Sabtu, Januari 07, 2012

R.Ng Ronggowarsito

R. Ng. Ronggowarsito


Pada hari Senin Legi tanggal 10 Zulkaidah tahun Jawa 1728 atau tanggal 15
Maret 1802 Masehi kurang lebih jam 12.00 siang lahirlah seorang bayi dirumah
kakek yang bernama R. Ng. Yosodipuro I, seorang Pujangga Keraton yang
terkenal dijamannya. Bayi yang baru lahir itu diberi nama Bagus Burham. Sejak
umur 2 tahun sampai 12 tahun Bagus Burham ikut kakeknya.Ayahnya bernama
R. Tumenggung Sastronegoro yang mengharapkan anaknya dikelak kemudian
hari menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan negaranya. Maka oleh sang
ayah, Bagus Burham dikirim ketempat pendidikan yang memungkinkan dapat
mendidik anaknya lebih baik dari dirinya sendiri.Waktu itu pondok Pesantren di
kawasan Ponorogo yang dipimpin oleh Kyai Imam Besari terkanal sampai dipusat
Kerajaan Surakarta. Kesanalah Bagus Burham dikirim untuk mendapatkan
tambahan ilmu lahir batin serta keagamaan. Pondok Tegalsari yang dipimpin
Kyai Imam Besari ini mempunyai murid yang banyak dan memiliki kepandaian
yang pilih tanding.
Bagus Burham berangkat ke Pesantren Tegalsari disertai embannya yang
bernama Ki Tanujoyo. Ditempat yang baru itu Bagus Burham sangat malas.
Ditambah lagi lebih suka menjalankan maksiat dari pada mengaji. Berjudi adalah
merupakan pekerjaannya setiap hari. Juga pekerjaan maksiat yang lainnya. Adu
ayam termasuk kesukaan yang tidak perbah diluangkan. Dari pada mengaji hari-
harinya dihabiskan dimeja- meja judi dari satu desa ke desa lainnya. Sehingga
terkenallah Bagus Burham bukan sebagai santri yang soleh tetapi sebagai penjudi
ulung dikalangan orang-orang di daerah Ponorogo. Dasar seorang anak
Tumenggung, uang banyak dan biasanya dimanja oleh orang tua atau kakeknya.
Karena kegemarannya bermain judi, adu ayam dan perbuatan-perbuatan maksiat
yang lain Bagus Burham banyak berkenalan dengan warok-warok Ponorogo yang
satu kegemaran. Perbuatan putra Tumenggung ini sangat merepotkan hari Kyai
Imam Besari. Diharapkan seorang putra priyayi keraton ini akan memberi suri
teladan bagi murid-murid (santri- santri) yang lein tetapi ternyata
sebaliknya.Seringkali Bagus Burham mendapat teguran dan marah dari Kyai
Besari. Namun hal itu tidak merubah sifatnya. Dia tetap penjudi, tetap
penyabung ayam, tetap gemar pada tindakan- tindakan yang menjurus ke
maksiat. Karena merasa bosan setiap hari mendapat dampratan dari gurunya
maka Bagus Burham perni meninggalkan pondok Tegalsari diikuti oleh Ki
Tanujoyo.
(Versi lain mengatakan bahwa kepergian Bagus Burham karena KyaiImam Besari
merasa jengkel akan ulah Bagus Burham. Kemudian pimpinan pondok Tegalsari
itu memanggil abdi kinasih Ki Tanujoyo dan menseyogyakan Bagus Burham tidak
usah belajar mengaji di pondok Tegalsari ).
Meninggalkan pondok Tegalsari Bagus Burham tidak mau pulang ke Solo.
Dengan diiring oleh oleh abdinya yang bernama Ki Tanujoyo. Bagus Burham
bertualang sampai di Madiun. Ditempat itu uang sakunya habis. Ki Tanujoyo
kemudian berdagang barang loakan. Sedangkan Bagus Burham tetap pada
kegemarannya semula. Betapa bingungnya Raden Tumenggung Sastronegoro
tatkala mendapat laporan Kyai Imam Besari bahwa puteranya pergi dari
Tegalsari. Kemudian dipanggillah di Josono agar mencari Bagus Burham sampai
ketemu. Bila ketemu agar diajal kembali ke Tegalsari. Kyai Imam Besari kembali
dari Keraton Solo mendapat laporan dari penduduk Tegalsari bahwa sekarang
daerah Tegalsari tidak aman. Banyak pencuri serta tanaman diserang hama. Kyai
Imam Besari memohon petunjuak dari Tuhan. Mendapatkan ilham bahwa
keadaan daerahnya akan kembali aman damai apabila Bagus Burham kembali ke
Tegalsari lagi. Oleh karena itu Kyai Imam Besari segera mengutus ki Kromoleyo
agar supaya berangkat mencari kemana gerangan perginya Bagus Burham. Bagi
Ki Kromoleyo bukan pekerjaan yang sulit mencari Bagus Burham. Sebab dia tahu
kehidupun macam apa yang digemari Bagus Burham. Tempat judi, tempat adu
ayam. Itulah sasaran Ki Kromoleyo. Pada penjudi dan pengadu ayam ditanyakan
apakah kenal dengan pemuda yang bernama Bagus Burham. Orangnya tampan.
Jejak Bagus Burham akhirnya terbau juga. Ki Kromoleyo dapat menemukan
Bagus Burham dan mengajak kembali ke Tegalsari. Namun Bagus Burham tidak
mau. Karena bujukan Ki Josono utusan orang tuanya yang kebetulan juga sudah
menemukan tempat Bagus Burham maka kembalilah Bagus Burham ke
Tegalsari. Kyai Imam Besari menghadapi Bagus Burham dengan cari lain. Sebab
ternyata sekembalinya dari petualangannya Bagus Burham bukan semakin rajin
mengaji tetapi semakin boglok dan bodoh. Tampaknya. Menghadapi murid yang
demikian Kyai yang sudah berpengalaman itu lalu mengambil jalan lain. Bagus
Burham tidak langsung tidak langsung diajar mengaji seperti santri- santri yang
lain. Dia bukan keturunang orang biasa tetapi masuk memiliki darah satriya.
Maka tidak mengherankan kalau dia juga memiliki/mewarisi sifat-sifat
leluhurnya. Gemar sekali kepada hal-hal yang memperlihatkan kejantanan seperti
adu ayam dan lain sebagainya.
Menurut serat "CANDRA KANTHA" buatan Raden Ngabehi Tjondropradoto antara
lain menyebutkan bahwa : Raden Patah berputera R. Tejo ( Pangeran Pamekas).
Pangeran Pamekas berputra Panembahan Tejowulan di Jogorogo. Panembahan
Tejowulan berputra Tumenggung Sujonoputro seorang pujangga keraton Pajang.
Kemudian Raden Tumenggung Sujonoputro berputra Tumenggung Tirtowiguno.
Sedangkan Tumenggung Tirtowiguno ini mempunyai putra R. Ng. Yosodipuro I
pujangga keraton Surakarta. Kemudian sang pujangga berputra R. Ng.
Yosodipuro II (Raden Tumenggung Sastronegoro) ayah dari Bagus Burham. (Dari
sumber lain menyebutkan bahwa R. Tumenggung Sastronegoro bukan ayah
Bagus Burham tetapi kakeknya. Ayahnya bernama Mas Ngebehi Ronggowarsito
Panewu Carik Kadipaten Anom). Dari silsilah tersebut diketahui bahwa Bagus
Burham masih ada keturunan darah raja. Darah bangsawan yang biasanya sangat
suka adu jago tetapi gemar melakukan tapa brata. Kesinilah Imam Kyai Besari
mengarahkan. Disamping diberi pelajaran mengaji seperti murid yang lain maka
Bagus Burham juga disuruh melakukan " tapa kungkum ". Dari sini terbukalah hati
Bagus Burham. Dikeheningan malam, dengen gemriciknya suara air, diatasnya
bintang-bintang berkelap- kelip seolah- oleh menyadarkan Bagus Burham yang
usianya juga sudah semakin dewasa itu.
Setelah menjalani tapa kungkum selama 40 hari lamanya maka Bagus Burham
tumbuh menjadi anak yang pandai. Kyai Imam Besari tersenyum lega melihat
perkembangan anak asuhnya yang paling bengal itu. Terapinya kena sekali.
Padahal terapi itu hanya berdasarkan dongenn yang pernah didengarnya. Bahwa
dahulu kala ada seorang pemuda yang bengal, nakal, penjudi, pemalas, perampok
yang bernama Ken Arok. Namun karena ketekunan seorang pendidik yang
bernama Loh Gawe maka akhirnya Ken Arok enjadi raja di Singosari. Menurunkan
raja-raja besar di tanah Jawa. Dari Mojopahit sampai ke Surakarta semua
menurut silsilah masih keturunan langsung dari Ken Arok. Dan R. Patah pun
keturunan Ken Arok. Jadi Bagus Burham juga keturunan Ken Arok. Siapa tahu
kenakalannya juga turunan yang dikelak kemudian hari akan menjadi orang yang
luar biasa. Bagus Burham menjadi murid yang terpandai. Selama 4 tahun
dipondok Tegalsari ilmu gurunya sudah terkuran habis. Tidak ada sisanya lagi.
Kyai Imam Besari memuji keluhuran Tuhannya. Dia melimpahkan habis ilmunya
kepada muridnya. Setelah dirasa cukup maka Bagus Burham kembali ke
Surakarta. Oleh tuanya Bagus Burham disuruh langsung ke Demak untuk belajar
mengenal sastra Arab dan kebatinan jawa pada Pangeran Kadilangu.
Apakah ayahnya punya maksud agar kelak anaknya dapat menandingi
kepandaian rajanya ? Bagus Burham seorang kutu buku yang luar biasa. Dengan
bekal kepandaian yang dimiliki dari beberapa guru- gurunya, Bagus Burham
kemudian menekuni soal kesusastraan Jawa serta peninggalan - peninggalan
nenek moyang. Buku-buku berbahasa kawi kuna ditelaah dan dipelajarai sebaik-
baiknya.
Jiwa petualang masih juga membara dalam kalbunya. Dia seringkali mengadakan
perjalanan dari satu daerah kedaerah yang lain. Bagus Burham meninjau
tempat-tempat yang bersejarah, tempat- tempat yang mengandung nilai- nilai
historis, tempat-tempat yang keramat, ke candi- candi dan tempat-tempat
penting lainnya. Disembarang tempat dipelbagai daerah kalau dianggap ada
orang yang memiliki kepandaian lebih maka tidak malu-malu Bagus Burham
berguru para orang tersebut. Tidak peduli dia hanyalah seorang juru kunci atau
orang biasa. Pada usia 18 tahun sebagaimana kebiasaan anak priyayi waktu itu
ingin mengabdikan dirinya kepada keraton. Caranya haruslah dengan magang
(pegawai percobaan) pada Kadipaten Anom. Jiwa senimannya atau darah
kepujanggaannya terasa mengalir deras ditubuhnya. TIdak merasa puas dengan
pekerjaan magang tersebut. Maka Bagus Burham mohon pamit sebab dirasa
tidak ada kemajuan. Dia ingin mengembara ingin bertualan menuruti gejolak
darah senimannya. Hampir seluruh pelosok pulau Jawa telah dijelajahi oleh
Bagus Burham. Bahkan juga luar jawa sepeti Bali, Lombok, Ujung Pandang,
Banjarmasin bahkan ada sumber yang mengatakan pengembaraan Bagus
Burham sampai di India dan Srilanka. Melihat perjalanan hidupnya seperti
tersebut diatas pantaslah kalau Bagus Burham menjadi manusia yang kritis
menghadapi suatu persoalan. (Ungkapan perasaannya tampak ada karyanya "
Serat Kala Tida ".
Pulang dari pengembarannya Bagus Burham kawin. Karena sang mertua
diangkat menjadi Bupati di Kediri maka Bagus Burhampun mengikuti ke Kediri.
Ditempat tersebut yang terkenal sebagai tempat bersejarah banyak peninggalan-
peninggalan dari jaman terdahulu. Di Kediri pernah berdiri kerajaan besar
dimana salah satu rajanya adalah Sang Prabu Joyoboyo. Waktu sang prabu
berkuasa agaknya keadaan negara sangat tenteram dan damai terbukti lahirnya
beberapa karya sastra besar. Sang Prabu memerintahkan kepada Empu Sedah
dan Empu Panuluh agar menceritakan kembali atau menyusun ceritera
BARATAYUDAHA dalam bahasa yang lebih muda diambil dari buku Maha Barata
asli dari India. Demikian indahnya gubahan tersebut sehingga banyak yang
mengira bahwa kejadian itu terjadi di tanah Jawa. Sebelum raja Joyoboyo, di
Kediri juga lahir hasil sastra yang tinggi mutunya. Smara Dahana kitab karya
Empu Darmaja, juga buku Sumana Sentaka karya Triguna merupakan hasil sastra
yang sulit dicari bandingannya. Di daerah yang seperti itu tentu saja banyak
peninggalan-peninggalan berupan rontal- rontal yang dimiliki penduduk warisan
dari nenek moyang. Dengan tekun Bagus Burham di Kediri waktunya dihabiskan
untuk mempelajari rontal- rontal yang dapat dikumpulkan dari perbagai daerah.
Dari rontal-rontal , pengalaman / pengetahuan selama mengembara dan berguru
itulah dia dapat menimba pelbagai ilmu.
Baru setelah Bagus Burham berumur 38 tahun mulai produktif dengan karya
sastranya. Dan pada tahun 1844 pihak keraton mengangkat menjadi Kliwon Carik
dan disyahkan menjadi Pujangga Keraton. Namanya Raden Ngabehi
Ronggowarsito dan semakin tenar. Kariernya tidak licin sebab agaknya juga
dipengaruhi bahwa orang tuanya (Raden Tumenggung Sastronegoro) dianggap
bersalah kepada kompeni Belanda sebab pernah merencanakan akan
menggempur benteng Kompeni diwaku jaman pemberontakan Diponegoro
(1825- 1830). Akhirnya R.T . Sastronegoro dibuang dan makamnya ada di Jakarta.

Published with Blogger-droid v2.0.2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar