Minggu, Agustus 12, 2012

DENGAN MENDIRIKAN KHILAFAH KITA MENYELAMATKAN DIRI KITA DAN DUNIA


بسم الله الرحمن الرحيم

Peringatan kemerdekaan Indonesia jatuh pada setiap tanggal 17 Agustus. Berbagai perayaan peringatan ini selalu diadakan secara rutin setiap tahun. Tetapi apakah itu merupakan kemerdekaan yang hakiki, ataukah negeri ini masih tetap jatuh di bawah cengkraman penjajahan? Penjajahan tersebut tetap akan bercokol di negeri ini melalui ketundukan di bidang intelektual, politik dan ekonomi, bahkan dalam banyak aspek ketergantungan di bidang kemiliteran. Sebab, penjajah itu hakikatnya merupakan upaya memaksakan cengkraman secara pemikiran, politik, ekonomi dan militer oleh negara-negara penjajah kepada negara-negara terjajah dengan tujuan untuk mengeksploitasinya.

Maka, harus dibentuk kesadaran di tengah masyarakat tentang penjajahan; hakikat dan bahayanya. Sebab, kondisi negeri ini tetap terjajah, sejak datangnya penjajah Portugis ---yang merupakan negara Kafir imperialis pertama yang datang--- ke negeri ini. Kemudian, posisinya digantikan oleh Belanda, dan kondisi tersebut terus berlanjut hingga api kemarahan untuk menentangnya membara dalam benak rakyatnya. Amerikalah yang menyalakan api kemarahan ini demi kepentingannya sendiri agar bisa menyulut perlawanan rakyat di negeri ini untuk melawan negara-negara penjajah lama. Setelah itu posisinya dia gantikan, agar (negeri ini) bisa ia jajah. Sejak awal kemerdekaannya pada tahun 1945 M, negeri ini terikat dengan Amerika, sebagaimana yang terlihat dalam Perjanjian Linggarjati 27/5/1947 M, dan Perjanjian Renville. Sekalipun demikian, Amerika masih belum berhasil memaksakan cengkramannya terhadap negeri ini, sampai akhirnya Amerika merancang pemberontakan di negeri ini, seperti di Sumatera dan Sulawesi untuk menekan para penguasa negeri ini. Setelah itu mengulurkan bantuan agar bisa memaksakan cengkramannya. Presiden Amerika terdahulu, Herbert Hoover, pernah mengatakan: Kita harus belajar bagaimana cara merancang berbagai pemberontakan, melakukan pembumihangusan, merusak dan menghancurkan musuh-musuh kita dengan berbagai sarana yang jauh lebih cerdas, mutakhir dan efektif daripada sarana-sarana yang mereka gunakan untuk melawan kita. Inilah yang pernah dilaporkan dalam laporan rahasia yang telah disampaikan kepada Gedung Putih pada tahun 1954 M. Amerika telah menggunakan strategi ini, yaitu strategi perlawanan tak langsung, sampai akhirnya Soekarno tunduk di bawah cengkramannya pada dekade 50-an abad lalu, dan dengan demikian sempurnalah cengkraman Amerika terhadap negeri ini.

Amerika juga menggunakan strategi yang sama dalam apa yang disebut dengan Revolusi Dewan Jenderal tahun 1965 M. Amerika berhasil mengeksploitasinya untuk merealisasikan kepentingannya di negeri ini, yaitu menjatuhkan Presiden Soekarno dari pemerintahan, setelah terjadi Tregedi Pembunuhan Dewan Jenderal oleh para pengikut Sosialis (Komunis) ---sebagaimana yang dituduhkan--- hingga kepentingan Amerika benar-benar terealisir setelah Soeharto maju ke tampuk pemerintahan setelah itu. Cengkraman Amerika juga semakin mendalam di negeri ini pada zaman Soeharto. Tetapi kondisinya sedikit berubah dengan perubahan sikap Soeharto terhadap Islam dan kaum Muslim pada awal dekade 90-an abad lalu setelah sebelumnya bersikap memerangi Islam dan kaum Muslim dengan undang-undang Subversif. Maka, Islam mulai berkembang sedikit demi sedikit di negeri ini, kemudian tumbuhlah berbagai gerakan dan organisasi Islam. Semangat keislaman pun mulai tampak di tengah-tengah rakyatnya.

Ketika terjadi krisis keuangan di Asia, termasuk Indonesia, Amerika telah berhasil mengeksploitasinya untuk menekan Soeharto, dengan apa yang disebut sebagai Program Penyelamatan, yang dia terima dari IMF. Tetapi sayang sekali, masalahnya justru semakin bertambah parah. Inflasi di negeri ini akhirnya meningkat tanpa batas. Demikianlah, sampai akhirnya krisis tersebut berujung dengan jatuhnya Soeharto dari tampuk pemerintahan. Padahal, Amerikalah yang telah mendudukkan Soeharto dalam pemerintahan 32 tahun yang sebelumnya, dan membantunya untuk melawan Presiden Soekarno (Lihat, Hal Yastathî'u al-'Alam an Yaqûla: Lâ li ar-Ra'samaliyyah al-Ma'lûmâtiyyah, karya 'Abd al-Hayyi Zallûm, hal. 349). Dan, krisis ini pun berlanjut menjadi krisis multidimensi dan terus berlangsung hingga sekarang setelah terjadinya kesepekatan antara para penguasa Indonesia dengan IMF. Bahkan, semakin rumit dan sukar daripada jaman Soeharto.

Kondisi ini terus berlanjut sekalipun telah terjadi beberapa kali pergantian orang dalam jajaran pemerintahan. Sebab, masalah kemerdekaan negeri ini bukanlah masalah perubahan penguasa, dari satu orang kepada orang lain. Tetapi, sistem yang sedang diterapkanlah yang seharusnya diubah. Cengkraman Amerika dan negara-negara imperialis lain akan tetap berlanjut dan kuat di negeri ini, mengingat sistem Kapitalislah yang diterapkan di sini, dan masih ada keyakinan terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan berbagai krisis multidimensi ini. Padahal, justru sistem itulah yang menjadi penyebab hakiki krisis tersebut.

Indonesia adalah negeri Islam yang paling besar penduduknya di dunia, dan prosentase kaum Muslim di sini lebih dari 87 persen. Negeri ini, dengan karakter penduduknya ---seperti itu--- merupakan lahan yang subur bagi Islam, ketika mereka dahulu telah menerima Islam dengan melalui seruan dakwah murni, tanpa peperangan. Islam telah sampai ke sini sejak abad ke-8 H/14 M (sebagian ahli sejarah menyatakan Islam masuk ke Indonesia sejak abad 7 M) melalui tangan para pedagang Muslim. Mereka menyerukan agama mereka, sebelum menawarkan barang dagangan mereka. Akhirnya Islam tersebar melalui dakwah mereka di tengah-tengah penduduknya, setelah itu tersebar melalui dakwah penduduk asli yang telah memeluk Islam, sehingga berhasil menggantikan kedudukan Hindu di negeri ini. Mereka pun menjadi Muslim, dan jumlahnya menjadi mayoritas sejak saat itu hingga sakarang. Setelah itu, negara-negara imperialislah yang telah menanamkan berbagai virus mematikan di lahan yang subur untuk kebaikan ini hingga penduduknya diserang berbagai penyakit, sementara mereka tidak tahu: apa sesungguhnya penyakitnya dan bagaimana cara mereka menyembuhkannya?

Satu-satunya jalan untuk membebaskan diri dari cengkraman kaum Kufur yang sangat marah terhadap negeri kaum Muslim, dan juga dari dominasi antek-antek mereka, adalah dengan mendirikan negara Khilafah yang penegakkannya telah diwajibkan oleh Allah kepada kaum Muslim. Dan, hendaknya kaum Muslim bersatu di bawah panjinya. Karena, Islam telah mewajibkan kaum Muslim untuk berada dalam satu negara, dan agar mereka mempunyai satu khalifah. Rasulullah saw. bersabda:

«إِذَا بُوْيِعَ لِخَلِيْفَتَيْنِ فَاقْتُلُوا اْلآخِرَ مِنْهُمَا»

Jika telah dibai'at dua orang khalifah, maka bunuhlah yang terakhir di antara keduanya. (HR. Muslim)

Ini artinya, kaum Muslim wajib mempunyai satu Khilafah. Dengan mendirikannya, maka kaum Muslim akan menjadi kuat kembali, dan negara Khilafah akan mengakhiri semua thaghut dan orang-orang zalim yang membelenggu leher kaum Muslim. Dengan begitu, Indonesia akan terbebas dari cengkraman negara-negara Kafir penjajah, seperti Amerika, yang selalu menguras kekayaan negeri ini, sehingga kekayaan ini akan kembali kepada rakyatnya. Khalifah pun akan membelanjakannya pada pos-posnya yang dibenarkan syara', guna memenuhi kebutuhan pokok rakyat, sehingga memungkinkan mereka untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lain melalui perputaran dan pengembangan kekayaan tersebut ke seluruh pelosok negara. Jika ada bagian negara yang miskin kekayaan alamnya, sementara yang lain kaya, maka semua bagian negara akan dapat memanfaatkan kekayaan ini. Sebab, kekayaan tersebut merupakan kepemilikan umum kaum Muslim. Dengan begitu, seluruh permasalahan ekonomi di negeri kaum Muslim, ---sebagai satu negeri, baik dari aspek kekayaan maupun sumbernya--- akan bisa diselesaikan. Oleh karena itu, jika kita ingin menjaga kekayaan kita dari kerakusan negara-negara Kafir imperialis, dan jika kita ingin memanfaatkan kekayaan ini, mengembalikan kekuatan dan keagungan kita, maka berjuanglah dengan sungguh-sungguh agar kaum Muslim bersatu di bawah satu negara Khilafah. Ketahuilah, bahwa Allah akan menolong kita, jika kita menolong-Nya. Allah SWT. berfirman:

]يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ[

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS. Muhammad [47]: 7).

Ketahuilah, wahai kaum Muslim! Begitulah, ummat Islam ini adalah umat yang satu, yang tidak boleh dipecahbelah. Bahkan, ummat ini bagaikan satu tubuh, sebagaimana yang dinyatakan Rasulullah saw.:

«مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِيْ تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ الْوَاحِدِ إِذَا اشْتَكَى عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالْحُمَّى وَالسَّهَرِ».

Perumpamaan kaum Mukmin dalam hal cinta kasih dan kasih sayang mereka adalah bagaikan sau tubuh; jika merintih (kesakitan), maka ia akan mengundang bagian-bagian tubuh yang lain, dengan panas dan terjaga (tidak bisa tidur).

Wahai kaum Muslim:

Sesungguhnya negara-negara Kafir imperialis, seperti Amerika Serikat, telah mengabdikan dirinya untuk itu, sehingga sepanjang hidupnya tak pernah henti dan terus memaksakan diri untuk mencengkramnya, setelah mereka berhasil menghancurkan negara Khilafah sejak 80 tahun lalu. Mereka telah menjajah negeri kita, menghina agama kita, merampok kekayaan kita yang banyak dan melimpah, kemudian meninggalkan kita dalam keadaan tidak menemukan secuil rotipun, kecuali setelah pencarian sekian lama. Lalu, bagaimana mungkin kita berdiam diri terhadap semuanya, sementara kita adalah ummat yang agung, ummat Muhammad saw. yang menjadi obyek penerapan Islam, serta mengembannya ke seluruh dunia untuk membebaskan dunia dari kegelapan menuju cahaya (Islam). Cukuplah sudah ketundukan kita kepada negara-negara penjajah dan orang-orang yang zalim itu. Angkatlah kehinaan ini dari pundak kita. Ubahlah kondisi memprihatinkan yang menyandera kita ini, berangkatlah untuk berjuang dengan sungguh-sungguh, dan segera untuk menyatukan negeri kita dalam satu negara, di bawah bendera satu khalifah. Dialah benteng dan baju besi (perisai) kita, sebagaimana yang telah dinyatakan dalam hadits yang mulia:

«إِنَّمَا اْلإِمَامُ ـ الْخَلِيْفَةُ ـ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ»،
Sesungguhnya Imam ---Khalifah--- itu bagaikan perisai; dimana (kaum muslimin) berperang dan berlindung di belakang perisai tersebut. (HR. Muslim).
Jika kita melakukannya, kita pasti akan bisa mengenyahkan dominasi Barat Kafir, menghancurkan cengkramannya, mengusirnya dari negeri kita, serta menarik kembali kekayaan alam kita dari tangan dan kerakusan kaum Kufar imperialis. Dengan begitu, kita bisa memanfaatkan keunggulan negeri kita, yang memang telah dianugerahkan oleh Allah kepada kita; kemudian kita bisa membelanjakannya untuk memenuhi kebutuhan kita, memperbaiki taraf hidup kita, mengembalikan negara kita ---negara Khilafah--- sebagai negara adidaya di dunia, serta kembalinya kedaulatan dan kepemimpinan ke tangan Islam. Dengan begitu, kita benar-benar akan bisa merealisasikan kemerdekaan kita dari kaum Kufar, yang membelenggu kita. Dengan itu pula, kita bisa menyelamatkan manusia dari kesewenang-wenangan dan perbudakan negara-negara Kafir imperialis, serta membebaskan manusia dari kegelapan menuju cahaya Islam. Akhirnya, kita akan menjadi ---sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah pada kita--- ummat terbaik yang dilahirkan untuk seluruh ummat manusia. Allah berfirman:

]يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ[

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, (QS. Al Anfal [8]: 24).

gus rochim

Sumber HIzbuttahrir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar