Rabu, Maret 07, 2012

ETIKA PENEMPUH JALAN ALLAH

Syeikh Junaid al-Baghdadi

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Pemurah.

Abul Oasim al-Junaid -- rahimahallah -- ditanya tentang etika penempuh jalan Allah

Azza wa jalla, maka al-Junaid menjawab, "Hendaknya engkau ridha terhadap Allah

Azza wa Jalla dalam seluruh tingkah laku ruhani, dan hendaknya engkau tidak

meminta kepada siapa pun kecuali kepada Allah Ta'ala." Beliau juga ditanya tentang

intuisi kebaikan, apakah intuisi itu hanya satu atau banyak? Al-Junaid menjawab,

"Kadang-kadang bisikan (intuisi) yang mengajak pada kepatuhan itu terdiri dari tiga

arah:

1. Bisikan yang dibangkitkan oleh intuisi syetan;

2. Bisikan nafsu yang dibangkitkan intuisi syahwat dan peringanan beban; dan

3. Bisikan Rabbany yang dibangkitkan oleh intuisi taufik.

Ketiganya sulit dibedakan dalam hal ajakannya untuk patuh. Untuk membedakan harus

didasari amaliah yang benar, sebagaimana sabda Rasulullah saw, "Barangsiapa

dibukakan pintu kebaikan, maka cepatlah ia meraihnya." Dan tentunya, kita harus

menolak pintu terbuka di luar kebajikan.  Sementara intusi syetan itu berdasar firman

Allah swt.:

"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syetan,

mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-

kesalahannya." (O.s. Al-A'raaf: 201).

Sedangkan intuisi syahwat yang merupakan bisikan nafsu, berdasar sabda Rasuluilah

saw, "Neraka itu dihiasi oleh kesenangan-kesenangan." Masing-masing intuisi atau

bisikan tersebut memiliki perbedaan spesifik yang bisa dibedakan oleh pihak yang

mendapatkannya.

Bisikan nafsu yang dibangkitkan intuisi syahwat dan upaya pencarian keringanan

beban dan kesenangan; maka dalam konteks ini, syahwat terbagi menjadi:

1.  Syahwat Nafsaniyah, Seperti cinta kedudukan dan keluhuran, usaha membalas

(dendam) ketika marah, dan merendahkan pihak yang kontra kepadanya, dan

sebagainya; serta

2.  Syahwat jasmaniyah, seperti makan, minum, kawin, berpakaian, bersih, dan

sebagainya.

Bagi nafsu, ada upaya kebutuhan pada obyek-obyek kenikmatan ini menurut

jangkauan masing-masing dan tekanannya yang kuat kepada masing-masing ragam

dari nafsu tersebut.

Bagi orang yang mendapatkan bisikan nafsu ada dua tanda yang berdiri pada posisi

seorang saksi yang adil dalam membedakan bisikan yang ditentukan:

Pertama, bisikan itu datang di saat ada kebutuhan mendesak pada unsur-unsur yang

serupa tersebut, seperti munculnya keinginan kawin ketika hal-hal yang disenangi

sangat mendesak, namun kebutuhan itu dijumbuhkan, bahwa tujuan kawin itu

mengamalkan perintah Nabi saw, "Nikahlah kalian, agar kalian menurunkan

keturunan. Sebab aku akan berlomba-lomba memperbanyak ummat lewat kalian di

hari Kiamat." Juga seakan-akan didasari oleh sabda Nabi saw, "Tak ada kependetaan di

dalam Islam," hal yang sama juga dalam soal makan di saat lapar. Lalu kadang-kadang

dijumbuhkan dengan ajakan pada dirimu untuk meninggalkan puasa atau

mendapatkan hal-hal yang menyenangkan, dengan alasan tersebut. Misalnya engkau

mengatakan, bahwa puasa yang terus-menerus itu bisa melemahkan keinginan untuk

taat; dan bahwa meninggalkan makanan yang enak ini, bisa melukai teman Muslim

yang mengundangnya; atau bisa melukai perasaan keluarga manakala makanan itu

memang sangat diminati oleh keluarganya.

Tetapi kadang-kadang ada godaan yang mengkhianatimu dengan warna lain, misalnya

ada bisikan yang mengatakan kepadamu, "Jauhilah nafsu dengan meraih hal-hal yang

tidak menyenangkan, agar bisikan nafsu itu tidak masuk kepadamu, yang bisa merusak

ibadahmu," dan sebagainya yang serupa. Semua ini merupakan godaan dan

penyimpangan bisikan tersebut.

Semisal dengannya, ketika ada rasa berat dan enggan untuk beribadah, lalu bisikan itu

datang dengan menggunakan alasan hadis bahwa Nabi saw. melarang "tidak nikah",

melarang pemaksaan diri, seperti sabdanya, "Lakukanlah amalmu semampumu," dan

sabdanya lagi, "Pohon yang ditumbuhkan, tidak pada bumi yang gersang, juga tidak

pada tanah yang kasar." Bahkan memperbanyak ibadah yang mendorong keletihanmu,

syahwatnya mencegah untuk menjurus pada rusaknya ibadah atau mencegah untuk

berpaling dari ibadah. Lantas membawamu pada bunuh diri atau penjara dan

sepadannya, karena adanya khayalan atas dua kondisi tesebut, yang menjanjikan

kesenangan dan hilangnya beban.

Salah satu dari dua bukti dari bab ini, diawali dengan kejenuhan dan kepayahan, ketika

muncul keinginan untuk lepas beban, dan diawali dengan sesuatu yang menyenangkan

yang dimunculkan oleh intuisi syahwat. Karena itu harus direnungkan perihal dua

kondisi tersebut. Apabila telah didahului oleh dua motivasi tersebut, berarti itu bisikan

nafsu. Kebutuhan nafsu adalah faktor yang mengajak dan menggerakkannya.

Kesimpulannya bahwa bisikan tersebut bersifat syahwat atau keinginan pada hal yang

menyenangkan. Maka pada galibnya bisikan seperti itu pasti dari nafsu.  Sedangkan

saksi kedua adalah desakan bisikan ini dan tidak adanya pemutusan terhadap bisikan

tersebut, hingga datangnya semacam kemampuan sepanjang engkau menolak dan

berjuang melawan nafsumu, yang mendesak dan mengeraskan kepalamu, lalu muncul

desakan bahwa memohon perlindungan, rasa takut, waspada dan rasa suka itu tidak

ada gunanya. Bahkan yang muncul adalah dorongan yang mendesak terus-menerus.

Yang demikian ini merupakan bukti-bukti yang gamblang, bahwa desakan demikian

dari nafsu. Sebab nafsu itu seperti anak-anak, ketika anak-anak di larang malah

tampak keras kepalanya.

Dua kondisi seperti itu merupakan bukti yang adil, manakala bertemu, tidak bisa

diragukan sebagai bisikan nafsu. Terapinya untuk menanggulangi masalah ini adalah

kontra secara radikal dan upaya yang penuh. Engkau harus mencegah keinginan bebas

beban di saat muncul pembangkit bisikan kepayahan dan kelelahan ibadah, atau posisi

yang memberatkan, agar bisa mencegah gerakan intuitif seperti itu. Apabila bisikan itu

bersifat emosi syahwat, terapinya melalui tindak preventif terhadap faktor yang

memburunya, atau engkau menolak dari kesenangan lain agar lebih kuat tindak

pencegahannya.

Sedangkan intuisi syetan ditandai dengan dua hal pula:

Pertama,

dengan munculnya sebagian apa yang dibutuhkan nafsu melalui ajakan syahwat atau

ajakan bebas beban dalam waktu-waktu yang diinginkan sebagai tuntutan nafsu.

Perbedaan antara intuisi syetan dan intuisi nafsu, bahwa intuisi syetan itu sangat

mendesak.

Kedua, intuisi syetan itu dimulai dan ditimpakan pada akalnya, sementara intuisi nafsu

berkaitan dan menggerakkan wataknya seperti syahwat dan rasa senang. Oleh sebab

itu was-was syetan berjalan menuruti alur pembicaraan manusia dengan dirinya.

Hanya saja perbedaan di sana-sini tidak terlihat jelas.

Manusia menggerakkan hatimu dari arah indera pendengaran di saat berbicara; atau

mendengar dan melihat ketika menunjukkan (mengisyaratkan); serta merasakan

ketika meraba; sementara syetan mengganggu melalui was-was dan perabaan hati

serta membisik dalam hati. Syetan tidak tahu yang ghaib, namun ia datang kepada

nafsu dari sisi akhlak yang direkayasa untuk dilakukannya. Inilah perbedaan antara

intuisi nafsu dengan intuisi syetan.

Adapun intuisi Rabbany, ditunjukkan melalui dua bukti.

Pertama,

muncul berselaras dengan syariat bagi pelakunya, dan ada bukti-bukti kebenarannya.

Kedua, tidak diawali hasrat nafsu ketika menerima intuisi tersebut, justru muncul

ragam keleluasaan.

Intuisi tersebut merobohkan nafsu, tanpa adanya permulaan seperti pada intuisi

syetan. Hanya saja kecepatan nafsu berselaras dengan intuisi syetan, lebih banyak,

lebih gamblang, dan lebih membuatnya malas. Karena syetan itu tiba dari sisi syahwat

dan kesenangannya.

Sedangkan intuisi Rabbany datang dari segi beban dan tugas. Nafsu menolak

kedatangan tugas dari intuisi Rabbany. Inilah perbedaan antara intuisi Rabbany, intuisi

nafsu dan intuisi syaithany. Apabila engkau kedatangan bisikan atau intuisi, maka

timbanglah dengan tiga kriteria di atas, buktikan dengan bukti-bukti yang kami

tunjukkan, sehingga engkau bisa membedakan berbagai intuisi.

Jadikanlah intuisi syetan dan nafsu -- sebagaimana kami sebutkan untukmu -- untuk

ditolak, lalu bergegaslah dengan intuisi Rabbany. Jangan engkau abaikan intuisi

Rabbany itu, sebab waktu itu sempit dan kondisi ruhani itu bisa berubah.

Engkau harus waspada dengan buaian nafsu dan was-was syetan. Sebab pintu ini

termasuk pintu kebajikan yang dibukakan untukmu, maka raihlah hingga engkau bisa

memulai dari awalnya.

Misalnya, muncul bisikan kepada orang yang dianjurkan berpuasa pada sebagian bulan

atau qiyamullail, lalu bisikan itu datang, "Sudahlah, nanti saja kalau malam sudah

habis," atau kata-kata, "Nanti saja kalau bulan akan habis," padahal bisikan seperti itu

adalah rekayasa bagi pemilik pintu taufik.

Bisikan-bisikan seperti itu tidak abadi, namun cepat berubah. Sedangkan bergegas

untuk berpegang erat pada intuisi Rabbany, sangat dianjurkan syariat. Ada dua

manfaat di dalamnya:

Pertama, bahwa waktu yang ada adalah waktu yang paling sempurna, seperti waktu-

waktu dimana hadist-hadist menyebutkan turunnya anugerah Allah Azza wa Jalla, dan

turunnya rahmat serta ampunan. Sementara pandangan-pandangan Allah swt. kepada

makhluk-Nya tiada terbatas.

Kedua, semangat untuk menjalankan perintah-perintah dan taat ketika muncul berkah

dibalik amal. Di sinilah rasa malas menjadi sirna, karena berhadapan dengan

hembusan-hembusan Rahmat Allah Ta'ala. Demikian pula sekaligus menjadi manfaat

olah jiwa (riyadhah nafsu) untuk segera melaksanakan perintah-perintah. Wallahu

A'lam wa Ahkam.

Demikian akhir dari ucapan Abul Qosim al-junaid -- semoga Allah menyucikan ruhnya

dan mencerahkan kuburnya. Dan segala puji hanya bagi Allah Tuhan sementa alam,

serta shalawat dan salam semoga terlimpah pada junjungan kita Muhammad, beserta

keluarga dan sahabatnya semuanya, dengan salam sejahtera yang melimpah ruah


Published with Blogger-droid v2.0.4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar