunannya dari Maghrib, atau Maroko di Afrika Utara.
Babad Tanah Jawi versi J.J. Meinsma menyebutnya dengan nama Makhdum
Ibrahim as-Samarqandy , yang mengikuti pengucapan lidah Jawa menjadi Syekh
Ibrahim Asmarakandi. Ia memperkirakan bahwa Maulana Malik Ibrahim lahir di
Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14.
Dalam keterangannya pada buku The History of Java mengenai asal mula dan
perkembangan kota Gresik, Raffles menyatakan bahwa menurut penuturan para
penulis lokal, “Mulana Ibrahim, seorang Pandita terkenal berasal dari Arabia,
keturunan dari Jenal Abidin, dan sepupu Raja Chermen (sebuah negara Sabrang),
telah menetap bersama para Mahomedans lainnya di Desa Leran di Jang’gala ”.
Namun demikian, kemungkinan pendapat yang terkuat adalah berdasarkan
pembacaan J.P . Moquette atas baris kelima tulisan pada prasasti makamnya di
desa Gapura Wetan, Gresik; yang mengindikasikan bahwa ia berasal dari Kashan,
suatu tempat di Iran sekarang.
Terdapat beberapa versi mengenai silsilah Maulana Malik Ibrahim. Ia pada
umumnya dianggap merupakan keturunan Rasulullah SAW; melalui jalur
keturunan Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad al-Baqir, Ja’far ash-
Shadiq, Ali al-Uraidhi, Muhammad al- Naqib, Isa ar- Rumi, Ahmad al-Muhajir ,
Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-Tsani , Ali Khali’
Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al- Faqih, Abdul Malik (Ahmad
Khan), Abdullah (al- Azhamat) Khan, Ahmad Syah Jalal, Jamaluddin Akbar al-
Husain (Maulana Akbar), dan Maulana Malik Ibrahim.
Maulana Malik Ibrahim dianggap termasuk salah seorang yang pertama-tama
menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, dan merupakan wali senior diantara
para Walisongo lainnya.
Beberapa versi babad menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa
orang. Daerah yang ditujunya pertama kali ialah desa Sembalo, sekarang adalah
daerah Leran, Kecamatan Manyar, yaitu 9 kilometer ke arah utara kota Gresik. Ia
lalu mulai menyiarkan agama Islam di tanah Jawa bagian timur, dengan
mendirikan mesjid pertama di desa Pasucinan, Manyar.
Pertama-tama yang dilakukannya ialah mendekati masyarakat melalui pergaulan.
Budi bahasa yang ramah-tamah senantiasa diperlihatkannya di dalam pergaulan
sehari-hari . Ia tidak menentang secara tajam agama dan kepercayaan hidup dari
penduduk asli, melainkan hanya memperlihatkan keindahan dan kabaikan yang
dibawa oleh agama Islam. Berkat keramah- tamahannya, banyak masyarakat
yang tertarik masuk ke dalam agama Islam.
Sebagaimana yang dilakukan para wali awal lainnya, aktivitas pertama yang
dilakukan Maulana Malik Ibrahim ialah berdagang. Ia berdagang di tempat
pelabuhan terbuka, yang sekarang dinamakan desa Roomo, Manyar.
Perdagangan membuatnya dapat berinteraksi dengan masyarakat banyak, selain
itu raja dan para bangsawan dapat pula turut serta dalam kegiatan perdagangan
tersebut sebagai pelaku jual-beli , pemilik kapal atau pemodal.
Setelah cukup mapan di masyarakat, Maulana Malik Ibrahim kemudian
melakukan kunjungan ke ibukota Majapahit di Trowulan. Raja Majapahit
meskipun tidak masuk Islam tetapi menerimanya dengan baik, bahkan
memberikannya sebidang tanah di pinggiran kota Gresik. Wilayah itulah yang
sekarang dikenal dengan nama desa Gapura. Cerita rakyat tersebut diduga
mengandung unsur- unsur kebenaran; mengingat menurut Groeneveldt pada
saat Maulana Malik Ibrahim hidup, di ibukota Majapahit telah banyak orang asing
termasuk dari Asia Barat.
Demikianlah, dalam rangka mempersiapkan kader untuk melanjutkan perjuangan
menegakkan ajaran- ajaran Islam, Maulana Malik Ibrahim membuka pesantren-
pesantren yang merupakan tempat mendidik pemuka agama Islam di masa
selanjutnya. Hingga saat ini makamnya masih diziarahi orang-orang yang
menghargai usahanya menyebarkan agama Islam berabad- abad yang silam.
Setiap malam Jumat Legi, masyarakat setempat ramai berkunjung untuk
berziarah.
Ritual ziarah tahunan atau haul juga diadakan setiap tanggal 12 Rabi’ul Awwal,
sesuai tanggal wafat pada prasasi makamnya. Pada acara haul biasa dilakukan
khataman Al-Quran , mauludan (pembacaan riwayat Nabi Muhammad), dan
dihidangkan makanan khas bubur harisah.
Menurut legenda rakyat, dikatakan bahwa Maulana Malik Ibrahim berasal dari
Persia. Maulana Malik Ibrahim Ibrahim dan Maulana Ishaq disebutkan sebagai
anak dari Maulana Jumadil Kubro, atau Syekh Jumadil Qubro. Maulana Ishaq
disebutkan menjadi ulama terkenal di Samudera Pasai, sekaligus ayah dari Raden
Paku atau Sunan Giri. Syekh Jumadil Qubro dan kedua anaknya bersama-sama
datang ke pulau Jawa. Setelah itu mereka berpisah; Syekh Jumadil Qubro tetap di
pulau Jawa, Maulana Malik Ibrahim ke Champa, Vietnam Selatan; dan adiknya
Maulana Ishak mengislamkan Samudera Pasai.
Maulana Malik Ibrahim disebutkan bermukim di Champa (dalam legenda disebut
sebagai negeri Chermain atau Cermin) selama tiga belas tahun. Ia menikahi putri
raja yang memberinya dua putra; yaitu Raden Rahmat atau Sunan Ampel dan
Sayid Ali Murtadha atau Raden Santri. Setelah cukup menjalankan misi dakwah di
negeri itu, ia hijrah ke pulau Jawa dan meninggalkan keluarganya. Setelah
dewasa, kedua anaknya mengikuti jejaknya menyebarkan agama Islam di pulau
Jawa.
Maulana Malik Ibrahim dalam cerita rakyat terkadang juga disebut dengan nama
Kakek Bantal. Ia mengajarkan cara- cara baru bercocok tanam. Ia merangkul
masyarakat bawah, dan berhasil dalam misinya mencari tempat di hati
masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang
saudara.
Selain itu, ia juga sering mengobati masyarakat sekitar tanpa biaya. Sebagai tabib,
diceritakan bahwa ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal
dari Champa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat istrinya.
Setelah selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di
Leran, tahun 1419 Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat di desa
Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur. Saat ini, jalan yang menuju ke makam
tersebut diberi nama Jalan Malik Ibrahim.

Published with Blogger-droid v2.0.3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar