Jumat, Januari 20, 2012

Diluaskan dan Disempitkan Rizki

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita
Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Risalah berikut akan sedikit berbicara tentang masalah rizki. Nasehat ini pun tidak
perlu jauh-jauh ditujukan pada orang lain. Sebenarnya yang lebih pantas adalah
nasehat ini ditujukan pada diri kami sendiri supaya selalu bisa ridho dengan
takdir ilahi dalam hal rizki.
Ayat yang patut direnungkan adalah firman Allah Ta’ala ,
ُﻥﺎَﺴْﻧِﺈْﻟﺍ ﺎَّﻣَﺄَﻓ ﺍَﺫِﺇ ﺎَﻣ ُﻪُّﺑَﺭ ُﻩﺎَﻠَﺘْﺑﺍ ُﻪَﻣَﺮْﻛَﺄَﻓ ُﻪَﻤَّﻌَﻧَﻭ ِﻦَﻣَﺮْﻛَﺃ ﻲِّﺑَﺭ ُﻝﻮُﻘَﻴَﻓ (15) ﺍَﺫِﺇ ﺎَّﻣَﺃَﻭ ﺎَﻣ َﺭَﺪَﻘَﻓ ُﻩﺎَﻠَﺘْﺑﺍ
ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻪَﻗْﺯِﺭ ﻲِّﺑَﺭ ُﻝﻮُﻘَﻴَﻓ ِﻦَﻧﺎَﻫَﺃ 16) )
“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu Dia dimuliakan-Nya dan
diberi-Nya kesenangan, Maka Dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”.
Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya Maka Dia berkata:
“Tuhanku menghinakanku “. (QS. Al Fajr: 15- 16)
Penjelasan Para Ulama
Ath Thobari rahimahullah menjelaskan, “Adapun manusia ketika ia diuji oleh
Rabbnya dengan diberi nikmat dan kekayaan, yaitu dimuliakan dengan harta dan
kemuliaan serta diberi nikmat yang melimpah, ia pun katakan, “Allah benar-
benar telah memuliakanku.” Ia pun bergembira dan senang, lantas ia katakan,
“Rabbku telah memuliakanku dengan karunia ini.”
Kemudian Ath Thobari rahimahullah menjelaskan, “Adapun manusia jika ia
ditimpa musibah oleh Rabbnya dengan disempitkan rizki, yaitu rizkinya tidak
begitu banyak, maka ia pun katakan bahwa Rabbnya telah menghinakan atau
merendahkannya. Sehingga ia pun tidak bersyukur atas karunia yang Allah
berikan berupa keselamatan anggota badan dan rizki berupa nikmat sehat pada
jasadnya.”
Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan ayat di atas, “Dalam ayat tersebut, Allah
Ta’ala mengingkari orang yang keliru dalam memahami maksud Allah meluaskan
rizki. Allah sebenarnya menjadikan hal itu sebagai ujian. Namun dia menyangka
dengan luasnya rizki tersebut, itu berarti Allah memuliakannya. Sungguh tidak
demikian, sebenarnya itu hanyalah ujian. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
ﺎَﻤَّﻧَﺃ َﻥﻮُﺒَﺴْﺤَﻳَﺃ ْﻢُﻫُّﺪِﻤُﻧ ِﻪِﺑ ْﻦِﻣ ٍﻝﺎَﻣ َﻦﻴِﻨَﺑَﻭ ُﻉِﺭﺎَﺴُﻧ ْﻢُﻬَﻟ ﻲِﻓ ِﺕﺍَﺮْﻴَﺨْﻟﺍ ﻞَﺑ ﻻ َﻥﻭُﺮُﻌْﺸَﻳ
“Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada
mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan- kebaikan
kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.” (QS. Al Mu’minun :
55- 56)
Sebaliknya, jika Allah menyempitkan rizki, ia merasa bahwa Allah
menghinangkannya. Sebenarnya tidaklah sebagaimana yang ia sangka. Tidaklah
seperti itu sama sekali. Allah memberi rizki itu bisa jadi pada orang yang Dia
cintai atau pada yang tidak Dia cintai. Begitu pula Allah menyempitkan rizki pada
pada orang yang Dia cintai atau pun tidak. Sebenarnya yang jadi patokan ketika
seseorang dilapangkan dan disempitkan rizki adalah dilihat dari ketaatannya pada
Allah dalam dua keadaan tersebut. Jika ia adalah seorang yang berkecukupan,
lantas ia bersyukur pada Allah dengan nikmat tersebut, maka inilah yang benar.
Begitu pula ketika ia serba kekurangan, ia pun bersabar.”
Antara Mukmin dan Kafir
Sifat yang disebutkan dalam surat ini (Al Fajr ayat 15- 16) adalah sifat orang kafir.
Maka sudah patut untuk dijauhi oleh seorang muslim.
Al Qurthubi rahimahullah mengatakan, “Sifat yang disebutkan dalam (Al Fajr ayat
15- 16) adalah sifat orang kafir yang tidak beriman pada hari berbangkit.
Sesungguhnya kemuliaan yang dianggap orang kafir adalah dilihat pada banyak
atau sedikitnya harta. Sedangkan orang muslim, kemuliaan menurutnya adalah
dilihat pada ketaatan pada Allah dan bagaimana ia menggunakan segala nikmat
untuk tujuan akhirat. Jika Allah memberi rizki baginya di dunia, ia pun memuji
Allah dan bersyukur pada- Nya.”
Syukuri dan Bersabar
Pahamilah! Tidak perlu merasa iri hati dengan rizki orang lain. Kita dilapangkan
rizki, itu adalah ujian. Kita disempitkan rizki, itu pula ujian. Dilapangkan rizki agar
kita diuji apakah termasuk orang yang bersyukur atau tidak. Disempitkan rizki
agar kita diuji termasuk orang yang bersabar ataukah tidak. Maka tergantung kita
dalam menyikapi rizki yang Allah berikan. Tidak perlu bersedih jika memang kita
tidak ditakdirkan mendapatkan rizki sebagaimana saudara kita. Allah tentu saja
mengetahui manakah yang terbaik bagi hamba- Nya. Cobalah pula kita
perhatikan bahwa rizki dan nikmat bukanlah pada harta saja. Kesehatan badan,
nikmat waktu senggang, bahkan yang terbesar dari itu yaitu nikmat hidayah Islam
dan Iman, itu pun termasuk nikmat yang patut disyukuri. Semoga bisa jadi
renungan berharga.
Ya Allah, karuniakanlah pada kami sebagai orang yang pandai besyukur dan
bersabar pada- Mu dalam segala keadaan, susah maupun senang.
Sungguh nikmat diberikan taufik untuk merenungkan Al Qur’ an.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.

Published with Blogger-droid v2.0.3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar