Sabtu, April 28, 2012

Nabi Senang Mendamaikan. Bukan Mengadu-Domba dan Menghindari Peperangan

Ridho Allah lebih penting daripada ridho (segelintir) manusia.

Nabi lemah lembut dgn sesama Muslim dan keras thd orang kafir.

Nabi senang mendamaikan sesama Muslim. Bukan justru mengadu-domba mereka

karena tidak akan masuk surga orang yang gemar mengadu-domba.

“Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tidak dapat masuk surga seorang yang gemar

mengadu domba.” (Muttafaq ‘alaih)

Saat Bani ‘Aus dan Khazraj nyaris perang karena adu domba Yahudi yg mengungkit2

peperangan mereka tempo dulu, Nabi mendamaikannya. Nabi berhasil

mendamaikan 2 suku yang biasa bermusuhan menjadi bersaudara di dalam Islam:

“Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman).

Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi,

niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah

telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha

Bijaksana.” [Al Anfaal 63]

Saat Abu Bakar ra marah kepada saudaranya yang menyebar fitnah bahwa anaknya

Siti ‘Aisyah berzina dan bersumpah tidak akan memberinya sedekah lagi, Nabi justru

memintanya memaafkan. Kita mungkin akan mengkafirkan orang yang telah

memfitnah Siti ‘Aisyah dengan tuduhan terkeji: Zina. Nabi pun harusnya sangat

tersinggung sebab tuduhan apalagi yang lebih keji daripada zina terhadap seorang

istri?

Namun Islam mengajarkan dakwah itu dilakukan dengan cara yang baik.

Menyadarkan ummat islam. Bukan justru mengkafirkan mereka dan mengeluarkan

mereka dari Islam:

“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di

antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan)

kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang

berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka mema’afkan dan

berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan

Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” [An Nuur 22]

Saat ini banyak orang yang gemar berdusta untuk mengadu-domba sesama

manusia. Tanpa meneliti kebenaran berita, mereka sebarkan dusta itu agar kita

membenci satu kaum. Padahal itu dosa besar:

Nabi s.a.w. bersabda: “Tahukah engkau semua, apakah kedustaan besar itu? Yaitu

Namimah atau banyak bicara adu domba antara para manusia.” (Riwayat Muslim)

Pada akhirnya Islam itu akan tergambar kepada kemuliaan akhlak:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu…” [Al Ahzab 21]

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut

terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah

mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka,

mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka

dalam urusan itu…” [Ali 'Imran 159]

Saat para sahabat disiksa di Mekkah dan Nabi juga dihina seperti dilempari tahi unta

bahkan hendak dibunuh, Nabi tidak meminta para sahabat memerangi mereka.

Karena Nabi menghindari pertumpahan darah. Nabi memilih hijrah ke Madinah dan

menghindari peperangan.

Saat diserang kaum kafir Quraisy di Madinah pun Nabi memilih bertahan membela

diri pada perang Badar, perang Uhud, dan Perang Khandaq. Saat musuh kalah dan

mundur, beliau tidak mengejar dan menghabisi mereka. Tapi membiarkan mereka

lari menyelamatkan diri.

Setelah itu, baru Nabi menaklukkan kota Mekkah dengan Futuh Mekkah. Itu pun

tidak dengan peperangan. Dan nyaris tidak ada korban jiwa. Ini karena Nabi

bukanlah orang yang kejam dan haus darah.

Abu Sofyan dedengkot orang kafir yang jadi musuh bebuyutannya beliau hormati

dan dijadikan sahabat. Hindun yang membunuh paman Nabi, Sayyidina Hamzah,

dengan keji hingga tidak berbentuk lagi serta memakan jantungnya beliau maafkan.

Padahal bisa saja beliau jadikan dia sebagai penjahat perang yang dihukum mati

karena telah bertindak kejam melampaui batas. Nabi juga memaafkan Wahsyi yang

membunuh paman beliau. Sehingga Wahsyi bisa jadi Muslim yang baik dan kelak

tombaknya membunuh satu Musuh Islam yang mengaku sebagai Nabi, yaitu

Musailamah Al Kazzab.

“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan

cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada

permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.

sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang

sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai

keuntungan yang besar.” [Fushshilat 34-35]


Saat Romawi membunuh seorang utusan Muslim pun Nabi sangat murka. Tapi Nabi

tidak menyerang dan membantai orang-orang Romawi. Beliau hanya memimpin 30

ribu tentara Muslim ke Tabuk yang ada di perbatasan antara Romawi dan Islam.

Beliau tunggu pasukan Romawi selama 20 hari di sana. Saat tentara Romawi tidak

berani muncul, beliau pun pulang kembali ke Madinah. Jadi meski Nabi amat kuat

dan ditakuti oleh para pemimpin kafir Quraisy, Yahudi, Romawi, dan Persia, namun

beliau tidak semena-mena membabi-buta membunuh mereka. Itu karena beliau

adalah Rahmatan lil ‘Alamin!

Jadi saya prihatin sekali saat ada sekelompok Muslim yang gemar menebar dusta

dan fitnah untuk menebarkan peperangan dan pembantaian di antara sesama

Muslim.

Tak jarang karena memaki dan membunuh sesama Muslim itu dosa karena kita

justru diperintahkan menjaga Ukhuwah Islamiyyah dan orang-orang yang beriman

itu bersaudara, mereka kafirkan dulu sesama Muslim. Setelah itu, baru mereka caci-

maki dan mereka bunuh. Na’udzu billah min dzaalik.

Tidak pantas juga bagi seorang Muslim untuk mudah menganggap sesat atau

mengkafirkan sesama Muslim yang masih sholat dan mengucapkan 2 kalimat

syahadah. Jika begitu, maka mereka itu lemah imannya atau mungkin justru tidak

punya iman:

Tiga perkara berasal dari iman: (1) Tidak mengkafirkan orang yang

mengucapkan “Laailaaha illallah” karena suatu dosa yang dilakukannya atau

mengeluarkannya dari Islam karena sesuatu perbuatan ; (2) Jihad akan terus

berlangsung semenjak Allah mengutusku sampai pada saat yang terakhir dari umat

ini memerangi Dajjal tidak dapat dirubah oleh kezaliman seorang zalim atau keadilan

seorang yang adil; (3) Beriman kepada takdir-takdir. (HR. Abu Dawud)

Jangan mengkafirkan orang yang shalat karena perbuatan dosanya meskipun

(pada kenyataannya) mereka melakukan dosa besar. Shalatlah di belakang tiap

imam dan berjihadlah bersama tiap penguasa. (HR. Ath-Thabrani)

Di saat Usamah, sahabat Rasulullah saw, membunuh orang yang sedang

mengucapkan, “Laa ilaaha illallaah, ” Nabi menyalahkannya dengan sabdanya,

“Engkau bunuh dia, setelah dia mengucapkan Laa ilaaha illallaah.” Usamah lalu

berkata, “Dia mengucapkan Laa ilaaha illallaah karena takut mati.” Kemudian

Rasulullah saw. bersabda, “Apakah kamu mengetahui isi hatinya?” [HR Bukhari dan

Muslim]

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan

kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan

jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi

yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan

jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk

panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak

bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” [Al Hujuraat 11]

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan),

karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan

orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara

kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah

kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah

Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” [Al Hujuraat 12]

KeIslaman seseorang bukan cuma Hablum minallah (Hubungan dengan Allah) nya

baik. Tapi Hablum Minan Naas (Hubungan dengan manusia) juga baik.

Seorang Muslim yang baik akan berkasih-sayang terhadap sesama Muslim. Tidak

memusuhinya, memakinya, apalagi memeranginya:

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan

dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama

mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan

keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas

sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka

dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas

itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di

atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya

karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan

kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang

beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan

pahala yang besar.” [Al Fath 29]

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari

agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai

mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang

yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan

Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia

Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas

(pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” [Al Maa-idah 54]


Jadi sayang sekali jika ummat Islam terus diadu-domba untuk memerangi sesama

Muslim sehingga jutaan korban berjatuhan, sementara orang-orang Yahudi dan

Nasrani di Palestina, Iraq, dan Afghanistan saat ini justru membantai jutaan ummat

Islam di sana. Mereka aman dari gangguan lisan dan juga tangan dari ummat Islam

yang seharusnya mencegah kezaliman mereka….

Coba lihat peta peperangan ummat Islam di Timur Tengah. Boleh dikata

peperangan besar ummat Islam dari tahun 1980 itu terjadi di seluruh wilayah Timur

Tengah, namun Israel justru aman dari gempuran ummat Islam. Paling-paling Israel

cuma mendapat sedikit gangguan dari Milisi Hamas di Gaza dan Hizbullah di

Lebanon. Oleh milisi kecil. Bukan oleh NEGARA Islam. Tak heran jika Israel bisa

kurang ajar membantai ummat Islam di Palestina terus-menerus.

Saat Saddam Hussein menyerang Iran yang baru saja melakukan Revolusi Islam Iran

di tahun 1980, negara-negara Arab pun mendukungnya. Perang Iran-Iraq

berlangsung hingga tahun 1988. Tidak ada hasil yang didapat kecuali korban jiwa 1

juta orang di kedua belah pihak. Baik Sunni mau pun Syi’ah, Arab mau pun Persia,

banyak yang terbunuh. Uang yang habis sia-sia US$ 1 trilyun. Bayangkan jika 1 juta

orang tersebut dikerahkan untuk menyerang Israel, tentu Israel sudah hancur!

Saat Saddam menyerang Kuwait dan Arab Saudi, ini dibalas oleh negara-negara

Arab dengan mengundang pasukan AS dan Sekutunya untuk menyerang Iraq.

Menurut perkiraan 1 juta orang lebih tewas. Namun yang dibunuh oleh tentara AS

dan Sekutunya hanya 150 ribu orang. Sebagian besar justru tewas akibat Sunni dan

Syi’ah saling bunuh! Tentara AS dan Sekutunya yang tewas kurang dari 5000 orang.

Dengan adu domba dan adanya kelompok ekstrim yang dengan enteng

mengkafirkan dan menghalalkan darah Muslim lainnya, kaum kafir seperti AS tidak

perlu capek-capek membunuh ummat Islam karena mereka saling bunuh sendiri!

Saddam Hussein terlepas dari kekurangannya berhasil mendamaikan rakyatnya

yang terdiri dari Sunni dan Syi’ah. Mungkin beliau membunuh beberapa ribu

kelompok yang ekstrim. Tapi jelas berhasil mencegah saling bunuh antar rakyatnya

yang mencapai hampir 1 juta jiwa. Sekarang Sunni dan Syi’ah mudah sekali diadu-

domba hingga saling bunuh.

Di Libya, 30 ribu Muslim terbunuh akibat perang saudara. Di Suriah saat ini 10 ribu

orang tewas akibat pemberontakan bersenjata oleh Ikhwanul Muslimin terhadap

pemerintah Suriah. Dari pihak pemerintah Suriah yang tewas sekitar 3000 orang,

sedang dari Ikhwanul Muslimin 7000 orang. Jika pemberontakan bersenjata

Ikhwanul Muslimin diteruskan, mau jatuh korban berapa banyak lagi? 50 ribu? 100

ribu? Atau lebih?

Padahal Nabi terhadap kaum kafir Quraisy yang jelas kekafirannya dan jelas

kezalimannya tidak mau memberontak yang bukan hanya menimbulkan korban di

kalangan kafir, tapi juga ummat Islam. Beliau memilih hijrah ke Madinah untuk

menyelamatkan ummatnya.

Allah sangat menghargai nyawa manusia. Allah memerintahkan kita untuk

menjaganya:

“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa:

barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu

(membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka

bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan

barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah

dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya

telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa)

keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka

sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan

dimuka bumi.” [Al Maa-idah 32]

Jadi saat ummat Islam tertindas, jika memang dengan demo damai bisa mengganti

pemerintah itu tidak masalah. Tapi jika harus mengorbankan puluhan ribu bahkan

ratusan ribu ummat Islam, alangkah baiknya hijrah ke tempat yang lebih baik

sehingga akhirnya bisa dibentuk pemerintah yang sesuai dengan Islam. Jangan sia-

siakan nyawa ummat Islam dan berbuat kerusakan.

Sebagai contoh saat ini di Mesir katanya Salafi menguasai parlemen 10% sedang

Ikhwanul Muslimin 48%. Nah mereka berdua mayoritas. Apalagi yang menghalangi

mereka untuk menjadikan Mesir sebagai negara Islam? Begitu pula dengan Libya

yang katanya pemberontak Libya itu adalah Muslim yang sejati. Akankah negara

Islam tegak di negara itu, atau cuma sekedar jadi boneka Yahudi dan Nasrani?


Sumber: http://media-islam.or.id/2012/04/24/nabi-senang-mendamaikan-bukan-mengadu-domba-dan-menghindari-peperangan/?wpmp_tp=3


Published with Blogger-droid v2.0.4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar