Minggu, April 01, 2012

Ibrahim Mencari Tuhan

Salah satu perjalanan intelektual dan spiritual Ibrahim as. adalah episode ketika dia mencari

Tuhan. Pencariannya berakhir dengan sebuah temuan yang sampai pada tingkat keyakinan yang

kokoh, bahkan menjadi hujjah di kemudian hari ketika dia berdebat dengan raja Namrudz dan

pembesar-pembesar kaumnya, termasuk ayahnya.

Kisah pencarian Tuhan yang dilakukan oleh Ibrahim as. tersebut direkam oleh Allah dalm surat al-

An’am [6]: 75-79

ﻱِﺮُﻧ َﻚِﻟَﺬَﻛَﻭ َﻢﻴِﻫﺍَﺮْﺑِﺇ ِﺽْﺭَﺄْﻟﺍَﻭ ِﺕﺍَﻮَﻤَّﺴﻟﺍ َﺕﻮُﻜَﻠَﻣ َﻦِﻣ َﻥﻮُﻜَﻴِﻟَﻭ ﺎَّﻤَﻠَﻓ(75)َﻦﻴِﻨِﻗﻮُﻤْﻟﺍ َّﻦَﺟ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻞْﻴَّﻠﻟﺍ ﻯَﺃَﺭ ﺎًﺒَﻛْﻮَﻛ َﻝﺎَﻗ ﺍَﺬَﻫ

ﺎَّﻤَﻠَﻓ ﻲِّﺑَﺭ َﻞَﻓَﺃ َﻝﺎَﻗ ﺎَﻟ ُّﺐِﺣُﺃ ﺎَّﻤَﻠَﻓ(76)َﻦﻴِﻠِﻓﺂْﻟﺍ ﻯَﺃَﺭ َﺮَﻤَﻘْﻟﺍ ﺎًﻏِﺯﺎَﺑ َﻝﺎَﻗ ﻲِّﺑَﺭ ﺍَﺬَﻫ َﻞَﻓَﺃ ﺎَّﻤَﻠَﻓ َﻝﺎَﻗ ْﻦِﺌَﻟ ﻲِّﺑَﺭ ﻲِﻧِﺪْﻬَﻳ ْﻢَﻟ

َّﻦَﻧﻮُﻛَﺄَﻟ ِﻡْﻮَﻘْﻟﺍ َﻦِﻣ ﺎَّﻤَﻠَﻓ(77)َﻦﻴِّﻟﺎَّﻀﻟﺍ َﺲْﻤَّﺸﻟﺍ ﻯَﺃَﺭ َﻝﺎَﻗ ًﺔَﻏِﺯﺎَﺑ ﻲِّﺑَﺭ ﺍَﺬَﻫ ُﺮَﺒْﻛَﺃ ﺍَﺬَﻫ ﺎَّﻤَﻠَﻓ ْﺖَﻠَﻓَﺃ َﻝﺎَﻗ ﻲِّﻧِﺇ ِﻡْﻮَﻗﺎَﻳ ٌﺀﻱِﺮَﺑ

(78)َﻥﻮُﻛِﺮْﺸُﺗ ﺎَّﻤِﻣ ُﺖْﻬَّﺟَﻭ ﻲِّﻧِﺇ َﻲِﻬْﺟَﻭ ﻱِﺬَّﻠِﻟ َﺮَﻄَﻓ َﺽْﺭَﺄْﻟﺍَﻭ ِﺕﺍَﻮَﻤَّﺴﻟﺍ ﺎًﻔﻴِﻨَﺣ ﺎَﻣَﻭ َﻦِﻣ ﺎَﻧَﺃ 79)َﻦﻴِﻛِﺮْﺸُﻤْﻟﺍ )

Artinya: “Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang

terdapat) di langit dan bumi, dan (Kami memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-

orang yang yakin (75). Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia

berkata: "Inilah Tuhanku" Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka

kepada yang tenggelam" (76). Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah

Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak

memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat" (77). Kemudian

tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar", maka tatkala

matahari itu telah terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa

yang kamu persekutukan (78). Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang

menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah

termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan (79).”

Ada banyak pelajaran berharga yang bisa kita petik dari kisah perjalanan intelektual dan spiritual

Ibrahim tersebut. Di antaranya ;

Pertama, Hendaklah manusia selalu dan terus mencari ilmu dan kebenaran. Nabi Ibrahim as.

sekalipun calon nabi dan rasul Allah, yang sekiranya dia tidak berusaha mencari Tuhan pun, Allah

pasti akan menurunkan ilmu dan pengetahuan kepadanya. Akan tetapi, Ibrahim as. tidak berdiam

diri, menunggu datangnya ilmu dan seterusnya. Ibrahim as. berupaya terlebih dahulu mencari

tahu, walaupun kemudian Allah menurunkan wahyu, ilmu dan informasi kepadanya.

Begitulah, bahwa ilmu memang harus dicari dan diusahakan.

Seperti yang dipesankan Allah swt. dalam surat an-Nahl [16]: 78

ُﻪَّﻠﻟﺍَﻭ ْﻦِﻣ ْﻢُﻜَﺟَﺮْﺧَﺃ ْﻢُﻜِﺗﺎَﻬَّﻣُﺃ ِﻥﻮُﻄُﺑ ﺎَﻟ َﻥﻮُﻤَﻠْﻌَﺗ ﺎًﺌْﻴَﺷ َﻞَﻌَﺟَﻭ َﻊْﻤَّﺴﻟﺍ ُﻢُﻜَﻟ َﺭﺎَﺼْﺑَﺄْﻟﺍَﻭ ْﻢُﻜَّﻠَﻌَﻟ َﺓَﺪِﺌْﻓَﺄْﻟﺍَﻭ َﻥﻭُﺮُﻜْﺸَﺗ

Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui

sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”

Kedua, imu yang didapatkan sendiri dan dengan cara mandiri apalagi melalui ekperimen,

percobaan akan lebih mantap, dan kokoh di dalam hati manusia. Ibrahim as. memperoleh ilmu

dan pengatahuan sampai ke tingkat yakin (mûqinun), karena dia mencari sendiri dan dengan

pengalaman yang dialami sendiri.

Kasus yang sama juga pernah ditunjukan oleh Ibrahim as. ketika meminta kepada Allah agar

memperlihatkan cara menghidupkan yang telah mati. Ibrahim meminta hal itu bukannya tidak

percaya akan kekuasaan Allah, namun supaya lebih mantap ilmu dan keyakinannya itu. Atas saran

Allah, Ibrahim kemudian melakukan percobaan dengan menyembelih empat ekor burung,

kemudian mencincang dagingnya di sebuah wadah lalu mengaduknya. Daging tersebut diletakkan

di setiap penjuru empat bukit. Lalu Ibrahim memanggilnya, maka semua burung kembali mencari

dagingya yang sudah hancur dan terpisah, kemudian hidup dan terbang lagi.

Begitulah percobaan Ibrahim akhirnya mendatangkan keyakinan terhadap dirinya.

Kisah tersebut diceritakan dalam surat al-Baqarah [2]: 260

ْﺫِﺇَﻭ َﻝﺎَﻗ ُﻢﻴِﻫﺍَﺮْﺑِﺇ ﻲِﻧِﺭَﺃ ِّﺏَﺭ َﻒْﻴَﻛ ﻲِﻴْﺤُﺗ َﻝﺎَﻗ ﻰَﺗْﻮَﻤْﻟﺍ ْﻢَﻟَﻭَﺃ ْﻦِﻣْﺆُﺗ ﻰَﻠَﺑ َﻝﺎَﻗ ْﻦِﻜَﻟَﻭ ﻲِﺒْﻠَﻗ َّﻦِﺌَﻤْﻄَﻴِﻟ َﻝﺎَﻗ َﻦِﻣ ًﺔَﻌَﺑْﺭَﺃ ْﺬُﺨَﻓ

ِﺮْﻴَّﻄﻟﺍ َﻚْﻴَﻟِﺇ َّﻦُﻫْﺮُﺼَﻓ ْﻞَﻌْﺟﺍ َّﻢُﺛ ٍﻞَﺒَﺟ ِّﻞُﻛ ﻰَﻠَﻋ ﺍًﺀْﺰُﺟ َّﻦُﻬْﻨِﻣ َّﻢُﺛ َّﻦُﻬُﻋْﺩﺍ ﺎًﻴْﻌَﺳ َﻚَﻨﻴِﺗْﺄَﻳ ْﻢَﻠْﻋﺍَﻭ َﻪَّﻠﻟﺍ َّﻥَﺃ ٌﺰﻳِﺰَﻋ ٌﻢﻴِﻜَﺣ

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana

Engkau menghidupkan orang mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?". Ibrahim menjawab:

"Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)". Allah berfirman:

"(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cingcanglah semuanya olehmu. (Allah

berfirman): "Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian

panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera". Dan ketahuilah bahwa Allah

Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Tiga, hendaklh dalam belajar, mencari ilmu, berfikir dan seterusnya, bahwa manusia memulainya

dari hal-hal yang kecil dan sederhana. Sebab, hal itu sangat sesuai dengan fitrah manusia dan

sunnatullah. Di mana setiap mansuai diciptakan untuk melalui tahapan demi tahapan kehidupan,

dari yang sederhana menuju kesempurnaan.

Lihatlah! Ibrahim dalam mencari Tuhan, yang pertama diperhatikannya adalah bintang yang tentu

lebih kecil, baik bentuknya yang terlihat maupun cahayanya yang memancar. Setelah bintang

selesai diperhatikannya, dan dia telah mendapatkan kesimpulan barulah Ibrahim memperhatikan

bulan yang ukurannya dan cahayanya terlihat lebih besar dari bintang. Setelah menganalisa bulan

dan mendapatkan sebuah kesimpulan, barulah Ibrahim memperhatikan matahari yang ukuran dan

cahayanya jauh lebih besar dan terang dari yang sebelumnya.

Begitulah, hendaknya manusia dalam menempuh proses belajar serta pematangan intelektual dan

spritualnya. Mulailah dari hal-hal yang kecil dan sederhana untuk kemudian beranjak menuju yang

lebih komplek dan sempurna. Bukankah manusia ketika belajar berhitung dimulai dari pengenalan

angka, kemudian penambahaan, pengurangan, lalu perkalian begitulah seterusnya. Bagaimanakah

jadinya manusia jika ketika mulai belajar berhitung yang dihadapkan kepadanya adalah perkalaian,

sementara dia belum mengenal bentuk angka itu sendiri.

Empat, hendaklah manusia selalu menuju ke arah yang lebih terang, cerdas, dewasa. Karena

Ibrahim as. beranjak dari memperhatikan bintang yang lebih kecil, redup kemudian bulan yang

lebih besar dan terang, kemudian matahari yang sangat terang dan besar. Hendaklah manusia

selalu mengarah dari gelap menuju yang lebih terang. Dari yang kecil menuju yang lebih besar,

dari kebodohan menuju kecerdasan. Bukankah Allah selalu mengungkapkan ayat-Nya, dengan

menyebut gelap sebelum terang?

lihat salah satunya surat al-Ma’idah[5]: 16

…. ْﻢُﻬُﺟِﺮْﺨُﻳَﻭ َﻦِﻣ ِﺕﺎَﻤُﻠُّﻈﻟﺍ ﻰَﻟِﺇ ِﺭﻮُّﻨﻟﺍ ِﻪِﻧْﺫِﺈِﺑ ….

Lima, dengan akal dan terus berfikir, manusia akan mampu menguasai langit dan bumi. Itulah

yang dikatakan Allah bahwa Ibrahim diperlihatakan kerajaan langit dan bumi (malakût as-samawati

wa al-Ardhi). Berfikir dan bereksperimen, akan mengantarkan manusia menyingkap tabir

kekuasaan langit dan bumi. Hal yang sebelumnya mustahil dan tidak bisa diterima oleh akal

manusia, dengan berfikir dan bereksperimen manusia kemudian akan membenarkan yang

sebelumnya dianggap tidak masuk akal. Generasi masa lalu tentu akan mengatakan seseorang gila,

jika berkata bahwa dia baru saja berbicara langsung dengan seseorang yang berada dalam jarak

antar negara atau antar benua. Namun, dengan hasil fikiran dan percobaan manusia, hal itu

sekarang menjadi masuk akal bahkan sangat akrab dengan manusia. Generasi yang lalu, tentu

akan mengtakan seseorang gila jika dikatakan kepadanya bahwa dia baru saja terbang mengarungi

jarak yang jauh dalam waktu yang sangat singkat. Akan tetapi, dengan hasil fikiran dan percobaan

manusia, saat ini hal itu adalah sesuatu yang dengan gampang diterima akal manusia. Begtiulah,

bahwa berfikir dan bereksperimen akan mengantarkan manusia menguasai langit dan bumi.

Sumber: http://ngajisesarengan.blogspot.com/2011/09/nabi-ibrahim-mencari-tuhan.html?m=1


Published with Blogger-droid v2.0.4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar