Jumat, Maret 02, 2012

Budaya Saling Memberi Nasehat

www.mail-archive.com/syiar-islam@yahoogroups.com/msg09002.html
________________________________
ﺮﺒﻟﺍ ﻭ ﺮﻴﺨﻟﺍ ﻪﻴﻓ ﺎﻣ ﻰﻟﺇ ﻢﻫﺪﺷﺭﺃﻭ ﺡﻼﻔﻟﺍ ﻖﻳﺮﻃ ﻩﺩﺎﺒﻌﻟ ﺢﺘﻓ ﻱﺬﻟﺍ ﻪﻠﻟ ﺪﻤﺤﻟﺍ
ﻢﻬﻟ ﻖﻘﺤﺘﻴﻟ ﻢﻬﻨﻴﺑ ﻯﺭﻮﺷ ﻢﻫﺮﻣﺃ ﻞﻌﺟﻭ ﻖﺤﻟﺍ ﻰﻠﻋ ﺢﺻﺎﻨﺘﻟﺎﺑ ﻢﻫﺮﻣﺃﻭ ﻰﻘﺘﻟﺍ ﻭ
ﻥﺃ ﺪﻬﺷﺃ ﻭ ﻪﻟ ﻚﻳﺮﺷ ﻻ ﻩﺪﺣﻭ ﻪﻠﻟﺍ ﻻﺇ ﻪﻟﺇ ﻻ ﻥﺃ ﺪﻬﺷﺃﻭ . ﺓﺎﺠﻨﻟﺍﻭ ﺯﻮﻔﻟﺍ
ﻰﻠَﻋ ﺪﻤﺤﻣ ﻰﻠﻋ ﻡﻼﺴﻟﺍ ﻭ ﺓﻼﺼﻟﺍﻭ ﻩﺪﻌﺑ ﻲﺒﻧ ﻻ ﻪﻟﻮﺳﺭﻭ ﻩﺪﺒﻋ ﺍﺪﻤﺤﻣ
ﻦﻳﺪَﺘﻬﻤﻟﺍ ِﻡﺎﻣﺇ ﻭ ﻦﻴﻠﺳْﺮُﻤﻟﺍ ِﺪِّﻴَﺳ ٍﺪَّﻤﺤُﻣ ﺎﻨِﻌْﻴِﻔَﺷ ﻭ ﺎﻨِﺒﻴِْﺒَﺣ
ﻥﻮﻤﻠﺴﻤﻟﺍ ﺎﻬﻳﺃﺎﻴﻓ ،،ﺪﻌﺑ ﺎﻣﺃ.ﻦﻴﻌﻤﺟﺃ ﻪﺒﺤﺻﻭ ﻪﻟﺁ ﻰﻠﻋﻭ ﻦﻳﺪﻫﺎﺠﻤﻟﺍ ِﺪِﺋﺎﻗ ﻭ
ﺎًﻜُّﺴَﻤَﺗ ﻦﻳِّﺪﻟﺍ ﺍﺬﻬﺑ ِﻚُّﺴَﻤَّﺘﻟﺍﻭ ﻞﺟﻭ ﺰﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻯﻮﻘﺘﺑ ﻱﺎﻳﺇﻭ ﻢﻜﻴﺻﻭﺃ
ﻥﺎﻄﻴﺸﻟﺍ ﻦﻣ ﻪﻠﻟﺎﺑ ﺫﻮﻋﺃ ،ﻢﻳﺮﻜﻟﺍ ﻪﺑﺎﺘﻛ ﻲﻓ ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻪﻠﻟﺍ ﻝﺎﻘﻓ .ﺎًّﻳِﻮَﻗ
َّﻖَﺣ َﻪَّﻠﻟﺍ ﺍﻮُﻘَّﺗﺍ ﺍﻮُﻨَﻣَﺁ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ﺎَﻬُّﻳَﺃ ﺎَﻳ“ ﻢﻴﺟﺮﻟﺍ
َﻥﻮُﻤِﻠْﺴُﻣ ْﻢُﺘْﻧَﺃَﻭ ﺎَّﻟِﺇ َّﻦُﺗﻮُﻤَﺗ ﺎَﻟَﻭ ِﻪِﺗﺎَﻘُﺗ “
dakwatuna.com - Ma’asyiral muslimin rahimakumullah….
Sering kita dengar dari keterangan dan penjelasan para ulama, para
kiayi, ustazd, dan muballigh bahwa tugas paling penting dari para
Rasul adalah menyampaikan risalah Allah swt. kepada ummat manusia.
Urgensi isi risalah para rasul itu sama, yaitu “agar manusia menyembah
hanya kepada Allah dan mengingkari semua bentuk sesembahan selain
Allah (thaghut).”
Ternyata selain tugas mulia dan suci ini, para nabi banyak disebutkan
dalam Al-Qur’an sebagai pemberi nasehat. Hal ini disebabkan karena
manusia tidak cukup hanya menerima risalah dakwah Islam saja. Akan
tetapi juga membutuhkan pemberi nasehat dan peringatan dalam hidupnya,
karena manusia adalah mahluk pelupa dan pelalai, bahkan makhluk yang
banyak berbuat kesalahan. Oleh karena itu, Allah swt. menyatakan:
Wal ashri, innal insaana lafii khusrin, illalladziina aamanuu wa
‘amilush-shaalihaati watawaa shaubil haqqi watawaa shaubish-shabri.
“Demi masa, sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi, kecuali
orang-orang yang beriman dan beramal sholeh yang saling mengingatkan
dalam kebenaran dan kesabaran.” (QS. Al-‘Asr)
Semangat surat Al-Asr ini menjelaskan keharusan setiap orang untuk
beriman dan beramal sholeh, jika ingin selamat baik di dunia maupun di
akhirat. Bahkan iman dan amal sholeh saja ternyata masih merugi,
sebelum menyempurnakannnya dengan semangat saling memberi nasehat dan
bersabar dalam mempertahankan iman, meningkatkan amal shaleh,
menegakkan kebenaran dalam menjalankan kehidupan ini.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah….
Sedemikian pentingnya prinsip “saling memberi nasehat” dalam ajaran
Islam, maka setiap manusia pasti membutuhkannya, siapapun, kapanpun,
dan di manapun dia hidup. Layaklah kalau dikatakan bahwa “saling
memberi menasihat “ adalah sebagai sebuah keniscayaan yang harus ada
pada setiap muslim.
Namun sangatlah disayangkan jika ada di antara kita yang menganggap
sepele soal nasehat ini. Atau merasa dirinya sudah cukup, sudah
pintar, sudah berpengalaman sehingga tidak lagi butuh yang namanya
nasehat dari orang lain. Padahal dengan menerima nasehat dari orang
lain pertanda adanya kejujuran, kerendahan hati, keterbukaan dan
menunjukkan kelebihan pada orang tersebut.
Kalimat “nasaha” yang artinya nasehat, makna dasarnya adalah menjahit
atau menambal dari pakaian yang sobek atau berlubang. Maka orang yang
menerima nasehat artinya orang tersebut siap untuk ditutupi
kekeruangan, kesalahan, dan aib yang ada pada dirinya. Sedangkan orang
yang tidak mau menerima nasehat menunjukkan adanya sifat kesombongan,
keangkuhan, dan ketertutupan pada orang tersebut.
Saking sedemikian pentingnya nasehat ini, Nabi saw. bersabda:
َّﻥﺃ : – ﻪﻨﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻲﺿﺭ – ِّﻱﺭﺍﺪﻟﺍ ﺱﻭﺃ ﻦﺑ ﻢﻴِﻤَﺗ َﺔَّﻴَﻗُﺭ ﻲﺑَﺃ ﻦﻋ
(( ُﺔﺤﻴِﺼَّﻨﻟﺍ ُﻦﻳِّﺪﻟﺍ )) : َﻝﺎَﻗ ، – ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ – ّﻲﺒَّﻨﻟﺍ
ِﻪِﻟﻮُﺳَﺮِﻟَﻭ ِﻪِﺑﺎَﺘِﻜِﻟَﻭ ِﻪﻠِﻟ )) : َﻝﺎَﻗ ؟ ْﻦَﻤِﻟ : ﺎﻨﻠﻗ
ﻢﻠﺴﻣ ﻩﺍﻭﺭ (( ((2))ْﻢِﻬِﺘَّﻣﺎَﻋَﻭ َﻦﻴِﻤِﻠْﺴُﻤﻟﺍ ِﺔَّﻤِﺋﻷَﻭ
Dari Abi Amer atau Abi Amrah Abdullah, ia berkata, Nabi saw. bersabda,
“Agama itu adalah nasehat.” Kami bertanya, “Untuk siapa, wahai
Rasulullah?” Beliau menjawab, “Untuk Allah, untuk Kitab-Nya, untuk
Rasul-Nya, untuk para pemimpin umat Islam dan orang-orang biasa.” (HR.
Muslim)
Dari hadist di atas dapat kita pahami bahwa memberi dan menerima
nasehat adalah berlaku untuk manusia, siapapun dia, apapun kedudukan
dan jabatannya, tanpa kecuali.
Hadist di atas juga menjelaskan kepada kita bahwa agama akan tegak
manakala tegak pula sendi-sendinya. Sendi-sendi itu adalah saling
menasehati dan saling mengingatkan antara sesama muslim dalam keimanan
kepada Allah, keimanan kepada Rasul, dan keimanan kepada Kitab-Nya.
Artinya, agar kita selalu berpegang teguh pada nilai-nilai kebenaran
dari Allah dan Kitab-Nya dan mentauladani sunah-sunah Rasul-Nya.
Sedangkan bentuk nasehat kepada para pemimpin adalah ketaatan dan
dukungan kita sebagai rakyat kepada para pemimpin Islam dalam
menegakkan kebenaran, mengingatkan mereka jika lalai dan menyimpang
dengan cara yang bijak dan kelembutan, meluruskan mereka jika
menyimpang dan salah. Sedangkan nasehat untuk orang-orang biasa adalah
dengan memberi kasih sayang kepada mereka, memperhatikan kepentingan
hajat mereka, menjauhkan hal yang merugikan mereka dan sebagainya.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah….
Di dalam Al-Qur’an, Allah swt. mengisahkan tentang bagainama Nabi Musa
a.s., seorang nabi dan rasul yang ternyata dapat menerima nasehat dari
salah seorang kaumnya.
wa jaa-a rajulun min aqshal madinati yas’aa, qaala yaa muusaa innal
mala-a ya’tamiruuna bika liyaqtuluuka, fakhruj innii laka minan
nashihiin. Fakharaja minhaa khaa-ifan yataraqqabu, qaala rabbi
najjinii minal qaumizh zhaalimiin.
“Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas seraya
berkata: Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding
tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini),
sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu.
Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut, menunggu-nunggu
dengan khawatir, dia berdoa: Ya Tuhanku selamatkanlah aku dari
orang-orang yang dzalim itu.” (QS. Al-Qashash: 20-21)
Lalu bagaimana dengan kita yang orang biasa yang bukan Nabi dan Rasul?
Sudah barang tentu sangatlah membutuhkan nasehat. Kita senantiasa
membutuhkan nasehat dari orang lain. Demikian juga harus bersedia
memberi nasehat kepada orang lain yang memohon nasehat kepada kita.
ﻪﻴﻠﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ – ﻪﻠﻟﺍ ﻝﻮُﺳَﺭ َّﻥﺃ : – ﻪﻨﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻲﺿﺭ – ﺓﺮﻳﺮﻫ ﻲﺑَﺃ ﻦﻋﻭ
ﻢِﻠْﺴُﻤﻟﺍ ﻰَﻠَﻋ ﻢِﻠْﺴُﻤﻟﺍ ُّﻖَﺣ )) : ﻢﻠﺴﻤﻟ ﺔﻳﺍﻭﺭ ﻲﻓﻭ : َﻝﺎَﻗ ، – ﻢﻠﺳﻭ
، ُﻪْﺒﺟﺄَﻓ َﻙﺎَﻋَﺩ ﺍَﺫِﺇَﻭ ، ِﻪﻴَﻠَﻋ ْﻢِّﻠَﺴَﻓ ُﻪَﺘﻴﻘَﻟ ﺍَﺫِﺇ : ٌّﺖﺳ
ﻪﻠﻟﺍ َﺪِﻤَﺤَﻓ َﺲَﻄَﻋ ﺍَﺫِﺇﻭ ، ُﻪَﻟ ْﺢَﺼْﻧﺎَﻓ َﻚَﺤَﺼْﻨَﺘْﺳﺍ ﺍَﺫِﺇﻭ
ُﻪْﻌِﺒَّﺗﺎَﻓ َﺕﺎَﻣ ﺍَﺫِﺇَﻭ ، ُﻩْﺪُﻌَﻓ َﺽِﺮَﻣ ﺍَﺫِﺇَﻭ ، ُﻪْﺘِّﻤَﺸَﻓ ))
.
“Hak seorang muslim pada muslim lainnya ada enam: jika berjumpa
hendaklah memberi salam; jika mengundang dalam sebuah acara, maka
datangilah undangannya; bila dimintai nasehat, maka nasehatilah ia;
jika memuji Allah dalam bersin, maka doakanlah; jika sakit, jenguklah
ia; dan jika meninggal dunia, maka iringilah ke kuburnya.” (HR.
Muslim)
Dengan saling menasehati antara kita, maka akan banyak kita peroleh
hikmah dan manfaat dalam kehidupan kita. Akan banyak kita temukan
solusi dari berbagai persoalan, baik dalam skala pribadi, keluarga,
masyarakat bangsa bahkan Negara.
Karenanya nasehat itu sangatlah diperlukan untuk menutupi kekurangan
dan aib yang ada di antara kita. Karena nasehat itu dapat memberi
keuntungan dan keselamatan bagi yang ikhlas menerima dan
menjalankannya. Karena saling menasehati itu dapat melunakkan hati dan
mendekatkan hubungan antara kita. Karena satu sama lain di antara kita
saling membutuhkannya.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah….
Saling menasehati antara sesama muslim terasa semakin kita perlukan,
terutama ketika tersebar upaya menfitnah adu domba antara sesama
muslim yang datang dari orang-orang kafir, munafik, dan orang-orang
fasik yang ingin melemahkan umat Islam sebagai penduduk terbesar
negeri ini. Mereka tidak senang terhadap kesatuan dan persatuan umat
Islam.
Demikian pula ketika mendekati hari-hari menjelang pesta demokasi
seperti pilkada, pilgub, pemilihan umum, dan sebagainya. Terkadang
panasnya suhu politik menyulut sikap orang in-rasional (tidak
rasional) dan emosi di tengah masa, bahkan dapat mengarah ke sikap
anarkhis dan merusak.
Dalam situasi seperti itu, kita sering lupa akan makna ukhuwah Islam.
Lupa tugas amar ma’ruf nahi mungkar dan lupa tugas dan kewajiban untuk
saling menasehati dengan cara saling kasih sayang antara kita.
Semoga Allah swt. senantiasa memberikan pemahaman kepada kita akan
arti pentingnya saling memberi nasehat antara kita. Semoga kita mampu
memberi nasehat dan senang menerima nasehat dari siapapun, selama
tidak bertentangan dengan nilai kebenaran dan kabaikan, sehingga kita
dapat terhindarkan dari bahaya adu domba dan fitnah yang dapat memecah
belah umat Islam, masyarakat, bangsa, dan Negara. Barakallu lii
walakum….
http://www.dakwatuna.com/2008/budaya-saling-memberi-nasehat/
------------------------------------

Published with Blogger-droid v2.0.4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar