بسم الله الرحمن الرحيم
Peringatan kemerdekaan Indonesia jatuh pada setiap tanggal 17
Agustus. Berbagai perayaan peringatan
ini selalu diadakan secara rutin setiap tahun. Tetapi apakah itu merupakan
kemerdekaan yang hakiki, ataukah negeri ini masih tetap jatuh di bawah
cengkraman penjajahan? Penjajahan tersebut tetap akan bercokol di negeri ini
melalui ketundukan di bidang intelektual, politik dan ekonomi, bahkan dalam
banyak aspek ketergantungan di bidang kemiliteran. Sebab, penjajah itu
hakikatnya merupakan upaya memaksakan cengkraman secara pemikiran, politik,
ekonomi dan militer oleh negara-negara penjajah kepada negara-negara terjajah
dengan tujuan untuk mengeksploitasinya.
Maka, harus dibentuk kesadaran di tengah masyarakat tentang penjajahan;
hakikat dan bahayanya. Sebab, kondisi negeri ini tetap terjajah, sejak datangnya
penjajah Portugis ---yang merupakan negara Kafir imperialis pertama yang
datang--- ke negeri ini. Kemudian, posisinya digantikan oleh Belanda, dan
kondisi tersebut terus berlanjut hingga api kemarahan untuk menentangnya membara
dalam benak rakyatnya. Amerikalah yang
menyalakan api kemarahan ini demi kepentingannya sendiri agar bisa menyulut
perlawanan rakyat di negeri ini untuk melawan negara-negara penjajah lama. Setelah itu posisinya dia gantikan, agar
(negeri ini) bisa ia jajah. Sejak awal kemerdekaannya pada tahun 1945 M, negeri
ini terikat dengan Amerika, sebagaimana yang terlihat dalam Perjanjian
Linggarjati 27/5/1947 M, dan Perjanjian Renville. Sekalipun demikian, Amerika
masih belum berhasil memaksakan cengkramannya terhadap negeri ini, sampai
akhirnya Amerika merancang pemberontakan di negeri ini, seperti di Sumatera dan
Sulawesi untuk menekan para penguasa negeri ini. Setelah itu mengulurkan bantuan agar bisa
memaksakan cengkramannya. Presiden Amerika terdahulu, Herbert Hoover, pernah
mengatakan: Kita harus belajar bagaimana cara merancang berbagai
pemberontakan, melakukan pembumihangusan, merusak dan menghancurkan musuh-musuh
kita dengan berbagai sarana yang jauh lebih cerdas, mutakhir dan efektif
daripada sarana-sarana yang mereka gunakan untuk melawan kita. Inilah yang
pernah dilaporkan dalam laporan rahasia yang telah disampaikan kepada Gedung
Putih pada tahun 1954 M. Amerika telah menggunakan strategi ini, yaitu strategi
perlawanan tak langsung, sampai akhirnya Soekarno tunduk di bawah cengkramannya
pada dekade 50-an abad lalu, dan dengan demikian sempurnalah cengkraman Amerika
terhadap negeri ini.
Amerika juga menggunakan strategi yang sama dalam apa yang disebut
dengan Revolusi Dewan Jenderal tahun 1965 M.
Amerika berhasil mengeksploitasinya untuk merealisasikan kepentingannya
di negeri ini, yaitu menjatuhkan Presiden Soekarno dari pemerintahan, setelah
terjadi Tregedi Pembunuhan Dewan Jenderal oleh para pengikut Sosialis (Komunis)
---sebagaimana yang dituduhkan--- hingga kepentingan Amerika benar-benar
terealisir setelah Soeharto maju ke tampuk pemerintahan setelah itu. Cengkraman
Amerika juga semakin mendalam di negeri ini pada zaman Soeharto. Tetapi
kondisinya sedikit berubah dengan perubahan sikap Soeharto terhadap Islam dan
kaum Muslim pada awal dekade 90-an abad lalu setelah sebelumnya bersikap
memerangi Islam dan kaum Muslim dengan undang-undang Subversif. Maka, Islam
mulai berkembang sedikit demi sedikit di negeri ini, kemudian tumbuhlah berbagai
gerakan dan organisasi Islam. Semangat keislaman pun mulai tampak di
tengah-tengah rakyatnya.
Ketika terjadi krisis keuangan di Asia, termasuk Indonesia, Amerika
telah berhasil mengeksploitasinya untuk menekan Soeharto, dengan apa yang
disebut sebagai Program Penyelamatan, yang dia terima dari IMF. Tetapi sayang
sekali, masalahnya justru semakin bertambah parah. Inflasi di negeri ini
akhirnya meningkat tanpa batas. Demikianlah, sampai akhirnya krisis tersebut
berujung dengan jatuhnya Soeharto dari tampuk pemerintahan. Padahal, Amerikalah
yang telah mendudukkan Soeharto dalam pemerintahan 32 tahun yang sebelumnya, dan
membantunya untuk melawan Presiden Soekarno (Lihat, Hal Yastathî'u al-'Alam
an Yaqûla: Lâ li ar-Ra'samaliyyah al-Ma'lûmâtiyyah, karya 'Abd
al-Hayyi Zallûm, hal. 349). Dan, krisis ini pun berlanjut menjadi krisis
multidimensi dan terus berlangsung hingga sekarang setelah terjadinya
kesepekatan antara para penguasa Indonesia dengan IMF. Bahkan, semakin rumit dan sukar daripada
jaman Soeharto.
Kondisi ini terus berlanjut sekalipun telah terjadi beberapa kali
pergantian orang dalam jajaran pemerintahan. Sebab, masalah kemerdekaan negeri
ini bukanlah masalah perubahan penguasa, dari satu orang kepada orang lain.
Tetapi, sistem yang sedang diterapkanlah yang seharusnya diubah. Cengkraman
Amerika dan negara-negara imperialis lain akan tetap berlanjut dan kuat di
negeri ini, mengingat sistem Kapitalislah yang diterapkan di sini, dan masih ada
keyakinan terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan berbagai krisis multidimensi
ini. Padahal, justru sistem itulah yang menjadi penyebab hakiki krisis tersebut.
Indonesia adalah negeri Islam yang paling besar penduduknya di dunia,
dan prosentase kaum Muslim di sini lebih dari 87 persen. Negeri ini, dengan
karakter penduduknya ---seperti itu--- merupakan lahan yang subur bagi Islam,
ketika mereka dahulu telah menerima Islam dengan melalui seruan dakwah murni,
tanpa peperangan. Islam telah sampai ke
sini sejak abad ke-8 H/14 M (sebagian ahli sejarah menyatakan Islam masuk ke
Indonesia sejak abad 7 M) melalui tangan
para pedagang Muslim. Mereka menyerukan agama mereka, sebelum menawarkan barang
dagangan mereka. Akhirnya Islam tersebar melalui dakwah mereka di tengah-tengah
penduduknya, setelah itu tersebar melalui dakwah penduduk asli yang telah
memeluk Islam, sehingga berhasil menggantikan kedudukan Hindu di negeri
ini. Mereka pun menjadi Muslim, dan
jumlahnya menjadi mayoritas sejak saat itu hingga sakarang. Setelah itu,
negara-negara imperialislah yang telah menanamkan berbagai virus mematikan di
lahan yang subur untuk kebaikan ini hingga penduduknya diserang berbagai
penyakit, sementara mereka tidak tahu: apa sesungguhnya penyakitnya dan
bagaimana cara mereka menyembuhkannya?
Satu-satunya jalan untuk membebaskan diri dari cengkraman kaum Kufur
yang sangat marah terhadap negeri kaum Muslim, dan juga dari dominasi
antek-antek mereka, adalah dengan mendirikan negara Khilafah yang penegakkannya
telah diwajibkan oleh Allah kepada kaum Muslim. Dan, hendaknya kaum Muslim
bersatu di bawah panjinya. Karena, Islam telah mewajibkan kaum Muslim untuk
berada dalam satu negara, dan agar mereka mempunyai satu khalifah. Rasulullah
saw. bersabda:
«إِذَا بُوْيِعَ لِخَلِيْفَتَيْنِ فَاقْتُلُوا
اْلآخِرَ مِنْهُمَا»
Jika telah dibai'at dua orang khalifah, maka bunuhlah yang terakhir di
antara keduanya. (HR.
Muslim)
Ini artinya, kaum Muslim wajib mempunyai satu Khilafah. Dengan
mendirikannya, maka kaum Muslim akan menjadi kuat kembali, dan negara Khilafah
akan mengakhiri semua thaghut dan orang-orang zalim yang membelenggu leher kaum
Muslim. Dengan begitu, Indonesia akan terbebas dari cengkraman negara-negara
Kafir penjajah, seperti Amerika, yang selalu menguras kekayaan negeri ini,
sehingga kekayaan ini akan kembali kepada rakyatnya. Khalifah pun akan
membelanjakannya pada pos-posnya yang dibenarkan syara', guna memenuhi kebutuhan
pokok rakyat, sehingga memungkinkan mereka untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
yang lain melalui perputaran dan pengembangan kekayaan tersebut ke seluruh
pelosok negara. Jika ada bagian negara yang miskin kekayaan alamnya, sementara
yang lain kaya, maka semua bagian negara akan dapat memanfaatkan kekayaan ini.
Sebab, kekayaan tersebut merupakan kepemilikan umum kaum Muslim. Dengan begitu,
seluruh permasalahan ekonomi di negeri kaum Muslim, ---sebagai satu negeri, baik
dari aspek kekayaan maupun sumbernya--- akan bisa diselesaikan. Oleh karena itu,
jika kita ingin menjaga kekayaan kita dari kerakusan negara-negara Kafir
imperialis, dan jika kita ingin memanfaatkan kekayaan ini, mengembalikan
kekuatan dan keagungan kita, maka berjuanglah dengan sungguh-sungguh agar kaum
Muslim bersatu di bawah satu negara Khilafah. Ketahuilah, bahwa Allah akan
menolong kita, jika kita menolong-Nya. Allah SWT. berfirman:
]يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللهَ يَنْصُرْكُمْ
وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ[
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya
Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS. Muhammad [47]: 7).
Ketahuilah, wahai kaum Muslim!
Begitulah, ummat Islam ini adalah umat yang satu, yang tidak boleh
dipecahbelah. Bahkan, ummat ini bagaikan satu tubuh, sebagaimana yang dinyatakan
Rasulullah saw.:
«مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِيْ تَوَادِّهِمْ
وَتَرَاحُمِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ الْوَاحِدِ إِذَا اشْتَكَى عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ
سَائِرُ الْجَسَدِ بِالْحُمَّى وَالسَّهَرِ».
Perumpamaan kaum Mukmin dalam hal cinta kasih dan kasih sayang mereka
adalah bagaikan sau tubuh; jika merintih (kesakitan), maka ia akan mengundang
bagian-bagian tubuh yang lain, dengan panas dan terjaga (tidak bisa
tidur).
Wahai kaum Muslim:
Sesungguhnya negara-negara Kafir imperialis, seperti Amerika Serikat,
telah mengabdikan dirinya untuk itu, sehingga sepanjang hidupnya tak pernah
henti dan terus memaksakan diri untuk mencengkramnya, setelah mereka berhasil
menghancurkan negara Khilafah sejak 80 tahun lalu. Mereka telah menjajah negeri
kita, menghina agama kita, merampok kekayaan kita yang banyak dan melimpah,
kemudian meninggalkan kita dalam keadaan tidak menemukan secuil rotipun, kecuali
setelah pencarian sekian lama. Lalu, bagaimana mungkin kita berdiam diri
terhadap semuanya, sementara kita adalah ummat yang agung, ummat Muhammad saw.
yang menjadi obyek penerapan Islam, serta mengembannya ke seluruh dunia untuk
membebaskan dunia dari kegelapan menuju cahaya (Islam). Cukuplah sudah
ketundukan kita kepada negara-negara penjajah dan orang-orang yang zalim itu.
Angkatlah kehinaan ini dari pundak kita. Ubahlah kondisi memprihatinkan yang
menyandera kita ini, berangkatlah untuk berjuang dengan sungguh-sungguh, dan
segera untuk menyatukan negeri kita
dalam satu negara, di bawah bendera satu khalifah. Dialah benteng dan
baju besi (perisai) kita, sebagaimana yang telah dinyatakan dalam hadits yang
mulia:
«إِنَّمَا اْلإِمَامُ ـ الْخَلِيْفَةُ ـ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ
وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ»،
Sesungguhnya Imam ---Khalifah--- itu bagaikan perisai; dimana (kaum
muslimin) berperang dan berlindung di belakang perisai tersebut. (HR. Muslim).
Jika kita melakukannya, kita pasti akan bisa mengenyahkan dominasi Barat
Kafir, menghancurkan cengkramannya, mengusirnya dari negeri kita, serta menarik
kembali kekayaan alam kita dari tangan dan kerakusan kaum Kufar imperialis.
Dengan begitu, kita bisa memanfaatkan keunggulan negeri kita, yang memang telah
dianugerahkan oleh Allah kepada kita; kemudian kita bisa membelanjakannya untuk
memenuhi kebutuhan kita, memperbaiki taraf hidup kita, mengembalikan negara kita
---negara Khilafah--- sebagai negara adidaya di dunia, serta kembalinya
kedaulatan dan kepemimpinan ke tangan Islam. Dengan begitu, kita benar-benar
akan bisa merealisasikan kemerdekaan kita dari kaum Kufar, yang membelenggu
kita. Dengan itu pula, kita bisa menyelamatkan manusia dari kesewenang-wenangan
dan perbudakan negara-negara Kafir imperialis, serta membebaskan manusia dari
kegelapan menuju cahaya Islam. Akhirnya, kita akan menjadi ---sebagaimana yang
dikehendaki oleh Allah pada kita--- ummat terbaik yang dilahirkan untuk seluruh
ummat manusia. Allah berfirman:
]يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ
إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ[
Hai orang-orang yang beriman,
penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu
yang memberi kehidupan kepada kamu, (QS.
Al Anfal [8]: 24).
gus rochim
Sumber HIzbuttahrir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar