Kamis, Januari 19, 2012

Bahaya Perbuatan Dholim

Bahaya Perbuatan Dholim
Allah Ta’ala berfirman: “Maka Kami hukumkah Fir’aun dan bala tentaranya, lalu
Kami lemparkan mereka ke dalam lautan. Maka lihatlah bagaimana akibat
(buruk) orang-orang yang dzolim”. (Q. s, Al Qashash /28: 40).
Sudah menjadi ketentuan-Nya , bahwa sejarah umat manusia tidak lepas dari
berbagai tindak kedholiman. Dari dulu hingga hari ini. Yakni jauh sebelum
semburat cahaya Islam muncul, yang kemudian disusul setelah umat Islam
mundur dan runtuh. Dan selalu saja kaum yang menjadi korban bulan- bulanan
kedholiman tersebut adalah mereka yang lemah dan miskin.
Sejarah silam bangsa Persia, Romawi, Cina, Mesir, India dan bangsa-bangsa tua
lainnya, sarat dengan tumpukan lembaran-lembaran kelam kedholiman,
kebengisan dan kelaliman. Hal tersebut lantaran dilatari oleh kebiasaan mereka
hidup mewah, menumpuk pundi- pundi harta dan berfoya-foya . Disamping
aturan dan undang- undang dholim yang dikukuhkan sebagai pemuas hawa nafsu
dan selera rendah penguasa. Karenanya, mereka tidak merasa malu menjerat
leher rakyat jajahan dengan upeti dan pajak yang jauh dari batas kesanggupan.
Dalam buku sejarah Persia, sebagaimana dinukil oleh Syaikh Abul Hasan Ali al-
Nadwi dalam bukunya Madza Khasiral al-Alam bi al- Inkhithat al-Muslimin
disebutkan, tidak pernah disinggung dalam sejarah seorang kaisar yang selalu
hidup megah dan mewah melebihi kaisar-kaisar penguasa Persia. Mereka
menarik dan menikmati upeti dan harta kekayaan melimpah dari negeri- negeri
jajahan yang terbentang dari timur jauh hingga timur dekat.
Islam dan perbuatan dholim
Sejak awal, Islam datang menyeru umat manusia untuk lepas dari kungkungan
kedzoliman dan kelaliman. Menyerukan persamaan derajat manusia di muka
bumi ini, serta merubuhkan seluruh warisan- warisan jahiliyah yang identik
dengan kedholiman. Tak ada lagi kesewenang- wenangan kaum yang kuat,
kelaliman penguasa serta kebengisan golongan yang terpandang. Karenanya,
tidak heran kalau dalam waktu yang relatif sangat singkat, Islam mendapat
tempat istimewa di hati manusia. Khususnya mereka yang lemah dan tertindas.
Hal ini tergambar dari ucapan seorang Rib’ iy bin Amir tatkala berdiri gagah di
hadapan panglima tentara Persia, Rustum,
ﻪﻠﻟﺍ ﺝﺮﺨﻨﻟ ﺎﻨﺜﻌﺘﺑﺍ ﻦﻣ ﺀﺎﺷ ﻦﻣ ﺓﺩﺎﺒﻋ ﺩﺎﺒﻌﻟﺍ ﻰﻟﺇ ﺓﺩﺎﺒﻋ ﻪﻠﻟﺍ، ﻦﻣﻭ ﺎﻴﻧﺪﻟﺍ ﻖﻴﺿ ﻰﻟﺇ ﺎﻬﺘﻌﺳ،
ﻦﻣﻭ ﺭﻮﺟ ﻥﺎﻳﺩﻻﺍ ﻝﺪﻋ ﻰﻟﺇ ﻡﻼﺳﻻﺍ
“Sungguh Allah Ta’ala mengutus kami untuk membebaskan manusia dari
penghambaan kepada sesama menuju penghambaan hanya kepada Allah,
melepaskan lilitan belenggu kesempitan dunia menuju kebebasan, serta
mengeluarkan mereka dari kezaliman agama- agama menuju keadilan Islam”.
(Lihat: al-Bidayah Wa al-Nihayah , Ibnu Katsir, 7/47 ).
Sebuah pernyataan jujur, lahir dari hati ksatria yang tulus, hingga tetap
membekas sekalipun kesombongan dan kecongkakan berupaya mencegatnya.
Ketahuilah, harta, darah dan kehormatan seorang muslim haram atas muslim
yang lain. Dalam konteks apapun, tidak dibenarkan merampas harta,
menumpahkan darah atau mencemarkan kehormatan seorang muslim kecuali
dengan alasan kebenaran. Ini dipertegas oleh Sabda Rasulullah SAW ketika haji
wada’ (perpisahan) :
َّﻥِﺈَﻓ ْﻢُﻛَﺀﺎَﻣِﺩ ْﻢُﻜَﻟﺍَﻮْﻣَﺃَﻭ ْﻢُﻜَﺿﺍَﺮْﻋَﺃَﻭ ْﻢُﻜَﻨْﻴَﺑ ٌﻡﺍَﺮَﺣ ِﺔَﻣْﺮُﺤَﻛ ﺍَﺬَﻫ ْﻢُﻜِﻣْﻮَﻳ ﻲِﻓ ﺍَﺬَﻫ ْﻢُﻛِﺮْﻬَﺷ ﻲِﻓ
ﺍَﺬَﻫ ْﻢُﻛِﺪَﻠَﺑ
“Sesungguhnya darah, harta dan kehormatan kalian haram (untuk ditumpahkan,
dirampas dan dicemarkan) , seperti haramnya hari kalian ini, di negeri ini
(makkah), dan bulan kalian ini”. (HR. Imam Bukhari no: 65, Muslim no: 2137,
Abu Daud no: 1628, al-Tirmidzi no: 2085Ibnu Majah no: 3046).
Olehnya, syariat Islam yang agaung memberi perhatian besar terhadap perkara-
perkara tersebut. Setelah sebelumnya keadilan berada di titik nadir kehancuran.
Misalnya, menindak tegas pembunuh jiwa yang suci (qishash ), menghukum
dengan sekeras-kerasnya para penyamun (Qs. 5: 33), serta menegakkan hukum
cambuk bagi orang yang suka menuduh tanpa bukti dan saksi yang dapat
dipertanggung jawabkan. (Qs. 24:4 ).
Hati-hati berlaku dholim kendatipun terhadap orang fajir
Ketahuilah, perbuatan dholim tidak akan pernah membuahkan kebaikan di dunia
maupun di akhirat. Sebaliknya, segala sesuatu yang diperoleh melalui jalan
kedholiman baik itu berupa harta, pangkat, jabatan dan lainnya, pasti akan
berujung kebinasaan dan kehinaan. Olehnya hati-hati berlaku dholim, karena ia
akan menelurkan banyak mudharat bagi pelakunya, di antaranya:
Pertama : Dholim adalah kegelapan pada hari kiamat.
ْﻦَﻋ ِﺮِﺑﺎَﺟ ِﻦْﺑ ِﻪَّﻠﻟﺍ ِﺪْﺒَﻋ َﻝﻮُﺳَﺭ َّﻥَﺃ ِﻪَّﻠﻟﺍ ُﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَّﻠَﺻ َﻝﺎَﻗ َﻢَّﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ﺍﻮُﻘَّﺗﺍ َﻢْﻠُّﻈﻟﺍ َّﻥِﺈَﻓ َﻢْﻠُّﻈﻟﺍ
ٌﺕﺎَﻤُﻠُﻇ َﻡْﻮَﻳ ِﺔَﻣﺎَﻴِﻘْﻟﺍ
Dari Jabir bin Abdullah, bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
bersabda: "Takutlah kalian dari berlaku dholim, sesungguhnya kedholiman
adalah kegelapan pada hari kiamat kelak”. (HR. Muslim no: 4675, Ahmad no:
13973).
Artinya, sikap dholim akan memadamkan cahaya penuntun yang dibutuhkan
seorang hamba pada hari itu. Allah Ta’ala mengabarkan keadaan orang-orang
munafik yang dholim terhadap diri mereka sendiri ketika terusir dari keinginan
mendapat imbasan cahaya orang-orang beriman. “Pada hari ketika orang-orang
munafik laki- laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman:
“Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebagian dari cahayamu”.
Dikatakan (kepada mereka): “Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri
cahaya (untukmu)” . (Qs. Al Hadid/57 :13) .
Kedua : Dholim membuat pelakunya bangkrut pada hari kiamat.
Sungguh, manusia paling celaka dan merugi adalah mereka yang datang pada
hari kiamat dengan limpahan amal kebaikan, namun sayangnya amal- amal itu
tidak mendatangkan sedikitpun manfaat baginya. Mereka sebagaimana disifatkan
oleh Allah dalam kitab- Nya. “Bekerja keras lagi kepayahan. Memasuki api yang
sangat panas (neraka)” . (Qs. Al Ghaasyiyah/88 :3- 4).
Termasuk diantaranya, mereka yang kerap melakukan tindakan kedholiman
terhadap orang lain. Rasulullah Shalllallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
َﻥﻭُﺭْﺪَﺗَﺃ ﺎَﻣ ﺍﻮُﻟﺎَﻗ ُﺲِﻠْﻔُﻤْﻟﺍ ُﺲِﻠْﻔُﻤْﻟﺍ ﺎَﻨﻴِﻓ ْﻦَﻣ ﺎَﻟ َﻢَﻫْﺭِﺩ ُﻪَﻟ ﺎَﻟَﻭ َﻉﺎَﺘَﻣ َﻝﺎَﻘَﻓ َّﻥِﺇ َﺲِﻠْﻔُﻤْﻟﺍ ْﻦِﻣ ﻲِﺘَّﻣُﺃ
ﻲِﺗْﺄَﻳ َﻡْﻮَﻳ ِﺔَﻣﺎَﻴِﻘْﻟﺍ ٍﻡﺎَﻴِﺻَﻭ ٍﺓﺎَﻠَﺼِﺑ ﻲِﺗْﺄَﻳَﻭ ٍﺓﺎَﻛَﺯَﻭ ْﺪَﻗ ﺍَﺬَﻫ َﻢَﺘَﺷ ﺍَﺬَﻫ َﻑَﺬَﻗَﻭ َﻞَﻛَﺃَﻭ ﺍَﺬَﻫ َﻝﺎَﻣ
َﻚَﻔَﺳَﻭ ﺍَﺬَﻫ َﻡَﺩ ﺍَﺬَﻫ َﺏَﺮَﺿَﻭ ﺍَﺬَﻫ ﻰَﻄْﻌُﻴَﻓ ِﻪِﺗﺎَﻨَﺴَﺣ ْﻦِﻣ ﺍَﺬَﻫَﻭ ِﻪِﺗﺎَﻨَﺴَﺣ ْﻦِﻣ ْﻥِﺈَﻓ ُﻪُﺗﺎَﻨَﺴَﺣ ْﺖَﻴِﻨَﻓ
َﻞْﺒَﻗ ْﻥَﺃ ﻰَﻀْﻘُﻳ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ﺎَﻣ َﺬِﺧُﺃ ْﻦِﻣ ْﻢُﻫﺎَﻳﺎَﻄَﺧ ْﺖَﺣِﺮُﻄَﻓ ِﻪْﻴَﻠَﻋ َّﻢُﺛ َﺡِﺮُﻃ ﻲِﻓ ِﺭﺎَّﻨﻟﺍ
“Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut?. Para sahabat menjawab : “Orang
yang bangkrut di antara kami adalah mereka yang tidak memiliki dirham dan
tidak pula perhiasan”. Kemudian beliau bersabda: “Orang yang bangkrut dari
umatku adalah mereka yang datang pada hari kiamat kelak dengan pahala
shalat, puasa, dan zakat. Akan tetapi ia pernah mencela ini, menuduh ini, makan
harta ini, membunuh itu, memukul itu. Maka diambil amal kebaikan-kebaikannya
dan diberikan kepada orang-orang ia dholimi. Jika kebaikan milikmua telah
habis, maka diambil kesalahan- kesalahan (orang yang ia dholimi) kemudian
dipikulkan ke atas pundaknya. Baru kemudian ia di campakkan ke dalam api
neraka”. (HR. Muslim no 4678, al-Tirmidzi no: 2342, Ahmad no: 7686, al-
Thabarani no: 561).
Ketiga : Doa orang terdholimi pasti diijabah oleh Allah, sekalipun berasal dari
orang fajir.
Ibnu Abbas ra berkata, ketika Rasulullah SAW mengutus Mu’adz bin Jabal ke
Yaman, beliau berpesan kepadanya:
ِﻡﻮُﻠْﻈَﻤْﻟﺍ َﺓَﻮْﻋَﺩ ِﻖَّﺗﺍَﻭ ُﻪَّﻧِﺈَﻓ ُﻪَﻨْﻴَﺑ َﺲْﻴَﻟ َﻦْﻴَﺑَﻭ ِﻪَّﻠﻟﺍ ٌﺏﺎَﺠِﺣ
"Takutlah terhadap doa orang yang terdholimi, sesungguhnya tidak ada antara
dia dan Allah Ta’ala tabir penghalang”. (HR. Bukhari no: 1401, Muslim no: 27,
Abu Daud no: 1351, al-Tirmidzi no: 567, al- Nasaai no: 2475).
Ingat, doa orang tertindas pasti memperoleh ijabah dari Allah Ta’ala kendati
keluar dari lisan pelaku dosa dan maksiat. Hal ini dipertegas oleh Rasulullah SAW,
sebagaimana diriwayatkan Abu Hurairah ra secara marfu’:
ُﺓَﻮْﻋَﺩ ٌﺔَﺑﺎَﺠَﺘْﺴُﻣ ِﻡﻮُﻠْﻈَﻤْﻟﺍ ْﻥِﺇَﻭ َﻥﺎَﻛ ﺍًﺮِﺟﺎَﻓ ُﻩُﺭﻮُﺠُﻔَﻓ ِﻪِﺴْﻔَﻧ ﻰَﻠَﻋ
“Doa orang yang terdholimi pasti makbul, kendatipun ia seorang yang fajir
(pelaku maksiat), karena kefajiran tersebut untuk dirinya sendiri”. (HR. Ahmad
no: 8440. Hasan).
Bahkan, akan dijawab oleh Allah Ta'ala kendati keluar dari lisan orang kafir,
sebagaimana diriwayatkan dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda:
ِﻡﻮُﻠْﻈَﻤْﻟﺍ َﺓَﻮْﻋَﺩ ﺍﻮُﻘَّﺗﺍ ْﻥِﺇَﻭ َﻥﺎَﻛ ﺍًﺮِﻓﺎَﻛ ُﻪَّﻧِﺈَﻓ ﺎَﻬَﻧﻭُﺩ َﺲْﻴَﻟ ٌﺏﺎَﺠِﺣ
"Takutlah terhadap doa orang yang terdholimi, kendati berasal dari orangkafir,
sesungguhnya tidak ada antara dia dan Allah Ta’ala tabir penghalang” (HR.
Ahmad no: 12091, dan dishohihkan oleh Syaikh al- Albani dalam al-Silsilah al-
Shahihah no: 767) .
Dari keterangan beliau ini, kiranya cukup buat kita untuk takut akan rintihan dan
munajat orang-orang lemah dan tertindas di sekitar kita. Doa yang mereka
lantunkan adalah doa yang sanggup menggetarkan pintu- langit. Semuanya akan
dijawab oleh-Nya , sekalipun berasal dari para pelaku maksiat dan orang kafir.
Maka bagaimana kiranya jika doa tersebut dilantunkan oleh orang-orang shaleh
yang berjuang melawan kedurjanaan serta membela kebenaran dan keadilan !?
Wallahul musta’an !.
Pernak pernik kezaliman
Kedholiman dalam bentuk apapun tidak dibenarkan dalam Islam. Lantaran
perbuatan tersebut sangat bertolak belakang dengan nilai- nilai kemanusiaan
yang digariskan oleh Allah. Ta’ala. Semua manusia sama. Dan yang
membedakan mereka di sisi-Nya adalah takwa
Di antara bentuk kedholiman yang kerap dijumpai di tengah kehidupan manusia:
Pertama : Dholim kepada Allah Ta’ala. Dalam artian mengangkat dan
menjadikan sekutu bagi-Nya dalam urusan peribadatan. Dan ini merupakan
puncak kadholiman yang paling tinggi. Ketika Rasulullah SAW membaca ayat Al
Qur’ an yang berbunyi: “Dan orang-orang yang beriman dan tidak mencampur
adukkan keimanan mereka dengan kedholiman”. (Qs. Al An’am/6 :82) .
Para sahabat merasa berat dan khawatir, hingga wajah mereka berubah. Mereka
lantas berkata:
ﺎَﻨُّﻳَﺃ ْﻢَﻟ ُﻪَﺴْﻔَﻧ ْﻢِﻠْﻈَﻳ َﻝﺎَﻘَﻓ ِﻪَّﻠﻟﺍ ُﻝﻮُﺳَﺭ ﻰَّﻠَﺻ َﻢَّﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻪَّﻠﻟﺍ ﺎَﻤَﻛ َﺲْﻴَﻟ َﻥﻮُّﻨُﻈَﺗ ﺎَﻤَّﻧِﺇ َﻮُﻫ ﺎَﻤَﻛ
َﻝﺎَﻗ ِﻪِﻨْﺑﺎِﻟ ُﻥﺎَﻤْﻘُﻟ : } ﺎَﻳ َّﻲَﻨُﺑ ﺎَﻟ ِﻪَّﻠﻟﺎِﺑ ْﻙِﺮْﺸُﺗ َّﻥِﺇ َﻙْﺮِّﺸﻟﺍ ٌﻢْﻠُﻈَﻟ ٌﻢﻴِﻈَﻋ }
“Wahai Rasulullah, siapakah diantara kami yang tidak pernah berlaku dholim?.
Maka Beliau Shallallhu 'Alaihi Wasallam bersabda; “Bukan seperti apa yang kalian
duga, ia (kedholiman dalam ayat tersebut) adalah sebagaimana perkataan
Luqman kepada anaknya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya memprsekutukan (Allah) adalah benar-benar kedholiman yang
besar”. (Qs. Luqman/31: 13). (HR. Bukhari no: 6424, Ahmad no: 4019).
Kedua : Dholim terhadap diri sendiri, keluarga dan istri.
Artinya, membenani diri diluar batas kemampuannya. Termasuk membebaninya
dengan ibadah yang berlebihan. Padahal Allah tidak pernah membebani hamba-
Nya melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Rasulullah shallallahu alaihi wasalam membenarkan Salman tatkala berkata
kepada Abu Darda' tatkala Salman mencegatnya sholat semalam suntuk serta
berpuasa setiap hari:
َّﻥِﺇ َﻚِّﺑَﺮِﻟ َﻚْﻴَﻠَﻋ َﻚِﺴْﻔَﻨِﻟَﻭ ﺎًّﻘَﺣ َﻚْﻴَﻠَﻋ ﺎًّﻘَﺣ َﻚْﻴَﻠَﻋ َﻚِﻠْﻫَﺄِﻟَﻭ ﺎًّﻘَﺣ ِﻂْﻋَﺄَﻓ ﻱِﺫ َّﻞُﻛ ُﻪَّﻘَﺣ ٍّﻖَﺣ
"Sungguh dirimu terdapat hak atasmu, keluarga dan istrimu pun terdapat hak
atas dirimu, maka berikanlah hak setiap pemilik hak itu”. (HR Bukhari no: 1832,
al- Tirmidzi no: 2337).
Perkataan ini merupakan nasehat yang sangat mulia. Seorang, jika
menghabiskan malamnya dengan ibadah dan siangnya dengan berpuasa, sudah
tentu akan melalaikan hak tubuh mendapatkan istirahat dan makanan yang
cukup. Juga hak keluarga memperoleh penghidupan yang layak, serta hak istri
untuk mendapat nafkah batin dari suaminya.
Ketiga : Dholim terhadap sesama muslim.
Seperti membunuh, merampas harta, mencela, menghina atau merusak
kehormatan dan harga dirinya dan sebagainya. Rasulullah Shallallhu 'Alaihi
Wasallam bersabda tentang orang yang mendholimi saudaranya dengan
merampas atau menggusur tanah miliknya:
ْﻦَﻣ َﺬَﺧَﺃ ﺍًﺮْﺒِﺷ ْﻦِﻣ ِﺽْﺭَﺄْﻟﺍ ﺎًﻤْﻠُﻇ ُﻪَّﻧِﺈَﻓ ُﻪُﻗَّﻮَﻄُﻳ َﻡْﻮَﻳ ِﺔَﻣﺎَﻴِﻘْﻟﺍ ْﻦِﻣ َﻦﻴِﺿَﺭَﺃ ِﻊْﺒَﺳ
“Siapa yang berlaku dholim terhadap sejengkal tanah (milik orang lain), kelak
akan digantungkan pada hari kiamat kelak tujuh lapis bumi (yang ia dholimi)
dilehernya”. (HR. Bukhari no: 2959, Muslim no: 3022).
Keempat : Dholim terhadap anak.
kedholiman ini sangat banyak dijumpai di sekitar kita. Diantarnya dalam dalam
masalah memberi pembagian.
ْﻦَﻋ ِﻥﺎَﻤْﻌُّﻨﻟﺍ ِﻦْﺑ ٍﺮﻴِﺸَﺑ َﻝﺎَﻗ َﻕَّﺪَﺼَﺗ ﻲِﺑَﺃ َّﻲَﻠَﻋ ِﺾْﻌَﺒِﺑ ﻲِّﻣُﺃ ْﺖَﻟﺎَﻘَﻓ ِﻪِﻟﺎَﻣ ُﺖْﻨِﺑ ُﺓَﺮْﻤَﻋ َﺔَﺣﺍَﻭَﺭ ﺎَﻟ
ﻰَﺿْﺭَﺃ ﻰَّﺘَﺣ َﺪِﻬْﺸُﺗ ِﻪَّﻠﻟﺍ َﻝﻮُﺳَﺭ ﻰَّﻠَﺻ َﻢَّﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻪَّﻠﻟﺍ ﻲِﺑَﺃ َﻖَﻠَﻄْﻧﺎَﻓ ﻰَﻟِﺇ ِّﻲِﺒَّﻨﻟﺍ ُﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَّﻠَﺻ
َﻢَّﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻩَﺪِﻬْﺸُﻴِﻟ ﻰَﻠَﻋ ﻲِﺘَﻗَﺪَﺻ ُﻪَﻟ َﻝﺎَﻘَﻓ ِﻪَّﻠﻟﺍ ُﻝﻮُﺳَﺭ ﻰَّﻠَﺻ َﻢَّﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻪَّﻠﻟﺍ ﺍَﺬَﻫ َﺖْﻠَﻌَﻓَﺃ
َﻙِﺪَﻟَﻮِﺑ ْﻢِﻬِّﻠُﻛ َﻝﺎَﻗ ﺎَﻟ َﻝﺎَﻗ َﻪَّﻠﻟﺍ ﺍﻮُﻘَّﺗﺍ ﺍﻮُﻟِﺪْﻋﺍَﻭ ﻲِﻓ َﻊَﺟَﺮَﻓ ْﻢُﻛِﺩﺎَﻟْﻭَﺃ ﻲِﺑَﺃ َﻚْﻠِﺗ َّﺩَﺮَﻓ َﺔَﻗَﺪَّﺼﻟﺍ
Dari Nu'man bin Basyir Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Bapakku pernah
memberikan padaku sebagian hartanya. Maka Ibuku –Amrah binti Rawahah-
berkata: Aku tidak ridha hingga engkau bertanya pada Nabi shallallahu alaihi
wasallam. Maka bapakku datang menemu Rasulullah. Maka beliau berkata
padanya: “Apakah hal ini engkau lakukan terhadap seluruh anak-anakmu ?”. Ia
berkata: “Tidak”. Beliau lantas bersabda: “Takutlah kepada Allah dalam urusan
anak-anak kalian”. Maka ayahku segera pulang dan mengambil kembali sedekah
tersebut”. (HR. Muslim no: 3055, .
Kelima : Dholim terhadap rakyat atau bawahan.
Ma’ qil Ibnu Yasar berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallhu 'Alaihi Wasallam
bersabda:
ﺎَﻣ ْﻦِﻣ ﻲِﻠَﻳ ٍﻝﺍَﻭ ًﺔَّﻴِﻋَﺭ ْﻦِﻣ ُﺕﻮُﻤَﻴَﻓ َﻦﻴِﻤِﻠْﺴُﻤْﻟﺍ َﻮُﻫَﻭ ٌّﺵﺎَﻏ ﺎَّﻟِﺇ ْﻢُﻬَﻟ َﻡَّﺮَﺣ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻪَّﻠﻟﺍ َﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ
“Tidaklah seorang hamba diberikan amanah oleh Allah Ta’ala untuk mengurus
rakyatnya, kemudian mati dalam keadaan menipu rakyatnya tersebut, melainkan
Allah akan mengharamkan baginya surga pada hari kiamat kelak”. (HR. Muslim
no: 6618).
Akhir dari kedholiman
Kalau kita berkaca pada peristiwa-peristiwa lalu, akan tampak bagi kita bahwa
kesudahan dari kedholiman yang dilakoni manusia di atas muka bumi adalah
kebinasaan dan kehinaan. Dan sungguh dalam peristiwa-peristiwa tersebut
terpendam pelajaran yang sangat berharga bagi kita. Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang
yang mempunyai akal”.(Qs . Yusuf/12:111 ).
Lihatlah akhir dari kelaliman tirani Fir’aun dan Namruz. Tak ada yang tersisa bagi
keduanya melainkan keping-kepng kehinaan yang terus dikenang hingga hari
kiamat. Demikian pula akhir dari rezim Al Hajjaj Ibnu Yusuf yang terkenal bengis
dan kejam. Ia pun binasa dalam kehinaan, sepekan setelah meluncur doa dari
lisan Said Ibnu Jubair ketika beliau akan dieksekusi:
ﻢﻬﻠﻟﺍ ﻻ ﻪﻄﻠﺴﺗ ﻰﻠﻋ ﺪﺣﺃ ﻱﺪﻌﺑ .
“Wahai Allah, Jangan engkau biarkan ia menguasai (mendhalimi) seorang- pun
setelahku". (Lihat: al-Bidayah Wa al-Nihayah , Ibnu Katsir 9/116 ).
Olehnya, hendaklah orang-orang yang berpikir mengambil i’tibar . Tindakan
dholim pada orang lain, pasti akan mendapat balasan yang setimpal dari Zat yang
selalu membela kaum lemah dan tertindas. Dan Dia maha berkuasa atas segala
sesuatu. “Sungguh pada hari kiamat kelak akan ditunaikan (dikembalikan) semua
hak- hak kepada pemiliknya, hingga kambing yang bertanduk pun akan digiring
(pada hari itu) dan diputuskan lantaran pernah menyeruduk kambing yang tak
bertanduk, (baru setelah itu mereka dikembalikan menjadi tanah)” . (HR. Muslim).
Wallahu a’lam.
Published with Blogger-droid v2.0.3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar