Senin, Maret 05, 2012

Kekayaan Hati


Alkisah, pada masa kekhalifahan adalah seorang Khadi (Hakim Muslim ) yang selain alim dan shaleh juga kaya-raya. Suatu hari ketika ia sedang mengendarai keledainya di depan pasar, seorang Yahudi miskin menghentikannya. Si Yahudi menegurnya dengan mengatakan apakah Sang Khadi tidak pernah mendengar sabda Rasulullah sebagai berikut :” Dunia adalah bagaikan penjara bagi orang Muslim dan bagaikan surga bagi orang kafir”. Si Yahudi meneruskan perkataannya bahwa itu berarti Sang Khadi bukanlah orang yang mengikuti hadis tersebut karena kenyataannya Sang Khadilah yang kaya raya sedang dirinya sendiri miskin. Namun apa jawaban Sang Khadi? “ Hai Yahudi, ketahuilah maksud hadis tersebut ; bila aku dapat mempertahankan keimananku hingga akhir hayatku, maka hidupku yang seperti sekarang ini adalah bagaikan neraka dibandingkan hidupku di akhirat kelak. Sebaliknya engkau, bila sampai akhir hayatmu engkau tetap kafir dan tidak bertaubat maka ketahuilah, hidup yang sesukamu itu sekarang ini adalah bagaikan surga dibandingkan hidupmu kelak di akhirat.
“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezkinyamaka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku“.(QS.Al-Fajr(89):15-16).
Ayat diatas menunjukkan bahwa kebanyakan manusia merasa bahwa kemuliaan dan kehinaan itu ditentukan oleh banyak atau sedikitnya harta yang dimiliki seseorang. Mereka mengira kekayaan, pangkat, ketenaran, kesuksesan,jabatan maupun kecantikan adalah kemuliaan.
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”.(QS.Ali Imraa(3):14).
Padahal tidaklah demikian. Kehidupan duniawi ini hanyalah fatamorgana, begitu pula halnya dengan kekayaan dan kemiskinan harta benda, ia hanyalah cobaan dan ujian. Hidup yang sesungguhnya adalah di akhirat. Namun hanya sedikit manusia yang mau meyakini hal ini, yaitu orang-orang yang mau menggunakan dan membersihkan hatinya.
Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada”(QS.Al-Hajj(22):46).
Yaitu orang-orang yang senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya dengan selalu mengingat keberadaan-Nya dalam segala keadaan, dikala susah maupun dikala senang.
“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yangapabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka”.(QS.Al-Anfaal(8:2-3).
“ (Yaitu) orang-orang yang takut akan (azab) Tuhan mereka, sedang mereka tidak melihat-Nya, dan mereka merasa takut akan (tibanya) hari kiamat”.(QS.Al-Anbiyaa(20:49).
Mereka ini menyadari bahwa hidup di dunia hanya sekejap mata dan suatu ketika ia harus mengembalikan apa yang dititipkan kepadanya baik harta maupun kesenangan kepada-Nya.. Rasulullah bersabda :”Setiap kesenangan di dunia pasti ada puncaknya”.
“Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdo`a kepada Kamidalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdo`a kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan”.(QS.Yunus(10):12).
Itulah sifat buruk manusia, yaitu kefasikan. Sesungguhnya didalam hati mereka meyakini bahwa ada ‘kekuatan’ lain yang menguasai hidup mereka. Namun karena kesombongan dan keangkuhannya ia tidak mau mengakuinya. Dan pada saat ia tidak sanggup dan tidak berdaya barulah ia memohon pertolongan kepada ‘kekuatan’ itu yang segera akan ditinggalkannya begitu ia terlepas dari kesusahan. Namun demikian sesungguhnya disamping sifat jelek diatas Allah SWT membekali pula manusia dengan sifat baik, yaitu ketakwaan.
“ dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allahmengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”.(QS.As-Syams(91):8-10).
Dan hanya hatilah yang dapat mengatur kedua sifat yang berlawanan ini, yaitu hati yang kaya.
Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta benda, tetapi kekayaan itu adalah dengan kekayaan jiwa”(HR Bukhari-Muslim).
Hati yang kaya adalah hati yang lapang, hati yang mudah memafkan segala kesalahan, hati yang tidak dengki ketika orang lain dalam kesenangan, hati yang tidak suka berbohong, hati yang tidak gemar berburuk sangka, hati yang dapat menjaga kesabaran ketika musibah menghampiri. Mereka yang memiliki hati yang seperti ini hidupnya akan tenang dan dengan demikian memudahkan masuknya iman dan hidayah.
Rasulullah bersabda : “Wahai manusia, sebarkanlah salam, berikanlah makanan, sambungkanlah tali silaturahmi dan dirikanlah shalat pada malam hari ketika manusia tertidur, niscaya kamu masuk surga dengan selamat.”
Namun untuk mengetahui benar tidaknya keimanan seseorang, Allah SWT berkehendak untuk menguji keimanan itu terlebih dahulu, apakah ia berdusta atau tidak.
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”.(QS.Al-Ankabuut(29):2-3).
Sebaliknya hati yang sempit adalah hati yang sombong, hati yang tidak peka terhadap lingkungan, hati yang buta. Hati yang seperti ini tidak sanggup melihat peringatan yang diberikan-Nya. Dan Allahpun berlepas diri dari orang-orang seperti ini. Orang-orang ini akan terus dimanjakan dengan segala kesenangan duniawi sesuai dengan yang diinginkannya,itulah istidraj. Hingga pada suatu waktu yang tidak diperkirakannya Allah menampakkan kekuasaan yang telah mereka abaikan dengan direnggutnya semua kesenangan itu dengan sekonyong-konyong. Dan itulah orang-orang yang merugi, tempat mereka kembali adalah neraka jahanam.
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa” ..(QS.Al-An’am(6):44)
Sedangkan orang-orang yang memiliki kekayaan hati, surgalah tempat mereka kembali.
 Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, danmasuklah ke dalam surga-Ku”.(QS.Al-Fajr(89):27-30).
Walahu’alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar