Sabtu, Januari 14, 2012

Biografi Sunan Bonang - Wali Songo

Biografi Sunan Bonang - Wali Songo
Biografi Sunan
Bonang
Sunan Bonang adalah anak Sunan Ampel, yang berarti
juga cucu Maulana Malik Ibrahim. Nama kecilnya
adalah Raden Makdum Ibrahim. Lahir diperkirakan
1465 M dari seorang perempuan bernama Nyi Ageng
Manila, puteri seorang adipati di Tuban. Sunan Bonang
belajar agama dari pesantren ayahnya di Ampel Denta.
Setelah cukup dewasa, ia berkelana untuk berdakwah di
berbagai pelosok Pulau Jawa. Mula- mula ia berdakwah
di Kediri,
yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu. Di
sana ia mendirikan Masjid Sangkal Daha.
Sunan Bonang kemudian menetap di Bonang -desa kecil di Lasem, Jawa Tengah
-sekitar 15 kilometer timur kota Rembang. Di desa itu ia membangun tempat
pesujudan/zawiyah sekaligus pesantren yang kini dikenal dengan nama Watu
Layar. Ia kemudian dikenal pula sebagai imam resmi pertama Kesultanan Demak,
dan bahkan sempat menjadi panglima tertinggi. Meskipun demikian, Sunan
Bonang tak pernah menghentikan kebiasaannya untuk berkelana ke daerah-
daerah yang sangat sulit.
Ia acap berkunjung ke daerah- daerah terpencil di Tuban, Pati, Madura maupun
Pulau Bawean. Di Pulau inilah, pada 1525 M ia meninggal. Jenazahnya
dimakamkan di Tuban, di sebelah barat Masjid Agung, setelah sempat
diperebutkan oleh masyarakat Bawean dan Tuban.
Tak seperti Sunan Giri yang lugas dalam fikih, ajaran Sunan Bonang memadukan
ajaran ahlussunnah bergaya tasawuf dan garis salaf ortodoks. Ia menguasai ilmu
fikih, usuludin, tasawuf, seni, sastra dan arsitektur. Masyarakat juga mengenal
Sunan Bonang sebagai seorang yang piawai mencari sumber air di tempat-
tempat gersang.
Ajaran Sunan Bonang berintikan pada filsafat 'cinta'('isyq ). Sangat mirip dengan
kecenderungan Jalalludin Rumi. Menurut Bonang, cinta sama dengan iman,
pengetahuan intuitif (makrifat) dan kepatuhan kepada Allah SWT atau haq al
yaqqin. Ajaran tersebut disampaikannya secara populer melalui media kesenian
yang disukai masyarakat. Dalam hal ini, Sunan Bonang bahu-membahu dengan
murid utamanya, Sunan Kalijaga.
Sunan Bonang banyak melahirkan karya sastra berupa suluk, atau tembang
tamsil. Salah satunya adalah "Suluk Wijil" yang tampak dipengaruhi kitab Al
Shidiq karya Abu Sa'id Al Khayr (wafat pada 899). Suluknya banyak menggunakan
tamsil cermin, bangau atau burung laut. Sebuah pendekatan yang juga
digunakan oleh Ibnu Arabi, Fariduddin Attar, Rumi serta Hamzah Fansuri.
Sunan Bonang juga menggubah gamelan Jawa yang saat itu kental dengan
estetika Hindu, dengan memberi nuansa baru. Dialah yang menjadi kreator
gamelan Jawa seperti sekarang, dengan menambahkan instrumen bonang.
Gubahannya ketika itu memiliki nuansa dzikir yang mendorong kecintaan pada
kehidupan transedental (alam malakut). Tembang "Tombo Ati" adalah salah satu
karya Sunan Bonang.
Dalam pentas pewayangan, Sunan Bonang adalah dalang yang piawai membius
penontonnya. Kegemarannya adalah menggubah lakon dan memasukkan tafsir-
tafsir khas Islam. Kisah perseteruan Pandawa-Kurawa
Published with Blogger-droid v2.0.3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar