Minggu, Januari 08, 2012

Sholat Jama’ (Jamak) dan Qashar

Yang dimaksud dengan sholat jama’ adalah menggabungkan 2 sholat dalam 1
waktu. Sebagai contoh menggabungkan sholat Dhuhur dan Ashar, serta sholat
Maghrib dan Isya.
Dalil yang digunakan adalah:
1) Dari Muadz bin Jabal bahwa Rasululloh SAW apabila beliau melakukan
perjalanan sebelum matahari condong (masuk waktu sholat zuhur), maka beliau
mengakhirkan sholat zuhur kemudian menjamaknya dengan sholat ashar pada
waktu ashar, dan apabila beliau melakukan perjalanan sesudah matahari
condong, beliau menjamak sholat zuhur dan ashar (pada waktu zuhur) baru
kemudian beliau berangkat. Dan apabila beliau melakukan perjalanan sebelum
magrib maka beliau mengakhirkan sholat magrib dan menjamaknya dengan
sholat isya, dan jika beliau berangkat sesudah masuk waktu magrib,maka beliau
menyegerakan sholat isya dan menjamaknya dengan sholat magrib. (Hadits
Riwayat Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi).
2) Rasululloh SAW menjamak sholat magrib dan isya pada malam yang hujan.
Dalil lainnya yaitu salah satu perbuatan sahabat, dari Nafi’: bahwa Abdulloh Ibnu
Umar sholat bersama para umara (pemimpin) apabila para umara tersebut
menjamak sholat magrib dan isya pada waktu hujan. (HR Bukhori)
3) Rasululloh SAW menjamak antara sholat zuhur dan ashar dan antara sholat
magrib dan Isya bukan karena rasa takut dan hujan. (HR Muslim)
4) Adalah Rasululloh SAW dalam peperangan Tabuk, apabila hendak berangkat
sebelum tergelincir matahari, maka beliau mengakhirkan Dzuhur hingga beliau
mengumpulkannya dengan Ashar, lalu beliau melakukan dua shalat itu sekalian.
Dan apabila beliau hendak berangkat setelah tergelincir matahari, maka beliau
menyegerakan Ashar bersama Dzuhur dan melakukan shalat Dzuhur dan Ashar
sekalian. Kemudian beliau berjalan. Dan apabila beliau hendak berangkat
sebelum Maghrib maka beliau mengakhirkan Maghrib sehingga mengerjakan
bersama Isya’, dan apabila beliau berangkat setelah Maghrib maka beliau
menyegerakan Isya’ dan melakukan shalat Isya’ bersama Maghrib“. (HR Tirmidzi)
5) Dari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata, ‘Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjama antara Zhuhur dan Ashar jika
berada dalam perjalanan, juga menjama antara Maghrib dan Isya. (HR Bukhari)
Ada beberapa syarat melakukan sholat jama’ , yaitu:
1. Bepergian jauh dan tujuannya bukan untuk bermaksiat.
2. Apabila melakukan sholat berjama’ ah, maka imamnya harus musafir juga.
3. Karena sedang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan berat yang betul-betul sulit
ditinggalkan. Misalnya seorang dokter yang mesti melakukan operasi.
Ada 2 jenis sholat jama’ , yakni:
1. Jama’ Taqdim (ada juga yg menuliskan ta’dim, takdim, dst)
Jama’ taqdim adalah ‘menarik’ lebih awal waktu sholat. Jadi, apabila kita hendak
bepergian yg kira2 cukup jauh di waktu Dhuhur, usai sholat Dhuhur kita lanjutkan
dengan sholat Ashar. Hal yang sama berlaku untuk sholat Isya’, yang dilakukan di
saat Magrib.
Yang tidak diperbolehkan dijama’ taqdim adalah Dhuhur di waktu Subuh,
ataupun Magrib di waktu Ashar. Selain itu tidak boleh menjama’ Ashar dg sholat
Jum’at (di hari Jum’at) .
Untuk melaksanakan sholat jama’ taqdim, maka ada hal- hal yg mesti
diperhatikan:
a. Kerjakan dulu sholat Dhuhur baru Ashar (atau Magrib dulu baru Isya).
b. Niat jama’ dilakukan saat hendak sholat Dhuhur atau Magrib. Dengan
demikian, tidak sah jika niat jama’ dilakukan saat sholat Ashar atau Isya.
c. Dilakukan ‘menyambung’ , dalam artian, tidak melakukan sholat sunnah setelah
sholat Dhuhur atau Magrib.
2. Jama’ Takhir (ada juga yg menulis ta’hir, taqhir, dst)
Jama’ takhir kebalikan dari poin 1. Dengan demikian, kita ‘mengulur’ sholat di
waktu berikutnya. Berdasarkan poin 1, maka kita bisa simpulkan bahwa jama’
takhir itu berarti sholat Dhuhur & Ashar di waktu Ashar, dan sholat Maghrib &
Isya di waktu Isya.
Hal yg tidak diperbolehkan adalah Isya di saat Subuh dan Ashar di saat Maghrib.
Untuk melaksanakan sholat jama’ takhir, maka ada hal-hal yg mesti diperhatikan:
a. Niat jama’ tetap dilakukan di saat sholat Dhuhur atau Magrib.
b. Kita masih berada dalam perjalanan pada saat Ashar atau Isya.
Khusus untuk sholat jama’ takhir, kita mesti mendahulukan waktu sholat yg
terakhir. Sebagai contoh, jika kita jama’ takhir Dhuhur dan Ashar, maka kita
sholat Ashar dahulu barulah sholat Dhuhur.
Tata cara sholat jama’ sama dengan sholat biasa.
Sementara itu, yang dimaksud dengan sholat qashar adalah menyingkat sholat.
Sholat yang bisa disingkat hanya sholat dengan jumlah raka’at 4, yakni Dhuhur,
Ashar, dan Isya. Sementara Magrib, terlebih lagi Subuh, tidak bisa disingkat.
Dalil-dalilnya :
1) “Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu
mengqashar shalatmu jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya
orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu”. (An Nisa 101).
2) “Saya telah bertanya kepada Anas tentang mengqashar shalat. Jawabnya:
Rasululloh SAW apabila ia berjalan jauh 3 mil atau 33 farskah (25,92 km), maka
beliau shalat dua rakaat” (Ahmad, Muslim, dan Abu Dawud dari Yahya bin Mazid
r.a)
3) “Telah berkata Ibnu Abbas: Rasululloh SAW pernah sembahyang jama’ antara
Dhuhur dan Ashar, dan antara Maghrib dan Isya, bukan diwaktu ketakutan dan
bukan di dalam pelayaran (safa) . Lantas ada orang bertanya kepada Ibnu Abbas:
mengapa Nabi SAW berbuat begitu? Ia menjawab: Nabi SAW berbuat bgitu
karena tidak mau memberatkan seorangpun daripada umatnya”. (HR Imam
Muslim)
4) Dari Muhammad bin Ja’far : ” Telah bercerita kepadaku Syu’bah, dari Yahya
bin Yazid Al-Hanna’ i yang menuturkan : “Aku bertanya kepada Anas bin Malik
tentang mengqashar shalat. Sedangkan aku pergi ke Kufah maka aku shalat dua
raka’at hingga aku kembali. Kemudian Anas berkata : “Artinya : Adalah Rasululloh
SAW manakala keluar sejauh tiga mil atau tiga farskah (Syu’ bah ragu), dia
mengqashar shalat. (Dalam suatu riwayat) : Dia shalat dua rakaat”. (HR Imam
Ahmad (3/ 129) dan Al-Baihaqi (2/ 146).
5) Dari Ya’la bin Umayyah bahwasanya dia bertanya kepada Umar ibnul
Kaththab –radhiallahu anhu tentang ayat ini seraya berkata: “Jika kamu takut di
serang orang-orang kafir”, padahal manusia telah aman ?!”. Sahabat Umar –
radhiallahu anhu menjawab: “Aku sempat heran seperti keherananmu itu lalu
akupun bertanya kepada Rasululloh SAW tentang hal itu dan beliau menjawab:
“(Qashar itu) adalah sedekah dari ALLOH SWT kepadamu, maka terimahlah
sedekah ALLOH SWT tersebut.” (HR. Muslim, Abu Dawud)
Untuk melakukan sholat Qashar, maka kita mesti berniat untuk sholat Qashar.
Karena disingkat menjadi 2 raka’at , maka perlakuannya serupa dengan sholat
Shubuh.
Selain itu ada juga syarat-syarat yang mesti diperhatikan:
1. Orang yang melakukan qashar = musafir.
2. Seseorang dikatakan musafir jika menempuh lebih kurang 88 km (atau lebih).
Di hadits lain disebutkan bahwa Rasululloh SAW jika bepergian lebih dari 15 km,
beliau juga melakukan qashar, seperti hadits berikut, “Dari Yahya bin Yazid al-
Hana?i berkata, saya bertanya pada Anas bin Malik tentang jarak shalat Qashar.
Anas menjawab: “Adalah Rasululloh SAW jika keluar menempuh jarak 3 mil atau
3 farsakh beliau shalat dua rakaat.” (HR Muslim)
Pertanyaannya, apakah boleh kita menggabungkan jama’ dan qashar?
Di dalam bukunya, As-Shalah (hal 181) , Prof.Dr. Abdullah Ath-Thayyar
menyatakan bahwa Rasululloh SAW pernah melakukan gabungan jama’ dan
qashar sekaligus. Pendapat ini juga merupakan fatwa para ulama termasuk
syaikh Abdul Aziz bin Baz.

Semoga bermanfaat

(artikel ini dikutip dari http:// tausyiah275. blogsome.com dan
http://shop.dzikrclothing.com/islam-inside/42-sholat-jama-jamak-dan-qashar
Published with Blogger-droid v2.0.2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar