Sabtu, Januari 14, 2012

Maulana Malik Ibrahim

Maulana Malik Ibrahim 


WALISONGO )


“Walisongo” berarti sembilan orang wali. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim,
Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan
Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat
yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila
tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru- murid.
Maulana Malik Ibrahim adalah yang tertua. Sunan Ampel adalah anak Maulana
Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang
berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak
Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan
Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga.
Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik
Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.
Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad
16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik -Lamongan di Jawa Timur,
Demak- Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka
adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya.
Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan,
bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga
pemerintahan.
Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan paling penting
di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke seluruh wilayah timur
Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati bukan hanya ulama, namun juga
pemimpin pemerintahan. Sunan Giri, Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah
kreator karya seni yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sedangkan
Sunan Muria adalah pendamping sejati kaum jelata.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya
Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol
penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain
yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam
mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan
masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat “sembilan
wali” ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran
Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai “tabib”
bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebagai
“paus dari Timur” hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan
menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat Jawa -yakni nuansa Hindu dan Budha

Maulana Malik Ibrahim
(Wafat 1419)
Maulana Malik Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-
Samarkandy diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah,
pada paruh awal abad 14. Babad Tanah Jawi versi
Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti
pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarkandy, berubah
menjadi Asmarakandi.
Maulana Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagai Syekh
Magribi. Sebagian rakyat malah menyebutnya Kakek
Bantal. Ia bersaudara dengan Maulana Ishak, ulama
terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri
(Raden Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang
ulama Persia, bernama Maulana Jumadil Kubro, yang
menetap di Samarkand. Maulana Jumadil Kubro diyakini
sebagai keturunan ke-10 dari Syayidina Husein, cucu Nabi
Muhammad saw.
Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa, sekarang Kamboja, selama
tiga belas tahun sejak tahun 1379. Ia malah menikahi putri raja, yang
memberinya dua putra. Mereka adalah Raden Rahmat (dikenal dengan Sunan
Ampel) dan Sayid Ali Murtadha alias Raden Santri. Merasa cukup menjalankan
misi dakwah di negeri itu, tahun 1392 M Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau
Jawa meninggalkan keluarganya.
Beberapa versi menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa
orang. Daerah yang ditujunya pertama kali yakni desa Sembalo,
daerah yang masih berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa
Sembalo sekarang, adalah daerah Leran kecamatan Manyar, 9
kilometer utara kota Gresik.
Aktivitas pertama yang dilakukannya ketika itu adalah berdagang dengan cara
membuka warung. Warung itu menyediakan kebutuhan pokok dengan harga
murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim juga menyediakan diri untuk
mengobati masyarakat secara gratis. Sebagai tabib, kabarnya, ia pernah diundang
untuk mengobati istri raja yang berasal dari Campa. Besar kemungkinan
permaisuri tersebut masih kerabat istrinya.
Kakek Bantal juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia merangkul
masyarakat bawah -kasta yang disisihkan dalam Hindu. Maka sempurnalah misi
pertamanya, yaitu mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu
tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Selesai membangun dan
menata pondokan tempat belajar agama di Leran, tahun 1419 M Maulana Malik
Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat di kampung Gapura, Gresik, Jawa Timur.

Sunan Ampel
pada masa kecilnya bernama Raden Rahmat , dan
diperkirakan lahir pada tahun 1401 di Champa. Ada dua
pendapat mengenai lokasi Champa ini. Encyclopedia Van
Nederlandesh Indie mengatakan bahwa Champa adalah satu
negeri kecil yang terletak di Kamboja . Pendapat lain, Raffles
menyatakan bahwa Champa terletak di Aceh yang kini
bernama Jeumpa . Menurut beberapa riwayat, orangtua
Sunan Ampel adalah Ibrahim Asmarakandi yang berasal
dari Champa dan menjadi raja di sana.
Ibrahim Asmarakandi disebut juga sebagai Maulana Malik Ibrahim. Ia dan
adiknya, Maulana Ishaq adalah anak dari Syekh Jumadil Qubro. Ketiganya berasal
dari Samarkand, Uzbekistan, Asia Tengah. http:// en.wikipedia .org/wiki /Samarkand

Silsilah
.Sunan Ampel @ Raden Rahmat @ Sayyid Ahmad Rahmatillah bin
.Maulana Malik Ibrahim @ Ibrahim Asmoro bin
.Syaikh Jumadil Qubro @ Jamaluddin Akbar Khan bin
.Ahmad Jalaludin Khan bin
.Abdullah Khan bin
.Abdul Malik Al-Muhajir (Nasrabad,India) bin
.Alawi Ammil Faqih (Hadhramaut) bin
. Muhammad Sohib Mirbath (Hadhramaut)
.Ali Kholi’ Qosam bin
.Alawi Ats- Tsani bin
.Muhammad Sohibus Saumi’ ah bin
.Alawi Awwal bin
.Ubaidullah bin
. Ahmad al- Muhajir bin
.Isa Ar- Rumi bin
.Muhammad An-Naqib bin
.Ali Uradhi bin
.Ja’afar As-Sodiq bin
.Muhammad Al Baqir bin
.Ali Zainal ‘Abidin bin
.Imam Hussain
Al-Husain putera Ali bin Abu Tholib dan Fatimah Az-Zahro binti Muhammad
Rasulullah.
Jadi, Sunan Ampel memiliki darah Uzbekistan dan Champa dari sebelah ibu.
Tetapi dari ayah leluhur mereka adalah keturunan langsung dari Ahmad al-
Muhajir , Hadhramaut. Bermakna mereka termasuk keluarga besar Saadah
BaAlawi.
Sejarah dakwahnya Syekh Jumadil Qubro, dan kedua anaknya, Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishak bersama sama datang ke pulau Jawa. Setelah itu mereka berpisah, Syekh Jumadil Qubro tetap di pulau Jawa, Maulana Malik Ibrahim ke Champa, Vietnam
Selatan ( http:/ /en.wikipedia .org/ wiki/Champa ) , dan adiknya Maulana Ishak
mengislamkan Samudra Pasai.
Di Kerajaan Champa, Maulana Malik Ibrahim berhasil mengislamkan Raja
Champa, yang akhirnya merubah Kerajaan Champa menjadi Kerajaan Islam.
Akhirnya dia dijodohkan dengan putri Champa, dan lahirlah Raden Rahmat. Di
kemudian hari Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa tanpa diikuti
keluarganya.
Sunan Ampel datang ke pulau Jawa pada tahun 1443 , untuk menemui bibinya,
Dwarawati. Dwarawati adalah seorang putri Champa yang menikah dengan raja
Majapahit yang bernama Prabu Kertawijaya .
Sunan Ampel menikah dengan Nyai Ageng Manila, putri seorang adipati di
Tuban yang bernama Arya Teja. Mereka dikaruniai 4 orang anak, yaitu: Putri
Nyai Ageng Maloka , Maulana Makdum Ibrahim ( Sunan Bonang), Syarifuddin
( Sunan Drajat) dan seorang putri yang kemudian menjadi istri Sunan Kalijaga.
Pada tahun 1479 , Sunan Ampel mendirikan Mesjid Agung Demak .
Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 di Demak dan dimakamkan di
sebelah barat Masjid Ampel , Surabaya .

Diperoleh dari “http://id.wikipedia.org/wiki /Sunan_Ampel “

Sunan Bonang
dilahirkan pada tahun 1465 , dengan nama Raden Maulana
Makdum Ibrahim . Dia adalah putra Sunan Ampel dan Nyai
Ageng Manila. Bonang adalah sebuah desa di kabupaten Jepara.
Sunan Bonang wafat pada tahun 1525 M, dan saat ini makamnya berada di kota Gresik .

Silsilah
.Sunan Bonang @ Ibrahim Makdum bin
.Sunan Ampel @ Raden Rahmat @ Sayyid Ahmad Rahmatillah bin
.Maulana Malik Ibrahim bin
.Syaikh Jumadil Qubro @ Jamaluddin Akbar Khan bin
.Ahmad Jalaludin Khan bin
.Abdullah Khan bin
.Abdul Malik Al-Muhajir (Nasrabad,India) bin
.Alawi Ammil Faqih (Hadhramaut) bin
. Muhammad Sohib Mirbath (Hadhramaut)
.Ali Kholi’ Qosam bin
.Alawi Ats- Tsani bin
.Muhammad Sohibus Saumi’ ah bin
.Alawi Awwal bin
.Ubaidullah bin
. Ahmad al- Muhajir bin
.Isa Ar- Rumi bin
.Muhammad An-Naqib bin
.Ali Uradhi bin
.Ja’afar As-Sodiq bin
.Muhammad Al Baqir bin
.Ali Zainal ‘Abidin bin
.Imam Hussain
Al-Husain putera Ali bin Abu Tholib dan Fatimah Az-Zahro binti Muhammad
Rasulullah.

Karya Sastra
Sunan Bonang banyak menggubah sastra berbentuk suluk atau tembang tamsil.
Antara lain Suluk Wijil yang dipengaruhi kitab Al Shidiq karya Abu Sa’id Al Khayr.
Sunan Bonang juga menggubah tembang Tombo Ati yang kini masih sering
dinyanyikan orang.
Apa pula sebuah karya sastra dalam bahasa Jawa yang dahulu diperkirakan
merupakan karya Sunan Bonang dan oleh ilmuwan Belanda seperti Schrieke
disebut Het Boek van Bonang atau buku (Sunan) Bonang. Tetapi oleh G.W .J.
Drewes , seorang pakar Belanda lainnya, dianggap bukan karya Sunan Bonang,
melainkan dianggapkan sebagai karyanya.

Keilmuan
Sunan Bonang juga terkenal dalam hal ilmu kebathinannya. Beliau
mengembangkan ilmu (dzikir) yang berasal dari Rasullah SAW, kemudian beliau
kombinasi dengan kesimbangan pernafasan yang disebut dengan rahasia Alif
Lam Mim ( ﺍ ﻝ ﻡ ) yang artinya hanya Allah SWT yang tahu. Sunan Bonang juga
menciptakan gerakan-gerakan fisik atau jurus yang Beliau ambil dari seni bentuk
huruf Hijaiyyah yang berjumlah 28 huruf dimulai dari huruf Alif dan diakhiri huruf
Ya’. Beliau menciptakan Gerakan fisik dari nama dan simbol huruf hijayyah
adalah dengan tujuan yang sangat mendalam dan penuh dengan makna, secara
awam penulis artikan yaitu mengajak murid-muridnya untuk menghafal huruf-
huruf hijaiyyah dan nantinya setelah mencapai tingkatnya diharuskan bisa baca
dan memahami isi Al-Qur ’an. Penekanan keilmuan yang diciptakan Sunan
Bonang adalah mengajak murid-muridnya untuk melakukan Sujud atau Sholat
dan dzikir. Hingga sekarang ilmu yang diciptakan oleh Sunan Bonang masih
dilestarikan di Indonesia oleh generasinya dan diorganisasikan dengan nama
Padepokan Ilmu Sujud Tenaga Dalam Silat Tauhid Indonesia

Referensi
B.J. O. Schrieke, 1916 , Het Boek van Bonang, Utrecht : Den Boer
G.W .J. Drewes, 1969 , The admonitions of Seh Bari : a 16th century
Javanese Muslim text attributed to the Saint of Bonang , The Hague :
Martinus Nijhoff
Diperoleh dari “http:/ /id.wikipedia .org/wiki /Sunan_ Bonang




(Sumber: www.pesantren .net )

Published with Blogger-droid v2.0.3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar