Rabu, Januari 11, 2012

Makna Lagu Jawa Yang Berjudul Lir- Lir

Ilir-ilir
Ilir-ilir, Ilir-ilir, tandure wus sumilir
Tak ijo royo-royo, tak sengguh temanten anyar
Cah angon, cah angon, penekna blimbing kuwi
Lunyu-lunyu penekna kanggo mbasuh dodotira
Dodotira, dodotira kumitir bedah ing pingggir
Dondomana, jlumatana, kanggo seba mengko sore
Mumpung gedhe rembulane, mumpung jembar kalangane
Ya suraka, surak hiya
Bagi masyarakat Jawa tembang ini bukan sekedar tembang
dolanan biasa. Terkandung makna mendalam dalam tembang
sederhana ini. Tidak ada yang tahu pasti siapa yang menciptakan
tembang ini. Karena tembang ini sudah ada sejak ratusan tahun
silam. Dilihat dari kedekatan Sunan Kalijaga dengan budaya Jawa
dan fakta bahwa beliaulah pencipta beberapa kesenian Jawa yang
digunakan sebagai media syiar agama Islam, sebagian besar
masyarakat Jawa berpendapat bahwa Sunan Kalijaga-lah yang
merupakan pencipta tembang ini. Berikut makna yang terkandung
dalam tembang tersebut :
Ilir-ilir, Ilir-ilir, tandure wus sumilir
(Bangunlah, bangunlah, tanamannya telah bersemi.)
Kanjeng Sunan mengingatkan agar masyarakat Islam segera
bangun dan beraktivitas. Saatnya telah tiba, bagaikan tanaman
yang telah siap dipanen, demikian pula rakyat di Jawa saat itu
(setelah kejatuhan Majapahit) telah siap menerima petunjuk dan
ajaran Islam dari para wali.
Tak ijo royo-royo, tak sengguh temanten anyar
(Warna hijau yang menyejukkan, bagaikan sepasang pengantin
baru)
Hijau adalah warna kejayaan Islam, dan agama Islam disini
digambarkan bagai pengantin baru yang menarik hati siapapun
yang melihatnya dan membawa ketentraman bagi orang-orang
sekitarnya.
Cah angon, cah angon, penekna blimbing kuwi
(Anak gembala, tolong panjatkan pohon belimbing itu.)
Gembala disini adalah para pemimpin. Belimbing adalah buah
bersegi lima, yang merupakan simbol lima rukun islam dan sholat
lima waktu. Para pemimpin diperintahkan oleh Sunan Kalijaga
untuk menjadi suri tauladan bagi rakyatnya dengan menjalankan
ajaran Islam secara benar. Yaitu dengan menjalankan lima rukun
Islam dan sholat lima waktu.
Lunyu-lunyu penekna kanggo mbasuh dodotira
(Meskipun licin, tolong memanjatnya, untuk mencuci kain
dodotmu.)
Dodot, sejenis kain kebesaran orang Jawa yang hanya digunakan
pada upacara atau saat-saat penting. Buah belimbing pada jaman
dahulu, karena kandungan asamnya sering digunakan sebagai
pencuci kain, terutama untuk merawat kain batik supaya tetap
awet. Dengan kalimat ini Sunan Kalijaga memerintahkan
masyarakat Islam untuk tetap senantiasa melaksanakan lima
rukun Islam dan mendirikan sholat lima waktu walaupun banyak
rintangannya (licin jalannya). Semuanya itu diperlukan untuk
menjaga kehidupan beragama mereka. Karena menurut orang
Jawa, agama itu seperti pakaian bagi jiwanya. Walaupun bukan
sembarang pakaian biasa.
Dodotira, dodotira kumitir bedah ing pingggir
(Kain dodotmu, telah rusak dan robek di bagian pinggir)
Kemerosotan moral telah menyebabkan banyak orang
meninggalkan ajaran agama mereka sehingga kehidupan beragama
mereka digambarkan seperti pakaian yang telah rusak dan robek.
Dondomana, jlumatana, kanggo seba mengko sore
(Jahitlah, tisiklah untuk menghadap nanti sore)
Seba artinya menghadap orang yang berkuasa (raja/gusti), oleh
karena itu disebut ‘paseban’ yaitu tempat menghadap raja. Di sini
Sunan Kalijaga memerintahkan agar orang Jawa memperbaiki
kehidupan beragama yang telah rusak tadi dengan cara
menjalankan ajaran agama Islam secara benar, untuk bekal
menghadap Allah SWT di hari nanti.
Mumpung gedhe rembulane, mumpung jembar kalangane
(Selagi rembulan masih purnama, selagi tempat masih luas dan
lapang).
Selagi masih banyak waktu, selagi masih diberi kesempatan,
perbaikilah kehidupan beragamamu.
Ya suraka, surak hiya
(Bersoraklah, berteriak-lah HIYA)
Pada saatnya nanti, panggilan dari Yang Maha Kuasa sampai,
sewajarnyalah bagi mereka yang telah menjalankan kehidupan
beragama-nya dengan baik untuk menjawabnya dengan gembira.
Demikianlah petunjuk dari Sunan Kalijaga beberapa abad yang
silam, yang sampai saat ini pun masih tetap terasa relevansinya.
Semoga petunjuk dari salah seorang Waliyullah ini membuat kita
semakin tafakur dan tawadu dalam menjalankan ibadah kita
dalam kehidupan sehari-hari. Amin.
Published with Blogger-droid v2.0.3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar