Sabtu, Januari 14, 2012

Fatimah Binti Maimun, Muballigh Pertama Tanah Jawa

Tidak mustahil, pendakwah pertama di Nusantara adalah wanita. Kakeknya
adalah pedagang dari Timur Tengah, diduga pernah membangun Masjid.
Bukti tertua kehadiran huruf Arab pada fase awal Islam di Nusantara
ditemukan di sebuah makam di desa Leran, 8 Km utara kota Gersik Jawa
Timur. Huruf itu terdapat pada Nisan Fatimah binti Maimun bin
Hibatullah . Dia wafat pada hari Jumat 12 Rabiulawal 475 Hijriyah / 1082
Masehi.
Penanggalan itu menunjukkan nisan dipusara anak perempuan Maimun
ini merupakan bukti tertua penggunaan tulisan Arab di Asia Tenggara.
Demikian di tuliskan pada buku panduan pameran Budaya Islam di Aula
Institut Agama Islam Negeri (IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta), pada
tanggal 11- 17 September 1995.
Inskripsi nisan Fatimah terdiri atas tujuh baris, di tulis dengan huruf Arab
dengan gaya Kufi, salah satu ragam kaligrafi, dengan tata bahasa Arab
yang baik. Nisan ini juga memuat ayat Al-Qur’an , antara lain surat Al-
Rahman ayat 28- 27 dan surat Ali Imron ayat 185.
Bersama nisan
Maulana Malik
Ibrahim, yang wafat
pada 12 Rabiulawal
822 H / 8 April 1419
M, juga dimakamkan
di Gresik,
mengukuhkan
pendapat bahwa
Islam masuk ke
Nusantara melalui
Persia dan Gujarat.
Ada juga sarjana
yang mengatakan
batu nisan tersebut mirip kuil tembok Hindu di Gujarat.
Prof. DR. PA. Hoesien Djajadiningrat menyatakan, “Bukti agama Islam
masuk ke Nusantara dari Iran (persia) , ialah ejaan dalam tulisan Arab,
baris di atas, di bawah, dan di depan disebut jabar, Jer dan Pes. Ini adalah
bahasa Iran. Kalau menurut bahasa Arab, ejaannya adalah Fathah, Kasrah
dan Dhammah. Begitu pula huruf Sin yang tidak bergigi, sedangkan huruf
Sin dalam bahasa arab adalah bergigi, ini adalah salah satu bukti yang
terang.”
Siapakah Fatimah binti Maimun? Ahli sejarah Cirebon abad ke 17,
Wangsakerta, sebagai pangeran ketiga keraton pernah melakukan
Gotrasawala (musyawarah kekeluargaan) ahli sejarah se Nusantara
menelusuri silsilah para Syekh, guru agama dan Sultan keturunan Nabi
Muhammad SAW yang menjadi tokoh penyebar agama Islam di
Nusantara. Wangsakerta berdiskusi dengan Mahakawi sejarah dari Pasai,
Jawa Timur, Cirebon, Arab, Kudus, dan Surabaya, serta ulama dari
Cirebon dan Banten.
Hasilnya sebagai berikut: Rasulullah Muhammad SAW berputri Fatimah
yang menikah dengan Ali bin Abi Thalib, berputra Husaian, berputra
Zainal Abidin, yang menurunkan Muhammad Al-Baqir, bapak Ja’far
Shadiq, berputra Ali Al-Uraidi, ayah Sulaiman Al-Basri, yang menetap di
Persi, Sulaiman Abu Zain Al-Basri, yang menurunkan Ahmad Al-Baruni ,
ayah Sayyid Idris Al-Malik , yang berputra Muhammad Makdum Sidiq,
yang terakhir ini adalah ayah Hibatullah, kakek Fatimah binti Maimun.
Masih menurut penelusuran itu, Fatimah menikah dengan Pria bernama
Hassan yang berasal dari Arab bagian selatan.
Tentang Fatimah binti Maimun ini, pasangan peneliti H.J. de Graaf dan
Th. Piqeaud menghubungkan-nya dengan tradisi Lisan Jawa, tentang putri
Leran atau putri Dewi Swara. Dalam kaitan ini, kedua pakar Belanda ini
juga menerima anggapan bahwa Gresik merupakan pusat tertua agama
Islam di Jawa Timur.
Dengan demikian, tidak mustahil Fatimah binti Maimun itu pendakwah
Islam pertama di Tanah Jawa, bahkan sangat boleh jadi di Nusantara.
Namun ada penulis yang menyatakan, kakeknya pedagang dari Timur
tengah, Hibatullah, menetap di Leran, dan menikah dengan wanita
setempat, bahkan di duga sudah membangun masjid.
Apakah faktor kebetulan bila desa tempat Fatimah binti Maimun di
makamkan itu bernama Leran? Tentu saja hal ini telah menjadi
perbincangan para ahli sejarah sejak lama.
Cendikiawan Muslim Oemar Amin Hoesin, misalnya berpendapat, di
Persia itu ada satu suku namanya “Leren” , suku inilah yang mungkin
dahulu datang ke tanah Jawa, sebab di Giri ada kampung Leren juga
namanya. Begitu pula, ada suku Jawi di Persia. Suku inilah yang
mengajarkan huruf Arab yang terkenal di Jawa dengan huruf Pegon.
Dalam hal ini, Moh. Hari Soewarno mencatat, Leran sebenarnya nama
suku di Iran. mungkin Fatimah berasal dari Parsi, sebab data itu bisa
dibandingkan dengan data lain di Iran sendiri. Di sanapun terdapat desa
yang namanya Jawi, sehingga dapat di tarik kesimpulan, pada abad ke ke
11 itu sudah ada lalu lintas dagang antara negeri kita dengan negeri Parsi.
Peristiwa itu pasti terjadi berulang- ulang serta di mengerti banyak orang,
baik di Jawa maupun di Iran.
Menurutnya, orang Parsi, yang datang ke Jawa merasa kerasan, lalu
menetap. Sebaliknya orang Jawa yang merasa senang di Iran lalu menetap
di sana dan menamai desanya Jawi – untuk menunjukkan perkampungan
orang Jawa disana..
Jadi, dapat disimpulkan, Fatimah binti Maimun adalah orang Parsi yang
menetap di Jawa (tepatnya di Gresik), lalu perkampungannya disana
hingga sekarang terkenal sebagai desa Leran. Lebih jauh diketahui, di
Kediri pada Abad ke 11 sudah banyak orang membuat rumah indah
dengan genting warna-warni, kuning dan hijau. Gaya rumah demikian
banyak kita jumpai di Parsi.
Apakah juga faktor kebetulan jika dari tanah Persia, Fatimah binti Maimun
merantau ke pelabuhan Gresik, kemudian tinggal serta wafat dan
dimakamkan di sana? Bersama nisan ulama Persia Maulana Malik
Ibrahim, yang berangka tahun 882 H / 1419 M, sedang Nisan Fatimah yang
berangka 475 H / 1082 M dilihat sebagai bukti bahwa pada waktu itu
banyak orang Gresik yang telah menganut agama Islam. Bahkan sebelum
kedatangan para Wali periode pertama, sudah banyak pedagang Islam di
tanah Jawa. Mereka memilih daerah pelabuhan Gresik, yang saat itu
sedang dalam kekuasaan kerajaan Majapahit, sebagai tempat tinggal
mereka.
Bersama Tuban dan Jepara, pelabuhan Gresik sejak zaman Prabu
Airlangga (1019- 1041 M) bertahta, telah terjalin hubungan dagang dengan
negara- negara manca. Di pantai Tuban banyak ditemukan kepingan uang
emas dinar Arab bertarikh abad ke 9 – 10, yang menunjukkan bahwa lalu
lintas niaga antara Jawa dan Timur Tengah sudah pesat.
Akan halnya kedudukan Gresik yang istimewa itu, ahli obat-obatan bangsa
Portugal, Tom Pires, yang menyusuri utara pantai Jawa pada Maret sampai
Juni 1513, mencatat dalam jurnalnya, “Mereka mulai berdagang di negeri
itu dan bertambah kaya. Mereka berhasil membangun masjid dan Mullah,
para ulama di datangkan dari Luar.”
Mengenai kemampuan melaut orang Jawa, Babat Tanah Jawi versi J.J.
Meinnsma menggambarkan betapa kapal layar Jawa telah mengarungi
samudra jauh sampai ke negeri Sophala di pantai Afrika Timur yang
berhadapan dengan Madagaskar. Penjelajajahan itu terkait dengan
kemajuan bidang industri pembuatan alat pertanian, seperti Cangkul dan
sabit, serta alat persenjataan, yakni Keris yang bahan bakunya harus di
cari sampai ke Afrika Timur. Itulah sebabnya, orang Jawa memberanikan
diri berlayar ke Sophala dengan tujuan mencari bahan mentah besi yang
ada di sana.
Akan tetapi ahli keris B.K .R. T. Hertog Djojonegoro menyatakan bahwa
yang dicari jauh-jauh itu bukan hanya besi, melainkan juga batu metorit
(watu lintang, batu bintang) sebagai bahan pamor atau “ kesaktian” pada
keris atau tombak. Pamor yang baik ada 111, antara lain berasal dari
Gunung Uhud, di Arab Saudi, misalnya pamor “ Subhanallah ,, Alif dan
Ahadiyat”, yang sangat besar kewibawaannya, serta pamor
“ Rahmatullahi .” Yang mendatangkan banyak rezeki.
Pengambilan pamor dari Gunung Uhud, menurut Hertog, menunujukkan
bahwa suku bangsa Jawa khususnya dan bangsa Indonesia umumnya pada
masa dahulu merupakan bangsa pelaut dan pedagang yang sudah
mengunjungi tanah Arab dan sudah memiliki hubungan dagang dengan
banyak negeri di kawasan Timur Tengah.
Diakui oleh bangsa asing melalui tulisannya bahwa dalam periode lama
sebelum tarikh Masehi orang Indonesia merupakan bangsa pelaut, bahari
dan pedagang ulung yang mencapai puncaknya pada zaman Sriwijaya,
Syailendra, dan Majapahit. Kemudian masih berlangsung pada masa
Demak dan Mataram di bawah Sultan Agung.
Keahlian membuat Keris hanyalah satu dari 10 ilmu asli yang dimiliki
orang Jawa: Wayang, Gamelan, Metrik (cara dan alat penimbang), Batik,
Logam (dan cara mengolahnya) , sistem uang, ilmu pelayaran, Astronomi
(ilmu perbintangan) , penanaman Padi basah, dan sistem pemerintahan
yang sangat teratur.
Published with Blogger-droid v2.0.3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar