Posted
by Gus Rochim
Surat Al-Fatihah adalah surat yang amat masyhur, telah dikenal oleh seluruh kaum muslimin.
Saking terkenalnya, terkadang sebagian kaum muslimin menyalahgunakannya,
seperti membacanya untuk orang mati saat ziarah kubur, atau mengirimkan
pahalanya kepada Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-, Syaikh Abdul Qodir
Al-Jailaniy, dan orang-orang yang telah mati. Semua ini tak ada contohnya dari
Allah dan Rasul-Nya.
Surat Al-Fatihah amat
masyhur, namun banyak di antara kita tak mengetahui fadhilah, dan keutamaannya.
Padahal banyak sekali hadits-hadits yang menunjukkan keutamaannya, baik dari
sisi kandungan atau kedudukannya di sisi Allah -Azza wa Jalla-. Diantara
fadhilah dan keutamaan Surat Al-Fatihah:
Orang yang membaca
Al-Fatihah akan mendapatkan balasan pahala yang besar di sisi Allah. Terlebih
lagi jika ia membacanya dengan ikhlash, dan mentadabburi maknanya.
Abu Sa’id bin
Al-Mu’allaa -radhiyallahu ‘anhu- berkata,
كُنْتُ
أُصَلِّيْ فَدَعَانِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ
أُجِبْهُ, قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنِّيْ كُنْتُ أُصَلِّيْ, قَالَ: أَلَمْ
يَقُلِ اللهُ: (اسْتَجِيْبُوْا لِلّهِ وَلِلرَّسُوْلِ إِذَا دَعَاكُمْ), ثُمَّ
قَالَ: أَلاَ أُعَلِّمُكَ أَعْظَمَ سُوْرَةٍ فِي الْقُرْآنِ قَبْلَ أَنْ تَخْرُجَ
مِنَ الْمَسْجِدِ؟. فَأَخَذَ بِيَدِيْ, فَلَمَّا أَرَدْنَا أَنْ نَخْرُجَ, قُلْتُ:
يَا رَسُوْلَ اللهِ, إِنَّكَ قُلْتَ: لأُعَلِّمَنَّكَ أَعْظَمَ سُوْرَةٍ مِنْ
الْقُرْآنِ. قَالَ: (الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ), هِيَ السَّبعُ
الْمَثَانِيْ وَاْلقُرْآنُ الْعَظِيْمُ الَّذِيْ أُوْتِيْتَهُ
“Dulu aku pernah
sholat. Lalu Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- memanggilku. Namun aku tak
memenuhi panggilan beliau. Aku katakan, “Wahai Rasulullah, tadi aku sholat“. Beliau bersabda, “Bukankah Allah berfirman,
“Penuhilah
seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu“. (QS. Al-Anfaal: 24).
Kemudian beliau
bersabda, “Maukah engkau kuajarkan surat yang paling agung dalam Al-Qur’an
sebelum engkau keluar dari masjid”?. Beliau pun memegang tanganku. Tatkala kami
hendak keluar, maka aku katakan, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya tadi Anda
bersabda, “Aku akan ajarkan kepadamu Surat yang paling agung dalam Al-Qur’an”.
Beliau bersabda, “Alhamdulillahi Robbil alamin. Dia ( Surat Al-Fatihah) adalah
tujuh ayat yang berulang-ulang, dan Al-Qur’an Al-Azhim yang diberikan kepadaku”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (4720),
Abu Dawud dalam Sunan-nya (1458), dan An-Nasa’iy dalam Sunan-nya (913)]
Al-Imam Ibnu
At-Tiin-rahimahullah- berkata saat menjelaskan makna hadits di atas, “Maknanya, bahwa
pahalanya lebih agung (lebih besar) dibandingkan surat lainnya”. [Lihat Fathul Bari(8/158) karya Ibnu Hajar
Al-Asqolaniy]
Surat Al-Fatihah
merupakan surat terbaik, karena ia mengandung tauhid, ittiba’ (mengikuti)
Sunnah, adab berdo’a, al-wala’ wal baro’, keimanan terhadap perkara gaib, dan
lainnya.
Ibnu
Jabir-radhiyallahu ‘anhu- berkata,
اِنْتَهَيْتُ
إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ إِهْرَاقَ الْمَاءَ
فَقُلْتُ السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيَّ
فَقُلْتُ: السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيَّ
فَقُلْتُ السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيَّ
فَانْطَلَقَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْشِيْ وَأَنَا
خَلْفَهُ حَتَّى دَخَلَ عَلَى رَحْلِهِ وَدَخَلْتُ أَنَا الْمَسْجِدَ فَجَلَسْتُ
كَئِيْبًا حَزِيْنًا فَخَرَجَ عَلَيَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَدْ تَطَهَّرَ فَقَالَ : عَلَيْكَ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَ
عَلَيْكَ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ و عَلَيْكَ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ
ثُمَّ قَالَ اَلاَ أُخْبِرُكَ يَا عَبْدَ اللهِ بْنَ جَابِرٍ بِخَيْرِ سُوْرَةٍ
فِيْ الْقُرْآنِ قُلْتُ بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ: اِقْرَأْ الْحَمْدُ للهِ
رَبِّ الْعَالَمِيْنَ حَتَّى تَخْتِمَهَا
“Aku tiba kepada
Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- , sedang beliau mengalirkan air. Aku
berkata, “Assalamu alaika, wahai Rasulullah”. Maka beliau tak menjawab salamku
(sebanyak 3 X). Kemudian Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- berjalan,
sedang aku berada di belakangnya sampai beliau masuk ke kemahnya, dan aku masuk
ke masjid sambil duduk dalam keadaan bersedih. Maka keluarlah Rasulullah
-Shallallahu ‘alaihi wa sallam- menemuiku, sedang beliau telah bersuci seraya
bersabda, “Alaikas salam wa rahmatullah (3 kali)”. Kemudian beliau bersabda,
“Wahai Abdullah bin Jabir, maukah kukabarkan kepadamu tentang sebaik-baik surat
di dalam Al-Qur’an”. Aku katakan, “Mau ya Rasulullah”. Beliau bersabda,
“Bacalah surat Alhamdulillahi Robbil alamin (yakni, Surat Al-Fatihah) sampai
engkau menyelesaikannya“.
[HR. Ahmad dalam Al-Musnad (4/177). Hadits ini di-hasan-kan oleh Al-Arna’uth
dalam Takhrij Al-Musnad (no. 17633)]
Al
– Fatihah adalah Al – Qur’an Al – Azhim
Surat Al-Fatihah
dinamai oleh Allah dengan “Al-Qur’an Al-Azhim”, padahal Al-Qur’an Al-Azim bukan
hanya Al-Fatihah, masih ada surat-surat lainnya yang berjumlah 11 3. Namun
Allah -Azza wa Jalla- menamainya demikian karena kandungan Al-Fatihah meliputi
segala perkara yang dikandung oleh Al-Qur’an Al-Azhim secara global. Wallahu
A’lam bish showab.
Rasulullah
-Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
أُمُّ
الْقُرْآنِ هِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِيْ وَالْقُرْآنُ الْعَظِيْمُ
“Ummul Qur’an (yakni,
Al-Fatihah) adalah tujuh ayat yang berulang-ulang, dan Al-Qur’an Al-Azhim“. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (4427),
Abu Dawud dalam Sunan-nya (1457), dan At-Tirmidziy dalam Sunan-nya (3124)]
Surat Ruqyah
Al-Qur’an seluruhnya
bisa digunakan dalam meruqyah. Namun secara khusus Al-Fatihah pernah dipergunakan
oleh para sahabat dalam meruqyah sebagian orang yang tergigit kalajengking.
Dengan berkat pertolongan Allah, orang yang digigit kalajengking tersebut
sembuh kala itu juga.
Sekarang kita
dengarkan kisahnya dari sahabat Abu Sa’id Al-Khudriy -radhiyallahu ‘anhu-
ketika beliau berkata,
انْطَلَقَ
نَفَرٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ سَفْرَةٍ
سَافَرُوْهَا حَتَّى نَزَلُوْا عَلَى حَيٍّ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ
فَاسْتَضَافُوْهُمْ فَأَبَوْا أَنْ يُضَيِّفُوْهُمْ فَلُدِغَ سَيِّدُ ذَلِكَ
الْحَيِّ فَسَعَوْا لَهُ بِكُلِّ شَيْءٍ لاَ يَنْفَعُهُ شَيْءٌ فَقَالَ
بَعْضُهُمْ: لَوْ أَتَيْتُمْ هَؤُلاَءِ الرَّهْطَ الَّذِيْنَ نَزَلُوْا لَعَلَّهُ
أَنْ يَكُوْنَ عِنْدَ بَعْضِهِمْ شَيْءٌ فَأَتَوْهُمْ فَقَالُوْا: يَا أَيُّهَا
الرَّهْطُ إِنَّ سَيِّدَنَا لُدِغَ وَسَعْيُنَا لَهُ بِكُلِّ شَيْءٍ لاَ
يَنْفَعُهُ فَهَلْ عَنْدَ أَحَدٍ مِنْكُمْ مِنْ شَيْءٍ ؟ فَقَالَ بَعْضُهُمْ:
نَعَمْ وَاللهِ إِنِّيْ لأَُرْقِي وَلَكِنْ وَاللهِ لَقَدْ اسْتَضَفْنَاكُمْ
فَلَمْ تُضَيِّفُوْنَا فَمَا أَنَا بِرَاقٍ لَكُمْ حَتَّى تَجْعَلُوْا لَنَا
جُعْلاً فَصَالَحُوْهُمْ عَلَى قَطِيْعٍ مِنَ الْغَنَمِ فَانْطَلَقَ يَتْفُلُ
عَلَيْهِ وَيَقْرَأُ { الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ } . فَكَأَنَّمَا
نُشِطَ مِنْ عِقَالٍ فَانْطَلَقَ يَمْشِي وَمَا بِهِ قَلَبَةٌ . قَالَ:
فَأَوْفَوْهُمْ جُعْلَهُمُ الَّذِيْ صَالَحُوْهُمْ عَلَيْهِ فَقَالَ بَعْضُهُمْ:
اقْسِمُوْا فَقَالَ الَّذِيْ رَقِيَ: لاَ تَفْعَلُوْا حَتَّى نَأْتِيّ النَّبِيَّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَذْكُرَ لَهُ الَّذِيْ كَانَ فَنَنْظُرَ مَا
يَأْمُرُنَا فَقَدِمُوْا عَلَى رَسُوْلِ اللهِ فَذَكَرُوْا لَهُ فَقَالَ: وَمَا
يُدْرِيْكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ . ثُمَّ قَالَ: قَدْ أَصَبْتُمْ اقْسِمُوْا
وَاضْرِبُوْا لِيْ مَعَكُمْ سَهْمًا . فَضَحِكَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
” Ada beberapa
orang dari kalangan sahabat Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- pernah
berangkat dalam suatu perjalanan yang mereka lakukan sampai mereka singgah pada
suatu perkampungan Arab. Mereka pun meminta jamuan kepada mereka. Tapi mereka
enggan untuk menjamu mereka (para sahabat). Akhirnya, pemimpin suku itu digigit
kalajengking. Mereka (orang-orang kampung itu) telah mengusahakan segala
sesuatu untuknya. Namun semua itu tidak bermanfaat baginya. Sebagian diantara
mereka berkata, “Bagaimana kalau kalian mendatangi rombongan (para sahabat)
yang telah singgah. Barangkali ada sesuatu (yakni, obat) diantara
mereka”.Orang-orang itu pun mendatangi para sahabat seraya berkata, “Wahai para
rombongan, sesungguhnya pemimpin kami tersengat, dan kami telah melakukan
segala usaha, tapi tidak memberikan manfaat kepadanya. Apakah ada sesuatu
(obat) pada seorang diantara kalian?” Sebagian sahabat berkata, “Ya, ada. Demi
Allah, sesungguhnya aku bisa me-ruqyah. Tapi demi Allah, kami telah meminta
jamuan kepada kalian, namun kalian tak mau menjamu kami. Maka aku pun tak mau
me-ruqyah kalian sampai kalian mau memberikan gaji kepada kami”. Merekapun
menyetujui para sahabat dengan gaji berupa beberapa ekor kambing. Lalu seorang
sahabat pergi (untuk me-ruqyah mereka) sambil memercikkan ludahnya kepada
pimpinan suku tersebut, dan membaca, “Alhamdulillah Robbil alamin (yakni,
Al-Fatihah)”. Seakan-akan orang itu terlepas dari ikatan. Maka mulailah ia
berjalan, dan sama sekali tak ada lagi penyakit padanya. Dia (Abu Sa’id)
berkata, “Mereka pun memberikan kepada para sahabat gaji yang telah mereka
sepakati. Sebagian sahabat berkata, “Silakan bagi (kambingnya)”. Yang me-ruqyah
berkata, “Janganlah kalian lakukan hal itu sampai kita mendatangi Nabi
-Shallallahu ‘alaihi wa sallam-, lalu kita sebutkan kepada beliau tentang
sesuatu yang terjadi. Kemudian kita lihat, apa yang beliau perintahkan kepada
kita”. Mereka pun datang kepada Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-
seraya menyebutkan hal itu kepada beliau. Maka beliau bersabda, “Apa yang
memberitahukanmu bahwa Al-Fatihah adalah ruqyah?” Kemudian beliau bersabda
lagi, “Kalian telah benar, silakan (kambingnya) dibagi. Berikan aku bagian
bersama kalian”. Lalu Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- tertawa“. [HR. Al-Bukhoriy (2156), Muslim (2201)]
Al-Imam Ibnu Abi
Jamroh-rahimahullah- berkata, “Tempat memercikkan ludah ketika me-ruqyah adalah
usai membaca Al-Qur’an pada anggota badan yang dilalui oleh ludah”. [Lihat
Tuhfah Al-Ahwadziy (9/206)]
Cahaya
Untuk Ummat Islam
Satu lagi diantara
fadhilah Al-Fatihah, ia disebut dengan cahaya, karena di dalamnya terdapat
petunjuk bagi seorang muslim dalam semua urusannya. Jika kita mengkaji
Al-Fatihah secara mendalam, maka kita akan mendapat banyak faedah dan petunjuk.
Oleh karena itu, sebagian ulama’ telah menulis kitab khusus menafsirkan
Al-Fatihah dan mengeluarkan mutiara hikmahnya yang berisi pelita yang menerangi
kehidupan kita.
Ibnu Abbas
-radhiyallahu ‘anhu- berkata,
بَيْنَمَا
جِبْرِيْلُ قَاعِدٌ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَمِعَ
نَقِيْضًا مِنْ فَوْقِهِ فَرَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ: هَذَا بَابٌ مِنَ السَّمَاءِ
فُتِحَ الْيَوْمَ لَمْ يُفْتَحْ قَطُّ إِلاَّ الْيَوْمَ فَنَزَلَ مِنْهُ مَلَكٌ
فَقَالَ: هَذَا مَلَكٌ نَزَلَ إِلَى اْلأَرْضِ لَمْ يَنْزِلُ قَطُّ إِلاَّ
الْيَوْمَ فَسَلَّمَ وَقَالَ: أَبْشِرْ بِنُوْرَيْنِ أُوْتِيْتَهُمَا لَمْ
يُؤْتَهُمَا نَبِيٌّ قَبْلَكَ: فَاتِحَةَ الْكِتَابِ وَخَوَاتِيْمَ سُوْرَةِ
الْبَقَرَةِ لَنْ تَقْرَأَ بِحَرْفٍ مِنْهُمَا إِلاَّ أُعْطِيْتَهُ
“Tatkala Jibril duduk
di sisi Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- , maka ia mendengarkan suara
(seperti suara pintu saat terbuka) dari atasnya. Maka ia (Jibril) mengangkat
kepalanya seraya berkata, “Ini adalah pintu di langit yang baru dibuka pada
hari ini; belum pernah terbuka sama sekali, kecuali pada hari ini”. Lalu
turunlah dari pintu itu seorang malaikat seraya Jibril berkata, “Ini adalah
malaikat yang turun ke bumi; ia sama sekali belum pernah turun, kecuali pada
hari ini”. Malaikat itu pun memberi salam seraya berkata, “Bergembiralah dengan
dua cahaya yang diberikan kepadamu; belum pernah diberikan kepada seorang nabi
sebelummu, yaitu Fatihatul Kitab, dan ayat-ayat penutup Surat Al-Baqoroh.
Tidaklah engkau membaca sebuah huruf dari keduanya, kecuali engkau akan diberi“. [HR. Muslim dalam Shahih-nya (806), dan
An-Nasa’iy (912)]
Penentu
Sholat
Al-Fatihah adalah
kewajiban bagi setiap orang yang mengerjakan sholat, baik ia imam, makmum, atau
pun munfarid (sholat sendiri). Barangsiapa yang tak membacanya, maka sholatnya
tak sah.
Nabi -Shallallahu
‘alaihi wa sallam- bersabda,
مَنْ
صَلَّى صَلاَةً لَمْ يَقْرَأْ فِيْهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهِيَ خِدَاجٌ ثَلاَثًا
غَيْرُ تَمَامٍ فَقِيْلَ لِأَبِيْ هُرَيْرَةَ: إِنَّا نَكُوْنُ وَرَاءَ اْلإِمَامِ
فَقَالَ: اِقْرَأْ بِهَا فِيْ نَفْسِكَ فَإِنِّيْ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: قَالَ اللهُ تَعَالَى: قَسَّمْتُ الصَّلاَةَ
بَيْنِيْ وَبَيْنَ عَبْدِيْ نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِيْ مَا سَأَلَ
“Barangsiapa yang
melakukan sholat, sedang ia tak membaca Ummul Qur’an (Al-Fatihah) di dalamnya,
maka sholatnya kurang (3X), tidak sempurna”. Abu Hurairah ditanya, “Bagaimana
kalau kami di belakang imam”. Beliau berkata, “Bacalah pada dirimu (yakni,
secara sirr/pelan), karena sungguh aku telah mendengar Rasulullah -Shallallahu
‘alaihi wa sallam- bersabda, “Allah -Ta’ala- berfirman, “Aku telah membagi
Sholat (yakni, Al-Fatihah) antara Aku dengan hamba-Ku setengah, dan hamba-Ku
akan mendapatkan sesuatu yang ia minta”. [HR. Muslim (395), Abu Dawud (821), At-Tirmidziy (2953),
An-Nasa’iy (909), dan Ibnu Majah (838)]
Abu Zakariya
An-Nawawiy-rahimahullah- berkata, “Al-Fatihah dinamai sholat, karena sholat tak
sah, kecuali bersama Al-Fatihah“. [Lihat Syarh Shohih Muslim (2/127)]
Inilah beberapa
diantara keutamaan Al-Fatihah, kami sajikan bagi para khotib, da’i, penuntut
ilmu, dan seluruh kaum muslimin agar mereka tahu dan mengamalkan hadits-hadits
shohih ini, dan menyebarkannya, tanpa berpegang lagi dengan hadits-hadits lemah
dan palsu tentang fadhilah Al-Fatihah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar