Rabu, Januari 18, 2012

Kezaliman Dan Orang-Orang Zalim Sifat Dan Akibatnya

“Kalian akan tahu siapa yang akan mendapat tempat terbaik di akhirat
dan sesungguhnya orang-orang zalim itu tidak akan beruntung.” (QS. al-
An’am: 135)
Kezaliman adalah kerusakan di dalam fitrah manusia, karena Allah SWT
menciptakan fitrah manusia senantiasa cenderung kepada kebaikan dan
menjauhi keburukan. Tapi, karena fitrah dapat menjadi lemah dikarenakan
rusaknya pendidikan yang diterima seseorang, hawa nafsu, kepentingan, dan
sebab- sebab yang lain, maka manusia tidak jarang menuju ke arah yang tidak
benar dan bertentangan dengan fitrah, meskipun fitrah orang ini masih dapat
menampakkan diri pada waktu-waktu tertentu.
Penyebab seseorang melakukan kezaliman:
1. Merasa ada kekurangan dan kelemahan di dalam diri.
Karena orang yang zalim tidak memiliki sifat-sifat yang baik, dan dia mengetahui
hal ini, maka dia justru mengkompensasinya dengan melakukan perbuatan zalim.
Karena itulah Allah tidak mungkin berbuat zalim, karena Dia Mahasempurna
dalam segala aspek dan tidak membutuhkan apa pun. Karena itu, untuk apa Dia
berbuat zalim.
Di dalam hadits diterangkan,
ﺎﻤﻧﺇ ﺝﺎﺘﺤﻳ ﻰﻟﺇ ﻢﻠﻈﻟﺍ ﻒﻴﻌﻀﻟﺍ
Yang merasa perlu berbuat zalim hanyalah orang yang lemah.
2. Tidak dapat mengendalikan syahwat.
Allah hanya menciptakan yang baik- baik saja. Syahwat Dia berikan kepada
manusia demi kebaikan manusia. Cinta pada diri sendiri membuat orang mau
memperhatikan dan menjaga dirinya. Cinta pada harta membuat orang mau
bekerja untuk memperolehnya. Cinta pada lawan jenis membuat orang dapat
menjaga kelangsungan umat manusia. Dst.
Tapi, jika syahwat ini melewati batasannya, maka itu karena perbuatan manusia
semata-mata dan itu akan menjadi penyebab kesengsaraannya. Orang yang
tidak dapat mengendalikan syahwat boleh jadi akan berbuat zalim, merasa
dirinya lebih tinggi dari orang lain, menyusahkan orang lain, bahkan membunuh
orang lain, karena dia menyangka hal itu akan memuaskan syahwatnya.
Allah SWT berfirman:
ﻦﻳﺬﻟﺍ ﻊﺒﺗﺍﻭ ﺍﻮﻤﻠﻇ ﺎﻣ ﺍﻮﻓﺮﺗﺃ ﺍﻮﻧﺎﻛﻭ ﻪﻴﻓ ﻦﻴﻣﺮﺠﻣ
“Dan orang-orang zalim hanya mementingkan kenikmatan dan kemewahan, dan
mereka itu adalah orang-orang yang berdosa/pelaku kejahatan.” (Hud: 116)
3. Mempertahankan kekuasaan
Cinta pada kekuasaan adalah salah satu nafsu manusia yang paling berbahaya.
Orang yang terkena penyakit cinta pada kekuasaan akan berusaha
mempertahankan jabatan dan kedudukannya dengan berbagai cara, hingga
dengan membunuh, memberangus suara orang lain, dan menelantarkan orang
lain sekalipun karena dia menyangka bahwa hal ini akan melanggengkan
kursinya. Padahal, keadilanlah yang melanggengkan seseorang pada kedudukan
dan jabatannya, dan bukannya kezaliman.
Nabi saw bersabda:
ﻥﺇ ﻚﻠﻤﻟﺍ ﻰﻘﺒﻳ ﻊﻣ ﺮﻔﻜﻟﺍ ﻻﻭ ﻰﻘﺒﻳ ﻊﻣ ﻢﻠﻈﻟﺍ
“Kekuasaan itu dapat langgeng sekalipun sang penguasa kafir kepada Allah, tapi
tidak akan langgeng jika sang penguasa berbuat zalim.”
4. Mental jongos.
Maksudnya, seseorang berbuat zalim demi seseorang yang dituankannya.
Seseorang yang bermental jongos akan berusaha menjaga kepentingan tuannya
agar tetap bertahan sebagai tuan. Dia bersedia melakukan kezaliman dan
kejahatan apa pun semata-mata agar tuannya memandang dirinya pantas
menjadi jongos sang tuan.
Sifat orang zalim
Al-Quran menggambarkan secara sempurna sebab-sebab yang mendorong
seseorang berbuat zalim di dalam banyak ayat dan memotivasi kita untuk
menghindarinya. Secara ringkas sebab-sebab itu sebagai berikut:
1. Menentang dan berpaling dari ayat-ayat Allah.
ﺎﻣﻭ ﺪﺤﺠﻳ ﺎﻨﺗﺎﻳﺂﺑ ﻻﺇ ﻥﻮﻤﻟﺎﻈﻟﺍ
“Hanya orang-orang zalim yang mengingkari ayat-ayat Kami.” (al- Ankabut: 49)
Allah menyediakan ayat-ayat- Nya sebagai hidayah dan pengarah.
Mengingkarinya berarti tidak mengamalkannya. Ini adalah pengantar menuju
kezaliman, bahkan kezaliman itu sendiri.
2. Melanggar batasan-batasan Allah.
Maksudnya, tidak berkomitmen pada jalan yang benar sehingga pada waktu yang
sama seseorang menyimpang dari jalan yang lurus dan terjebak di padang
kesesatan.
Allah SWT berfirman:
ﻚﻠﺗ ﻪﻠﻟﺍ ﺩﻭﺪﺣ ﻼﻓ ﺎﻫﻭﺪﺘﻌﺗ، ﺪﻌﺘﻳ ﻦﻣﻭ ﺩﻭﺪﺣ ﻪﻠﻟﺍ ﻢﻫ ﻚﺌﻟﻭﺄﻓ ﻥﻮﻤﻟﺎﻈﻟﺍ
“Itulah batasan-batasan Allah, janganlah kalian melanggarnya. Orang- orang yang
melanggar batasan-batasan Allah, mereka adalah orang-orang yang zalim.” (Al-
Baqarah: 223)
Mereka menzalimi diri sendiri dengan menempatkan diri mereka dalam hidup
yang serba sulit dan serba sempit, juga menzalimi orang lain dengan
menimbulkan berbagai masalah di masyarakat.
3. Tidak menjadikan hukum Allah sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
Perbedaan poin ini dengan poin sebelumnya, poin terdahulu dilakukan oleh
masyarakat secara keseluruhan, sedangkan poin ini dilakukan oleh para
penguasa. Kadang kala masyarakat ingin menerapkan ajaran Tuhan, tapi
penguasa menghalang- halanginya dengan cara mengaburkan hukum Tuhan dan
mengedepankan hukum manusia.
Allah SWT berfirman:
ﻦﻣﻭ ﻢﻟ ﻢﻜﺤﻳ ﻝﺰﻧﺃ ﺎﻤﺑ ﻪﻠﻟﺍ ﻢﻫ ﻚﺌﻟﻭﺄﻓ ﻥﻮﻤﻟﺎﻈﻟﺍ
“Orang- orang yang tidak mengambil keputusan dengan berdasarkan kepada
hukum Allah, mereka adalah orang-orang yang zalim.” (Al- Maidah: 45)
4. Mengikuti orang-orang kafir.
Salah satu sebab terbengkalainya hukum Allah dan terjerumusnya kita di padang
kesesatan dan kelemahan adalah membiarkan orang kafir menguasai diri kita.
Orang- orang kafir tentu saja ingin menerapkan ideologi yang mereka yakini, yaitu
ideologi yang selaras dengan kepentingan dan hawa nafsunya. Karena itu,
masyarakat kita melangkah ke arah yang tidak memberi manfaat, tapi justru
membahayakan diri sendiri.
Allah SWT berfirman:
ﻦﻳﺬﻟﺍ ﺎﻬﻳﺃ ﺎﻳ ﺍﻮﻨﻣﺁ ﻻ ﺍﻭﺬﺨﺘﺗ ﻢﻜﻧﺍﻮﺧﺇﻭ ﻢﻜﺋﺎﺑﺁ ﺀﺎﻴﻟﻭﺃ ﻥﺇ ﺍﻮﺒﺤﺘﺳﺍ ﺮﻔﻜﻟﺍ ﻰﻠﻋ ﻥﺎﻤﻳﻹﺍ ﻦﻣﻭ
ﻢﻬﻟﻮﺘﻳ ﻢﻜﻨﻣ ﻢﻫ ﻚﺌﻟﻭﺄﻓ ﻥﻮﻤﻟﺎﻈﻟﺍ
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menjadikan bapak-bapakmu
dan saudara-saudaramu sebagai pelindung, jika mereka lebih menyukai kekafiran
daripada keimanan. Barangsiapa di antara kalian yang menjadikan mereka
sebagai pelindung, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (at- Taubah: 23)
5. Mengikuti hawa nafsu.
Al-Quran telah menjelaskan alasan-alasan seseorang menuruti bisikan hawa
nafsunya, yaitu:
a. Menipu orang lain demi melindungi kepentingannya.
Allah SWT berfirman:
ﻢﻠﻇﺃ ﻦﻣﻭ ﻯﺮﺘﻓﺍ ﻦﻤﻣ ﻰﻠﻋ ﻪﻠﻟﺍ ًﺎﺑﺬﻛ ﺱﺎﻨﻟﺍ ﻞﻀﻴﻟ ﺮﻴﻐﺑ ﻢﻠﻋ
“Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kebohongan terhadap
Allah untuk menyesatkan orang-orang tanpa pengetahuan?” (Al- An’am: 144)
b. Menghalang- halangi dilaksanakannya ajaran Allah jika bertentangan dengan
kepentingannya.
Allah SWT berfirman:
ﻢﻠﻇﺃ ﻦﻣﻭ ﻦﻤﻣ ﻊﻨﻣ ﻪﻠﻟﺍ ﺪﺟﺎﺴﻣ ﻥﺃ ﺮﻛﺬﻳ ﺎﻬﻴﻓ ﻪﻤﺳﺍ
“Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mencegah disebutnya nama
Allah di masjid-masjid?” (al- Baqarah: 114)
c. Membelot dari kebenaran dan tidak mendukungnya.
Allah SWT berfirman:
ﻦﻣﻭ ﻢﻠﻇﺃ ﻦﻤﻣ ﻢﺘﻛ ﺓﺩﺎﻬﺷ ﻩﺪﻨﻋ ﻦﻣ ﻪﻠﻟﺍ
“Siapakah orang yang lebih zalim daripada orang yang menyembunyikan
kesaksian dari Allah yang ada padanya?” (al- Baqarah: 140)
Bolehkah tunduk kepada kezaliman?
Islam melarang ketundukan kepada kezaliman.
Allah SWT berfirman:
ﺍﻮﻨﻛﺮﺗ ﻻﻭ ﻦﻳﺬﻟﺍ ﻰﻟﺇ ﺍﻮﻤﻠﻇ ﻢﻜﺴﻤﺘﻓ ﺭﺎﻨﻟﺍ ﺎﻣﻭ ﻢﻜﻟ ﻦﻣ ﻥﻭﺩ ﻪﻠﻟﺍ ﻦﻣ ﺀﺎﻴﻟﻭﺃ ﻢﺛ ﻻ ﻥﻭﺮﺼﻨﺗ
“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang yang zalim yang menyebabkan
kamu disentuh api neraka, sedangkan kamu tidak mempunyai penolong seorang
pun selain Allah sehingga kamu tidak akan diberi pertolongan.” (Hud: 113)
Ketundukan kepada orang-orang zalim akan berakibat:
1. Memperkuat mereka dan meluaskan kezaliman. Karena itu, jika ada hakim
syariat, maka seseorang tidak boleh mendatangi hakim yang zalim untuk
mendapatkan haknya.
Di dalam hadits disebutkan:
ﻢﻛﺎﺤﺘﻟﺍ ﻢﻬﻴﻟﺍ ﻢﻛﺎﺤﺗ ﻰﻟﺇ ﺕﻮﻏﺎﻄﻟﺍ
“Meminta putusan kepada mereka sama dengan meminta putusan kepada
thaghut.”
2. Mempengaruhi budaya masyarakat, menghilangkan kejelekan dari kezaliman,
dan membuat orang menyenanginya. Sebab, manusia biasanya menghindari
sesuatu yang jelek untuk menjaga nama baik mereka. Tapi, jika sesuatu sudah
tidak dianggap jelek atau sudah disenangi oleh banyak orang, maka mereka akan
melakukannya. Begitu juga hal- hal yang diharamkan Allah. Jika itu dianggap jelek
oleh suatu masyarakat, maka masyarakat itu akan menghindarinya. Tapi,
keharaman itu jika sudah dianggap sebagai sesuatu yang biasa, disenangi, maka
orang-orang yang lemah imannya akan mengerjakannya. Akibatnya, keharaman
itu semakin tersebar. Karena itu, Islam tidak hanya melarang penyebaran
perbuatan yang keji, tapi juga segala hal yang mengantarkan kepadanya. Bahkan,
para fuqaha berpendapat bahwa mengakui dosa atau menyebutkan kemaksiatan
yang kita lakukan kepada orang lain termasuk keharaman karena termasuk
menyebarkan kekejian dan mematahkan benteng mental antara orang-orang
dengan maksiat. Demikian juga ketundukan kepada orang yang zalim, ini
menyebabkan hilangnya kejelekan dari kezaliman itu.
Oleh karena itu, Islam memotivasi penganutnya untuk melawan kezaliman dan
tidak takut kepada orang-orang zalim.
Allah SWT berfirman:
ﻦﻳﺬﻟﺍ ﻻﺇ ﻢﻬﻨﻣ ﺍﻮﻤﻠﻇ ﻼﻓ ﻲﻧﻮﺸﺧﺍﻭ ﻢﻫﻮﺸﺨﺗ
“Janganlah kalian takut kepada orang-orang zalim dan takutlah kalian kepada-
Ku. ” (al- Baqarah: 150)
Islam memerintahkan umatnya untuk mengungkap kezaliman dan
menentangnya secara terang- terangan. Ini akan membuat kezaliman itu tetap
jelek dan tidak tersebar, bahkan mungkin dapat menghentikan kezaliman orang
itu. Allah mewajibkan saling menolong dalam melawan kezaliman.
Allah SWT berfirman:
ﺍﺫﺇ ﻦﻳﺬﻟﺍﻭ ﻢﻫ ﻲﻐﺒﻟﺍ ﻢﻬﺑﺎﺻﺃ ﻥﻭﺮﺼﺘﻨﻳ
“Jika mereka tertimpa kezaliman, mereka meminta tolong.” (asy-Syura : 39)
Artinya, memberi pertolongan adalah kewajiban. Jika tidak, maka perintah
meminta tolong ini menjadi sia-sia.
Membela orang-orang zalim jelas merupakan perbuatan yang haram.
Allah SWT berfirman:
ﻝﺎﻗ ﺎﻤﺑ ﺏﺭ ﻦﻠﻓ ّﻲﻠﻋ ﺖﻤﻌﻧﺍ ﻥﻮﻛﺃ ًﺍﺮﻴﻬﻇ ﻦﻴﻣﺮﺠﻤﻠﻟ
“Dia berkata, ‘Wahai Tuhanku, karena nikmat-Mu kepadaku, maka aku tidak akan
menjadi pembela para pelaku kejahatan.” (al- Qashash: 17)
Akibat dari kezaliman
Akibat dari kezaliman adalah kejelekan baik di dunia maupun di akhirat.
1. Pada akhirnya, setiap kezaliman seseorang pada orang lain akan menimpa
dirinya sendiri. Sebab, kezaliman dilakukan seseorang pertama- tama ketika
orang itu mengingkari daya-daya kebaikan di dalam dirinya. Selain itu, jika
kezaliman sudah menyebar di masyarakat, maka kezaliman itu akan mencakup
pelaku kezaliman itu sendiri. Ini seperti orang yang mengajarkan kebohongan
kepada orang lain, maka pada suatu hari orang itu akan berbohong juga pada
dirinya. Jadi, kezaliman pada orang lain itu pada hakikatnya adalah kezaliman
pada diri sendiri. Karena itu, banyak sekali ayat al- Quran yang melarang kita
menzalimi diri sendiri, seperti:
ﻦﻣﻭ ﻞﻌﻔﻳ ﻢﻠﻇ ﺪﻘﻓ ﻚﻟﺫ ﻪﺴﻔﻧ
“Orang yang melakukan hal itu, dia telah menzalimi dirinya sendiri.” (al- Baqarah:
231)
ﺪﻌﺘﻳ ﻦﻣﻭ ﺩﻭﺪﺣ ﻢﻠﻇ ﺪﻘﻓ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﺴﻔﻧ
“Orang yang melanggar batasan-batasan Allah, dia telah menzalimi dirinya
sendiri.” (ath-Thalaq : 1)
ﻦﻳﺬﻟﺍﻭ ﺍﻮﻤﻠﻇ ﺀﻻﺆﻫ ﻦﻣ ﻢﻬﺒﻴﺼﻴﺳ ﺕﺎﺌﻴﺳ ﺎﻣ ﺍﻮﺒﺴﻛ
“Orang- orang zalim akan terkena akibat buruk dari perbuatan mereka
sendiri.” (az-Zumar: 51)
ﻢﻬﺑﺎﺻﺄﻓ ﺕﺎﺌﻴﺳ ﺎﻣ ﺍﻮﻠﻤﻋ ﻕﺎﺣﻭ ﻢﻬﺑ ﺍﻮﻧﺎﻛ ﺎﻣ ﻪﺑ ﻥﻮﺋﺰﻬﺘﺴﻳ
“Mereka akan tertimpa akibat dari perbuatan mereka sendiri dan merelak akan
diliputi oleh azab yang dulu selalu mereka perolok- olokkan.” (an- Nahl: 34)
2. Hidup dalam kesesatan dan jauh dari hidayah
Orang zalim, karena tidak mau disebut sebagai orang zalim, akan menjustifikasi
perbuatannya dengan berbagai dalih dan alasan. Dia akan semakin jauh tersesat
demi membela diri. Orang yang sekali berbohong, akan berbohong lagi dan lagi
untuk menutupi kebohongannya. Orang yang sekali berbuat zalim, tidak akan
segan melakukan kezaliman berikutnya demi kezaliman yang pertama itu. Orang
itu semakin sulit menerima kebenaran, tidak dapat mengambil manfaat dari
hidayah Allah, tidak dapat mengambil manfaat dari ajaran agama, serta nasihat
dan petuah orang lain.
3. Kebinasaan.
Allah SWT berfirman:
ﻞﻫ ﻚﻠﻬﻳ ﻡﻮﻘﻟﺍ ﻻﺇ ﻥﻮﻤﻟﺎﻈﻟﺍ
“Tidak akan dibinasakan kecuali orang-orang zalim.” (al- An’am: 47)
ﺎﻣﻭ ﺎﻨﻛ ﻯﺮﻘﻟﺍ ﻲﻜﻠﻬﻣ ﻻﺇ ﺎﻬﻠﻫﺃﻭ ﻥﻮﻤﻟﺎﻇ
“Kami tidak akan menghancurkan suatu kaum, kecuali mereka dalam keadaan
zalim.” (al- Qashash: 59)
4. Azab di akhirat
Allah SWT berfirman:
ﻮﻟﻭ ﻯﺮﺗ ﻥﻮﻤﻟﺎﻈﻟﺍ ﺍﺫﺇ ﻥﻮﻓﻮﻗﻮﻣ ﺪﻨﻋ ﻢﻬﺑﺭ ﻊﺟﺮﻳ ﻢﻬﻀﻌﺑ ﻰﻟﺇ ﻝﻮﻘﻳ ﻝﻮﻘﻟﺍ ﺾﻌﺑ ﻦﻳﺬﻟﺍ
ﺍﻮﻔﻌﻀﺘﺳﺍ ﻦﻳﺬﻠﻟ ﺍﻭﺮﺒﻜﺘﺳﺍ ﻻﻮﻟ ﻢﺘﻧﺃ ﻦﻴﻨﻣﺆﻣ ﺎﻨﻜﻟ ، ﻦﻳﺬﻟﺍ ﻝﺎﻗ ﺍﻭﺮﺒﻜﺘﺳﺍ ﻦﻳﺬﻠﻟ ﺍﻮﻔﻌﻀﺘﺳﺍ
ﻦﺤﻧﺃ ﻢﻛﺎﻧﺩﺪﺻ ﻯﺪﻬﻟﺍ ﻦﻋ ﺫﺇ ﺪﻌﺑ ﻢﻜﺋﺎﺟ ﻞﺑ ﻢﺘﻨﻛ ﻦﻴﻣﺮﺠﻣ
“Dan (alangkah mengerikan) jika engkau melihat ketika orang-orang zalim itu
dihadapkan kepada Tuhannya, sebagian dari mereka mengembalikan perkataan
kepada sebagian yang lain. Orang- orang yang dianggap lemah berkata kepada
orang-orang yang menyombongkan diri, ‘Kalau tidaklah karena kamu, tentulah
kami menjadi orang-orang beriman.’ Orang- orang yang menyombongkan diri
berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah, ‘Kamikah yang telah
menghalangimu untuk memperoleh petunjuk setelah petunjuk itu datang
kepadamu? Tidak. Sebenarnya kamu sendirilah orang-orang yang berbuat
dosa.’” (Saba: 31- 32)
Terjemahan dari azh-Zhulm wa azh-Zhalimun al- Ma’ayir wa al-‘ Awaqib , Sayyid
Ja’far asy-Syirazi, http:/ /fashion.azyya.com /105964. html, diakses pada Kamis,
09 Desember 2010.
Published with Blogger-droid v2.0.3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar