Oleh Gus Rochim
ان احمدلله نحمده ونستعينه ونستفره
ونعوذباالله من شرور انفسنا ومنسيئات اعمالنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل
فلامادي له واشهدان لااله الاالله وحده لاشريك له واشهدان محمد عبده ورسوله اما
بعد
احمدللهsegala
puji bagi Allah swt. Tuhan semua sekalian alam yang telah menganugrahkan kepada
kita begitu banyak nikmat, terutama
nikmat iman dan islam. Dan shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada
Rasulullah Muhammad Saw. Keluarganya, para sahabat serta orang-orang yang tetap
istiqamah dengan iman dan Islam sampai akhir nanti. Amin.
Kaum muslimin dan muslimat yang
berbahagia.
Sebagaimana telah dimaklumi, aqidah Islam merupakan
pemikiran yang paling mendasar yang melahirkan syariat Islam. Dengan kata lain
merupakan cabang dari aqidah Islam yang satu sama lain tidak bisa dipisahkan.
Upaya pemisahan syariat Islam dari
aqidah (sekularisasi) sama saja memisahkan batang pohon dari akarnya; tidak
akan dapat menghasilkan buah (manfaat), sebab memisahkan keduanya berarti
menghilangkan pengaruhnya dan mencabut fungsinya.
Hilangnya pengaruh syariat Islam tidak mungkin
terjadi sekiranya aqidah Islam dipahami secara benar. Seorang muslim yang
memahami aqidah Islam secara benar tentu tidak akan terdorong untuk menciptakan
syariat yang dilahirkan dari aqidah Islam dibangun di atas landasan keimanan
kepada Allah Yang Maha Pencipta dan Maha Pengatur. Karenanya ia akan meyakini
pula bahwa Allah Yang Maha Pencipta pasti mengetahui semua yang diciptakan-Nya;
mengetahui mana yang layak bagi manusia dan mana yang tidak.
Aqidah Islam adalah aqidah yang bersifat manusiawi,
demikian pula syariatnya, kedua layak bagi manusia; tanpa memandang warna kulit
ras atau unsur perbedaan lainnya; juga tanpa memandang ruang dan waktu. Islam
telah memberikan jawaban bagi setiap kebutuhan fisik dan naluri manusia. Islam
telah memberikan solusi atas setiap problem yang dihadapi manusia sebagai
pribadi ataupun bagian dari kelompok dan masyarakat, sebab Allah swt.
berfirman:
وَنَزَّلْنَا
عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى
لِلْمُسْلِمِينَ
"Dan
Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu
dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri" (QS. An-Nahl:89)
Di masa lalu, dikalangan kaum muslim maupun non
muslim, kenyataan bahwa negara merupakan bagian dari Islam dan Islam terdiri
dari aqidah dan syariat adalah hal yang masyhur. Disamping itu, Islam telah
menentukan hubungan luar negeri dengan negara-negara lain di atas landasan dakwah
Islam dan jihad fi sabilillah. Islam membangun realitas tersebut sembari
menetapkan target-targetnya, serta menyeberluaskannya ke seluruh penjuru dunia,
sehingga Islam seluruhnya hanya milik Allah.
Ikhwanul muslim dan muslimat yang
dirahmati Allah…
Islam telah mewajibkan kepada kita kaum muslim untuk
mengambil aqidah sekaligus syariatnya; tidak boleh keluar dari keduanya. Islam
juga telah memerintahkan kaum muslim untuk mengatur kehidupan mereka dan
mewariskannya dengan azas aqidah Islam. Bukan didasarkan pada perkembangan
tempat, atupun zaman. Pada saat kaum muslim hendak menerapkan Islam, mereka
tidak perlu mendasarkannya pada adat dan tradisi masa lalu, yang telah
berlangsung, atau yang sedang berpengaruh terhadap syariat Islam. Sebaliknya
mereka harus berusaha untuk menerapkan hukum-hukum Islam di atas landasan, لااله
الاالله محمدرسول الله yang bermakna tidak ada yang layak ditaati selain diri-Nya.
Pada saat ini, kaum muslim sampai pada kondisi yang
sangat buruk di dalam pemahaman Islam dan penerapannya, serta tidak berdaya
dihadapan propaganda berat dengan idiologi kapitalisnya yang rusak, yang ingin
menguasai dunia atas nama globalisasi dengan pemperketat Undang-Undang
internasional.
Kaum muslimin dan muslimat yang
dirahmati Allah…
Sesudah selayaknya kita sebagai orang muslim
menyakini bahwa syariat Islam merupakan rahmat bagi manusia dan seluruh alam
karena itu tidak ada alasan apapun untuk melakukan sekularisasi atau pemisahan
aqidah dari seyariatnya, karena Allah swt berfirman:
وَمَا
أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Dan
tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam. (QS. Al-Anbiya’:107)
Rahmat dalam ayat di atas tidak
berkaitan langsung dengan Muhammad saw. sebagai seorang manusia, tetapi
berhubungan erat dengan posisinya sebagai rasul Allah pembawa syariat yang
memang paling unggul dibanding dengan aturan-aturan apapun yang ada di dunia.
Artinya pengagungan kaum muslim terhadap pribadi
Muhammad tidak akan mendatangkan berkah apa-apa juga tidak akan menjadikan
agama Islam mengungguli agama-agama/idiologi-idiologi lain. Jika pada saat yang
sama mereka mencampakkan syariat yang dibawakannya. Allah swt berfirman:
هُوَ
الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى
الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا
"Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya
dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua
agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi". (QS. Al-Fath:28)
Dengan demikian, rahmat bagi seluruh alam akan tetap
terwujud dalam relitas kehidupan kendati Nabi Muhammad saw telah lama wafat;
tentu saja jika seluruh risalah yang dibawanya diterapkan dalam realitas
kehidupan.
Sebaliknya, rahmat bagi seluruh alam itu tidak akan
pernah muncul menakala kaum muslim tidak menerapkan syariat Islam yang
bersumber pada al-Qur'an dan as-Sunnah. Karena itu upaya menutupi, menghambat
dan menentang penerapan syariat Islam pada hekikatnya adalah menutup diri dari
rahmat Allah. Lebih dari itu, menolak syariat pasti akan memuai laknat di dunia
dan akhirat. Wallahu a’lam bi ash sawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar