Minggu, Januari 29, 2012

Kisah Keluarnya Adam-Hawa dari Surga


Kisah Keluarnya Adam-Hawa dari Surga
fg_1600_003
Masuknya Iblis ke dalam sorga untuk memperdaya adam.
            Setelah Adam dinobatkan sebagai khalifah, beliau kemudian tinggal dalam sorga Janatul Firdaus bersama istrinya Hawa. Adam berpikir bahwa seluruh pintu sorga begitu kokohnya; tidak mungkin dapat dimasuki oleh Iblis. Di samping itu, katanya dalam hati, bahwa apa kesalahannya terhadap Iblis, lagi pula Iblis sangat jauh dengan dirinya yang berada di bumi, dan Adam as. di sorga.
Iblis senantiasa mencari jalan ingin memperdayakan Adam a.s., hingga membinasakannya. Iblis mulai mencari kesempatan untuk menyesatkannya. Iblis pun pergi dari bumi lapis pertama, menuju sorga yang melalui tujuh lapis langit.
Singkat cerita, iblis telah tiba di depan pintu sorga. Dengan sabar ia menanti terbukanya pintu itu. Tiba-tiba datang ke dekat pintu sorga seekor burung merak. Merak melihat ke luar melalui celah-celah dinding sorga, karena didengarnya ada suara tangisan di sana.
"Siapa engkau ini?" tanya merak.
"Aku ini seorang malaikat di antara para malaikat yang banyak. Dan aku sangat ingin bertemu dengan engkau," jawab Iblis.
"Mengapa engkau duduk di sini. Apa dayamu hendak bertemu dengan aku ini?" tanya merak lagi.
"Marilah engkau berdiri di pintu sorga ini, agar diajari padamu suatu do’a. Dan adalah do’a yang hendak kuajarkan ini tiga hal khasiatnya akan dianugerahkan oleh Allah Ta’ala kepada siapapun yang mengamalkannya. Pertama, muda selama-lamanya; kedua, tidak mati selama-lamanya; dan ketiga, ia tidak akan keluar sorga selama-lamanya," ujar Iblis.
"Aku tidak dapat membuka sorga, pintu sorga ini dikunci oleh Malaikat selama Adam di dalam sorga," tandas merak.
“Bicarakan juga olehmu mengenai (caranya) membuka pintu sorga," kata Iblis lagi.
Kemudian burung merak itu berlalu untuk memberitahukan kepada penghuni sorga yang lain mengenai kejadian yang telah dialaminya itu. Kebetulan makhluk pertama yang ditemuinya adalah ular. Setelah diberitahu, ular pun segera menghampiri ke dekat pantu sorga. Ternyata di luar, Iblis tengah menangis, maka ular pun menengokkan kepalanya ke luar melalui celah-celah dinding.
Melihat ada yang memperhatikan tingkah Iblis, ia pun bicara, "Hai ular, pelajarilah olehmu apa-apa yang berasal dari aku (berupa) do’a ini, agar engkau terhindar dari bahaya kejahatan, serta aku minta janji darimu untuk membawaku ke dalam sorga ini."
Ular menegaskan, "Aku tidak dapat membuka pintu sorga ini selama Adam berada di dalamnya, karena sorga ini dikunci oleh Malaikat, dan kuncinya berada pada dia."
"Aku tidak bisa menjejakkan kakiku (ke dalam) sorga, melainkan (hanya) pada pintu sorga ini. Tetapi bukalah mulutmu supaya aku dapat masuk ke dalam mulutmu," kata Iblis.
Gumam ular dalam hatinya, "la tidak akan dapat masuk ke dalam mulutku."
Ular pun akhirnya mau mengangakan mulutnya. Iblis segera melompat masuk ke dalam mulut ular. Iblis meminta kepada ular, "Hai ular, bawalah aku olehmu ke pohon khuldi itu."
Setelah sampai di tujuan, Iblis segera ke luar, dan duduk di pohon itu. Untuk menarik perhatian penghuni sorga, ia menangis dengan kerasnya. Terkejutlah para penghuni sorga yang mendengar suara tangisan tersebut. Disebabkan tidak pernah ada sebelumnya yang menangis di dalam sorga. Para Bidadari yang mendengarnya segera mendekati ke arah suara tangisan. Hawa, dari kejauhan melihat para Bidadari tengah berkerumun, ia pun mendekati mereka, seraya berkata, "Ada apa dengan kaiian berkerumun seperti ini?"
Sahut bidadari’itu, "Pada ular ini terdapat seseorang di dalam mulutnya. Siapakah ia, tidak ada seorang pun dari kami yang mengetahui."
Mengetahui ada Hawa di depannya, Iblis memalingkan wajahnya ke arah Hawa.
Hawa bertanya kepada Iblis, "Hai Orang Tua, siapa Engkau, dan dari mana datangmu, dan apa yang Engkau tangiskan itu?"
Jawab Iblis, "Hai Orang Muda, sesungguhnya aku ini (berasal) dari malaikat, dan yang aku tangiskan itu karena engkau akan dikeluarkan oleh Allah Ta’ala dari dalam sorga ini. Jika engkau hendak kekal di dalam sorga ini, makanlah olehmu buah pohon ini, niscaya tidaklah engkau akan keluar lagi di dalam sorga ini selama-lamanya." Lanjutnya, "Aku yang menunjukkan tempat pohon itu. Makanlah olehmu buahnya. Sesungguhnya jika engkau makan itu, niscaya kekallah engkau di dalam sorga ini. Tidaklah engkau ke luar dari dalamnya."
Tegas Hawa, "Aku dilarang oleh Allah Ta’ala dan memakan buah pohon itu. Bagaimana engkau ini, menyuruh aku untuk memakan buah pohon itu?"
"Ketahuilah olehmu bahwa itulah hikmah Allah hendak mengeluarkan engkau ke dunia lagi Engkau akan dijadikan tua oleh-Nya, jadi buruklah rupamu. Jika kau makan buah pohon itu, tidaklah engkau (akan) merasakan kejahatan lagi," bujuk Iblis mulai berupaya menyesatkan bangsa manusia. Seraya bersumpah dengan nama Allah dan beberapa sumpah yang besar-besar.
Hawa mulai luntur keyakinannya terhadap perintah Allah untuk tidak memakan buah khuldi. la mulai berpikir bahwa orang ini telah bersumpah dengan nama Allah Ta’ala yang Maha besar, tentunya karena ingin menunjukkan jalan kebaikan kepadanya. Dan dia (iblis) bersumpah kepada keduanya,
Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua". (Q.S. 7:21)
Akhirnya, Hawa pun berhasil dibujuk oleh iblis. Diambilnya tiga buah pohon khuldi yang dilarang itu. Satu telah dimakannya, sedangkan sisanya akan diberikan kepada suaminya, Adam a.s.
Tatkala diberikan kepada Adam as., ia pun bertanya: "Buah apa ini"
Sahut Hawa, "Inilah buah dari pohon yang dilarang oleh Allah Ta’ala itu. Tuan hamba, makanlah satu (saja). Hamba makan sebuah"
Adam bertanya lagi, "Bagaimana rasanya buah ini?"
"Amat baik cita rasanya," jawab Hawa.
"Aku tidak mau memakannya," ujar Nabi Adam a.s..
“Hamba sudah makan itu. Mengapa Tuan hamba tidak mau memakannya," bujuk Hawa.
"Karena aku sudah bersetia dengan Tuhanku, tidak boleh, bahwa aku dilarang memakan buah pohon itu, maka tidaklah aku mau mengabaikan perintah Tuhanku," tegas Nabi Adam a.s.
Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat. (Q.S. 20:115)
Hawa mencari akal agar Nabi Adam a.s. dapat memakan buah khuldi. Dicobanya satu cara yang dianggapnya bakal berhasil, yaitu dengan memberi khamar’ kepada Nabi Adam a.s.. Setelah diminum oleh Adam a.s., membuatnya menjadi lupa terhadap janji setianya kepada Tuhan mengenai larangan memakan buah khuldi. Hatinya pun tertutup. Mulailah diambil buah khuldi itu dari tangan Hawa. Adam a.s pun memakannya. Namun, baru saja sampai di kerongkongannya, maka terlepaslah mahkota yang dikenakan di kepalanya; jatuh, lalu terbang. Selurun perhiasan Adam dan Hawa pun tiba-tiba terlepas dan tubuh keduanya, lenyap tidak berbekas. Kursi kebesaran adam yang terbuat dari emas dengan bertahtahkan ratna-mutumanikam pun lenyap Lalu tubuh mereka kini tanpa busana sama sekali.
Maka keduanya memakan dari buah pohon itu. lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) sorga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. (Q.S. 20:121)
Lalu keduanya berlari-lari melihat kepada satu pohon yang akarnya terbuat dari zamrud, dan seluruh cabangnya dari emas, dedaunannya terbuat dari sundusin dan astabraqin. Adam pun berdo’a, "Ya Tuhanku, baik sekali pohon ini, indah nian rupanya. Kau anugerahkanlah kiranya kepada hamba-Mu ini."
Namun Allah SWT belum memperkenankan permintaannya itu. Lalu Adam mencari pohon lagi. Kali ini ia menjumpai sebuah pohon yang bernama Al-Jabbar. Namun, pada saat akan mengambil daunnya, si pohon tersebut tiba-tiba meninggikan dirinya. Ada lagi pohon yang bernama Ud. Adam meminta kepada pohon itu dedaunannya. Pohon Ud pun memberikan sebagian dedaunannya. Namun, terdengar suara: "Hai pohon-Ku, Ud, pertolonganmu itu akan sia-sia, karena yang kau tolong itu (telah) mengabaikan perintah-Ku."
Pohon Ud pun meninggikan dirinya. Sedangkan Adam dan Hawa berlari-lari di dalam sorga karena sangat kalutnya Ketika Adam dan isterinya tengah berlari-lari ketakutan, terdengar suara menyahutnya, "Hai Adam."
Namun Adam tidak menanggapinya. Dua kali lagi sahutan suara itu muncul.Lalu Jibril menyeru kepada Adam, "Hai Adam. Tuhanmu memberi firman kepadamu. Mengapa engkau tidak menyahut."
Lalu muncul lagi suara lain: "Larilah engkau dari-Ku."
Adam memelas sedih, "Malu sekali hamba ke hadirat-Mu, ya Tuhanku."
Allah berfirman, "Adam. tidakkah sudah Kutegaskan padamu bahwa jangan kau makan buah dari pohon itu. Tidakkah Kuajari kepadamu bahwa Iblis itu musuhmu yang nyata. Maka Adam berucap lirih:
Keduanya berkata, "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi" (Q.S. 7:23)
Adam dan Hawa Diturunkan ke Bumi
Allah SWT kemudian memerintahkan kepada Jibril untuk mengeluarkan Adam dan isterinya, merak, ular, dan Iblis yang masih berada di dalam sorga ke dunia
Mengetahui akan dikeluarkan dari sorga, Adam berdiri dan menyeru-nyeru sambil menangis, karena akan berpisah dengan tempat yang dicintainya itu. Namun apa mau dikata, takdir berbicara lain. Inilah awal dari perjalanan kehidupan manusia selanjutnya yang sangat berliku-liku dan begitu ragam corak dan dinamikanya hingga datang hari kiamat kelak. Sejarah kehidupannya menjadi pelajaran bagi anak cucunya. Kini ia dan 
isterinya akan diturunkan ke muka bumi. Pada mulanya pun, di bumi akan diangkat sebagai khalifah pengganti Iblis adalah Adam. Namun tentunya, pada mulanya Tuhan berkehendak prosesnya tersebut sesuai dengan harapan-Nya. Namun, sejarah berbicara lain: Adam ‘dipaksa’ segera menempati bumi, karena kekhilafannya sendiri. Jika Adam tidak memakan buah khuldi, mungkin saja proses turunnya ke dunia tidak akan secepat itu, dan tragedi perpisahan yang sangat lama mungkin tidak akan terjadi.
Sebagai kenang-kenangan dari sorga, ia mengambil sepenggal kayu sebagai tongkat – yang konon, tongkat ini nantinya akan menceritakan sangat banyak mukjizatnya tersendiri. Berjalanlah mereka keluar dari sorga. Adam paling depan, menyusul Hawa, kemudian merak serta ular di belakangnya, dan terakhir adalah Iblis. Adam diturunkan di Sarandeep (India). Hawa di Jeddah, merak di laut, ular di Isafahan, dan iblis di Basrah (Irak).
Dengan diturunkannya ke bumi, Adam selalu menangis, karena penyesalannya telah melanggar perintah Allah SWT. Konon, sampai dua ratus tahun atau tiga ratus tahun lamanya ia menangis. Seraya mengucapkan do’a pengampunan:
‘Robbanaa zolamnaa an fuusanaa wa Ham taghfirlaanaa wo tarhamnaa lankkuunanna mi nal khoosiriin’.
Begitu banyak air matanya yang mengalir, terbentuklah menjadi aliran-aliran sungai. Dan tebing-tebing sungai itu terbentuk pula kurma, delima, gahru, ababar, cendana, kayu, dan qarnafal. Seekor binatang yang bernama Tha’irun-nassar melihat Adam menangis, ia ikut pula menangis. Binatang-binatang lain yang mengetahuinya ikut pula menangis. Sementara itu, Hawa pun sama pula menangis. Dari air matanya, jadilah celak dan hinai. Sedangkan yang mengalir ke laut menjadi mutiara yang nantinya menjadi perhiasan.
Hingga pada satu hari, Jibril datang kepada Nabi Adam a.s., dan berkata: "Hai Nabi Allah Adam, hajja qobla minal maut, naik hajilah engkau terlebih dahulu sebelum mati."
Begitu mendengar kata mati, Nabi Adam as. bergetar ketakutan. "Ke mana jalanku Jibril?" tanya Nabi Adam.
"Ka’bah Allah Ta’ala” jawab Jibril
Menerima perintah itu, Nabi Adam a.s. pun berangkat menunaikan ibadah haji. Konon, wilayah yang menjadi tempat pemberhentian Nabi Adam a.s., kelak akan menjadi negeri yang makmur.
Berapa waktu lamanya Adam a.s. mengadakan perjalanan. Akhirnya, sampai juga di Baitul Makmur. Di sana Adam a.s. berjumpa dengan banyak Malaikat. Mereka berkata kepada Adam as., "Ya Nabi Allah, Adam, dua ribu tahun tahun lamanya kami Thawaf pada Baitul Makmur ini."
Datang pula ke Padang Arafah, lalu ke Jabal Rahmah. Di sini dia duduk seraya melihat ke arah Padang Arafah. Dari kejauhan terlihat ada seseorang yang tengah berjalan ke arahnya. Semakin dekat wajahnya semakin dikenal. Ternyata yang dilihatnya adalah Hawa, isterirya. Digandengnya Hawa ke sampingnya. Keduanya pun menangis haru, takut terhadap Allah SWT, dan sedih telah meninggalkan sorga. Para Malaikat di langit yang menyaksikan kejadian tensebut, turut pula menangis haru.
Allah SWT pun berkenan menyingkapkan hijab dari penglihatan Nabi Adam a.s. untuk melihat ‘Arsy Allah. Di tiang ‘Arsy itu Nabi Adam a.s melihat tentera kalimat "Laa ilaha illallaah Muhammadan rasuulullah."
Sembah Nabi Adam a.s., "Ya Tuhanku, demi kemuliaan nama-Mu yang tersurat pada tiang ‘Arsy itu, hamba bertobat kepada Mu, dan bukakan pintu tobat kepada hamba-Mu ini."
Firman Allah SWT turun melalui Jibril, "Ya Adam, telah diperkenankan oleh Tuhanmu terhadap tobatmu itu. Hai Adam, jika tatkala engkau di dalam sorga itu minta syafaat kepada yang empunya nama itu, niscaya tidaklah engkau akan dikeluarkan dari dalam sorga. Ketika dikerjakan oleh mereka amal saleh, maka mereka itu Kumasukkan ke dalam sorga. Dan barangsiapa tidak percaya terhadap Aku, dan rasul-Ku, di samping itu menyembah kepada selain Aku, maka sesungguhnya akan Kumasukkan dia ke dalam neraka. Hai Adam, tidakkah dahulu telah Kularang terhadap engkau bahwa hendaklah jangan kau dekati pohon khuldi itu, dan hendaklah kau ambil Iblis itu sebagai musuh bagi kamu berdua? Namun, kamu tidak ikut terhadap perkataan-Ku, maka jadilah engkau sekarang bersama-sama dengan dia di dalam dunia ini.
"Hai Adam. tidaklah Aku akan mencegah seseorang tatkala ia berbuat durhaka kepada-Ku, karena telah Kularang kepada dia sebelumnya. Hai Adam, sekarang pun Kuingatkan engkau, jangan diperdayakan oleh iblis sebagaimana halnya diperdayakannya engkau tatkala ada di dalam sorga, dan lagi akan diperdayakannya anak cucumu seperti diperdayakannya engkau."
Bergetar ketakutan Nabi Adam a. s. dan Hawa mendengar firman Allah SWT tersebut. Bersujudlah mereka ke hadirat Allah SWT seraya menangis. Menghiba-hiba, "Ya Tuhanku, Engkau juga Tuhan yang Maha Pengampun terhadap dosa kami, dan mengasihi kami maka peliharalah oleh-Mu kami dari bencana Iblis alayhi laknat itu Dan jauhkanlah kami darinya"
Lalu Allah SWT memanggil Malaikat-Nya. yaitu Hajarul Aswad, "Mana Hajarul Aswad?"
Mendapat panggilan itu, Hajarul Aswad pun datang bersembah kepada Allah SWT. “Pergilah engkau berjanji setia dengan Adam ke bumi, tuliskan olehmu seluruh janji-Ku dan janji Adam dan anak cucunya," perintah Allah SWT.
Hajarul Aswad pun turun ke bumi. Dituliskanlah seluruh anak cucu Adam yang kemungkinan akan mengisi sorga dan neraka. Setelah selesai, surat itu diperintahkan oleh Allah SWT kepada malaikat-Nya untuk dimasukkan ke dalam mulut Hajarul Aswad.
Selanjutnya, Hajarul Aswad dikehendaki oleh. Allah SWT menjadi batu. Pada awalnya batu itu berwarna putih. Oleh karena proses alamiah (seperti terkena hujan dan panas matahari), maka beberapa lama kemudian batu itu berubah warna menjadi berwarna hitam. Kelak, di hari akhirat, Hajarul Aswad akan kembali menjadi malaikat, dan memberitahukan apa yang ada di tulisannya itu.
Ruh-ruh Anak Cucu Nabi Adam
Nabi Adam a.s. kemudian melaksanakan tertib ibadah selanjutnya. Ketika ia berada di dekat Ka’bah, Jibril mendekatinya. Jibril mendapat perintah dari Allah SWT untuk membawa Adam a.s. ke satu sungai. Dahulu dinamakan dengan sungai Na’mal. Sesuai dengan perintah Allah SWT, Jibril menyapukan tanah dari dasar sungai itu ke bagian belakang tubuh Nabi Adam a.s. Adam a.s. pun penasaran ingin bertanya, "Hai Jibril, hikmah apakah ini?"
Jawab Jibril, "itulah anak cucumu yang akan dijadikan oleh Allah Ta’ala."
Setelah proses itu, mata Nabi Adam as. dibukakan hijabnya. Dilihatnya ruh yang begitu banyak. Memenuhi angkasa di atas Nabi Adam a.s.
"Hai Jibril, apa yang datang begitu sangat banyaknya" tanya Adam as.
"Itulah ruh seluruh anak cucumu," jawab Jibril.
"Jika demikian banyaknya anak cucu hamba, di manakah tempatnya di dalam dunia ini?" tanya Adam a.s. Lagi.
"Hikmah Tuhanmu yang Mahakuasa terhadap ciptaan-Nya. Hai Adam, sebagian diciptakan-Nya, sebagian lagi di dalam rahim ibunya, dan sebagian lagi di sulbi bapaknya. Dan mereka yang telah ada sebelumnya sebagian dimatikan," jelas Jibril.
Firman Allah SWT: "Sebagian Kuciptakan anak cucu Adam, dan sebagian lagi tersebar pada tulang belakang Adam, dan sebagian pada rahim Hawa, dan sebagian lagi terhampar di dalam bumi."
"Anak cucuku ini kulihat bermacam-matam perilakunya, sebagian Is­lam, sebagian kafir, sebagian mukmin, sebagian perusak, sebagian bahagia, sebagian sengsara, sebagian kaya, dan sebagian miskin," ujar Nabi Adam a.s.
"Hai Adam, "firman Allah SWT, "lihatlah olehmu anak cucumu yang kaya itu, tidaklah ia mengatakan anugerah-Ku, dan yang miskin itu, tidaklah sabar dan syukur terhadap-Ku."
Kemudian Allah SWT memerintahkan kepada seluruh arwah tersebut bershaf-shaf, teratur dari Masyrik hingga ke Maghnb. Berkat hikmah Allah, mereka yang berada pada shaf sebelah kanan itulah orang-orang beriman, sedangkan yang di sebelah kirinya adalah mereka yang munafiq dan zandiq, dan sombong. Mereka yang di hadapan Adam a s. itu adalah para nabi dan wali. Sedangkan yang di bagian belakang Adam a.s. adalah orang-orang kafir dan musyrik.
Allah SWT berfirman: "Alastu bi Rabbikum, (bukankah Aku Tuhan kamu)?"
Arwah-arwah itu pun berkata, "Bahwasanya Engkaulah Tuhan kami".
Firman-Nya lagi, "Sujudlah kamu sekalian pada Tuhan kamu yang menciptakan kamu itu!"
Maka shaf yang di sebelah kanan Nabi Adam itu seluruhnya sujud. Sedangkan yang di sebelah kirinya tidak mau sujud. Datanglah firman Allah SWT lagi, "Sujudlah kamu sekalian sekali lagi!"
Maka shaf yang sebelah kanan sepertiganya tidak mau sujud, dan dua pertiganya masih tetap sujud. Dan yang di sebelah kiri Adam a.s. itu dua pertiga bagian merendahkan dirinya, lalu, akhirnya mau sujud.
Mereka yang kali pertama bersedia bersujud, kemudian menjadi tidak mau bersujud, itulah mereka yang pada awalnya memeluk Islam, kemudian di hari kematiannya telah menjadi kafir. Adapun mereka yang tidak bersujud pada kali pertama, dan kemudian akhirnya bersedia bersujud, mereka adalah orang yang pada awalnya kafir, namun akhir hidupnya telah menjadi muslim. Sedangkan mereka yang pada awalnya sujud, kemudian bersujud lagi, mereka adalah orang yang pada awalnya beragama Islam dan akhir hayatnya masih tetap beragama Islam. Dan arwah-arwah yang tidak sujud sekalipun, merekalah yang selama hidupnya tetap dalam kekafiran.
"Ya Adam, seluruh (ruh) yang berada di sebelah kanan itu adalah umat Islam yang akan mengisi sorga, dan seluruh (ruh) yang berada di sebelah kiri itulah yang akan mengisi neraka. Hai Adam, bahwasanya tidak ada artinya terhadap Ku kebaktian mereka itu, dan tidak ada artinya terhadap-Ku segala kedurhakaan mereka itu." tegas Allah SWT.
Mendengar firman tersebut, menangislah Nabi Adam a.s., seraya berucap, "Ya Tuhanku, tidakkah Kau jadikan mereka seluruhnya juga satu beragama Islam, dan seluruhnya menyembah Engkau."
"Hai Adam, oleh karena itulah, Kuciptakan mereka itu. Barangsiapa yang percaya terhadap segala tanda (kebesaran)-Ku, dan rasul-Ku, serta Ismail dan Ishak pun tahu terhadap anaknya Ya’qub menjadi nabi, dan Ya’qub pun tahu terhadap anaknya Yusuf menjadi nabi, dan Yusuf pun tahu terhadap Musa menjadi nabi, dan Musa pun tahu terhadap saudaranya Harun menjadi nabi, dan Harun pun tahu Daud menjadi nabi, dan Daud pun tahu terhadap Sulaiman yang menjadi nabi, dan Sulaiman pun tahu terhadap Yunus menjadi nabi, dan Yunus pun tahu terhadap Zakariya menjadi nabi, dan Zakariya pun tahu terhadap Ayub menjadi nabi, dan Ayub pun tahu terhadap Yahya menjadi nabi, dan Yahya pun tahu terhadap Isa menjadi nabi, dan Isa pun tahu terhadap Muhammad SAW menjadi nabi serta rasul, dan beliaulah akhir dari segala nabi"
Bahwasanya telah diketahui oleh para nabi itu mengenai siapa lagi yang menjadi nabi setelahnya.
Mendengar begitu banyaknya anak cucu Nabi Adam as. yang akan masuk neraka, hati Nabi Adam as. sangatlah berduka. Sebagai tempat tinggalnya, Allah SWT memerintahkan kepada Adam a.s. dan isterinya ke Sarandeep. Di tempat ini, Jibril datang kepada mereka dengan membawa tujuh keping besi Dengan besi inilah akan banyak memberi manfaat kepada manusia. Masing-masing besi itu memiliki manfaatnya tersendiri: Pertama, besi untuk memukul besi lagi; kedua, linggis besi; ketiga, gurdi besi; keempat, beliung besi; kelima, cangkul besi; keenam, sepit besi: dan ketujuh, perkakas besi. Lalu Adam a.s. menanyakan mengenai kegunaan besi-besi tersebut, dan dengan apa ia memasak makanannya.
"Akan dianugerahkan lagi oleh Tuhanmu untukmu api," jelas Jibril.
Jibril lalu diperintahkan oleh Allah SWT pergi ke dalam neraka untuk mengambil sepercik dari bunga apinya, dan diberikannya kepada Adam as. Nabi Adam a.s. mengambil api tersebut langsung dengan tangannya, tentunya dia kepanasan, dan secara reflek api dilepaskannya. Api pun terjatuh ke tanah, namun terus jatuh ke lapisan bumi yang terdalam hingga ke lapisan ketujuh, dan kembali lagi ke neraka. Diambillah lagi oleh Jibril untuk diberikan kepada Adam a.s.. Namun, ketika akan diambil, api terlepas lagi dan kembali jatuh seperti tadi, dan akhirnya ke neraka kembali.
Allah SWT melihat kejadian tersebut segera berfirman kepada Jibril. "Hai Jibril, katakan kepada Adam, hendaknya diambil olehnya batu dengan besi, lalu palu keduanya, niscaya akan terpeciklah api dari keduanya. Atau kayu dengan kayu, jika digesek keduanya, niscaya terperciklah api dari keduanya."
Kini Adam a.s. dapat menyalakan api. Namun, ia masih penasaran mengenai kejadian yang tadi, ia pun bertanya kepada Jibril, "Ya Jibril, api yang dahulu itu tidak dapat hamba pegang. Namun terhadap api ini hamba dapat mendekatinya."
Jibril menyahut, "Ya Adam, bahwa api yang dahulu itu (berasal) dari api neraka. Maka yang ini pun merupakan pancaran dari api neraka juga Tatkala api itu terlepas dari tangan Tuan, lalu la kembali lagi ke tempatnya, tidak singgah pada tempat yang lain juga. Maka, dari uapnya itu meresap pada seluruh batu dan kayu."
Nabi Adam a.s. diajarkan oleh Jibril menempa besi. Diberikannya pula seekor lembu kepada Adam a.s., namanya adalah ‘Ainul baqara, agar dapat membawakannya air. Maka ujar Jibril, "Hai Adam, buatlah huma, dan tanamlah pohon gandum itu untuk makanan diri supaya jadi manfaat segala yang diperintahkannya itu. Dan tanamlah benih kapas, maka buahnya itu dapat dibuatkan pakaian untuk menutupi diri." Nabi Adam a.s. pun mengerjakan apa yang diajarkan oleh Jibril.
Setelah lama menetap di Sarandeep, Nabi Adam a.s. dikarunia dua orang anak kembar pada kelahiran pertama isterinya. Anak laki-laki, bernama Abdullah, dan yang perempuan bernama Ummatillah. Kelahiran kedua, berjumlah dua orang juga Anak laki laki bernama Abdurrahmaan dan anak perempuannya bernama Ummaturrahmaan. Kemudian Hawa melahirkan dua puluh kali. Pada masa itu, seorang wanita begitu mudah melahirkan, dan cukup lambat kematiannya. Umur dari mereka waktu itu rata-rata seribu tahunan.
Pada satu waktu Nabi Adam sekembalinya perjalanan jauh, ia tidak melihat anak Nabi Adam yang lainnya, Habiel, di antara putera-puterinya yang sedang berkumpul. Bertanyalah ia kepada Qabiel, kembarannya, "Di manakah Habiel berada? Aku tidak melihatnya sejak aku pulang."
Qabiel menjawab: "Entah, aku tidak tahu dia ke mana! Aku bukan hamba Habiel yang harus mengikutinya ke mana saja ia pergi."
Melihat sikap yang angkuh dan jawaban yang kasar dari Qabiel, Adam dapat menerka bahwa telah terjadi sesuatu atas diri Habiel, puteranya yang soleh, bertakwa dan berbakti terhadap kedua orang tuanya itu. Pada akhirnya terbukti bahwa Habiel telah mati dibunuh oleh Qabiel sewaktu ditinggalkannya.
Menghadapi musibah itu, Nabi Adam hanya berpasrah kepada Allah menerimanya sebagai takdir dan kehendak-Nya seraya mohon dikaruniai kesabaran dan keteguhan iman baginya dan kesadaran bertaubat dan beristighfar bagi puteranya. Al-Quran mengisahkan cerita kedua putera Nabi Adam ini dalam surah "Al-Maaidah’ ayat 27 hingga ayat 32.
"Menyaksikan kejadian pembunuhan itu, sedihlah Nabi Adam a.s. dan Hawa. Allah berfirman kepada Adam, "Hai Adam, janganlah kamu berduka cita Aku akan menganugerahi kepada kamu seorang anak laki-laki yang serupa dengan Habil itu, dialah nyawa para nabi." Anak yang dimaksud itu adalah Syis.
Pada waktu berumur 950 tahun, wafatlah Nabi Adam pada hari Jum’at sore. Isterinya, Hawa, belum mengetahui perihal kematian suaminya tersebut. Disebabkan oleh adanya gerhana matahari saat itu. Begitu sangat sedihnya Hawa, ketika diketahui bahwa suaminya telah meninggal dunia. Selama empat puluh hari lamanya beliau berada di samping kuburan Nabi Adam a.s., hingga ia jatuh sakit. Tidak lama setelah itu, Hawa wafat menghadap ke Rahmatullah. Sebagai pengganti kekhalifahan, Allah mengangkat Nabi Syis.
Diriwayatkan bahwa anak cucu Adam yang ditinggalkan saat wafatnya adalah berjumlah 40.000 orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar