Dua Sebab Siksa
Di Alam Kubur Senin, 05 Maret 2012
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ:مَرَّ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ : إِنَّهُمَا
لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا
يَسْتَتِرُ مِنْ الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ
أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ
وَاحِدَةً قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ فَعَلْتَ هَذَا قَالَ لَعَلَّهُ
يُخَفِّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا
(صحيح البخاري)
“Dari Ibn Abbbas Ra berkata, Nabi SAW melewati dua kuburan dan
bersabda:
“Sungguh keduanya tersiksa, dan bukan tersiksa sebab dosa yang sangat
besar, namun salah satunya tidak menutup aurat (membuka auratnya dihadapan orang
lain) saat buang air kecil, dan yang satunya sering mengadu domba orang lain,
lalu beliau SAW mengambil sehelai daun yang masih segar, dan membelahnya menjadi
dua, dan menaruhnya masing-masing helai di masing masing kubur tersebut, maka
orang orang bertanya: Wahai Rasulullah, untuk apa engkau perbuat itu?, maka
beliau SAW bersabda: semoga diringankan untuk keduanya sebelum potongan daun ini
mengering” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا
بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ
اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا
إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا
صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ
الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ
الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ
وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ
رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha
Memiliki segenap kemuliaan dan keluhuran dan Melimpahkan kepada hamba-hambaNya.
Segenap alam semesta di langit dan bumi diciptakan dari ketiadaan, alam dunia,
alam barzakh dan alam akhirat, dan segenap alam yang telah dicipta oleh Allah
subhanahu wata’ala baik yang kita ketahui atau pun yang tidak kita ketahui. Dan
dari awal penciptaan makhluk sejak itu pula tercantum bahwa semulia-mulia
makhluk adalah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan Allah
subhanahu wata’ala telah menjadikan sang nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
sebagai gerbang kasih sayang bagi segenap anugerah dan rahmat Allah subhanahu
wata’ala, yang mana dengan kebangkitan sang nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
hal itu menjadikan rahmat Allah berlimpah dan terbuka untuk kita semua, dan
segenap anugerah Allah yang berupa kenikmatan di dunia dan di akhirat adalah
bagian dari rahmat Allah subhanahu wata’ala, dan rahmat Allah subhanahu wata’ala
itu telah sampai kepada kita, yaitu sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam dari 14 abad yang silam. Yang mana cahaya risalah kenabian berlanjut
dari periode ke periode, dari generasi ke generasi, hingga telah lewat 14 abad
yang silam akan tetapi sampai saat ini kita masih berada dalam cahaya risalah
yang terang benderang, cahaya sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam.
Ketahuilah bahwa kenikmatan dan segala kebahagiaan yang dicipta oleh Allah
subhanahu wata’ala terbagi menjadi dua bagian, yaitu kenikmatan di dunia dan
kenikmatan di akhirat. Dan sungguh beruntung mereka yang menjadikan kenikmatan
di dunia sebagai pembuka kenikmatan di akhirat kelak, sebaliknya merugilah
mereka yang menjadikan kenikmatan dunia sebagai alat untuk melewati kehidupan
yang membuat mereka jauh atau bahkan melupakan Allah subhanahu wata’ala karena
terlarut hanya dalam kenikmatan dunia, sehingga mereka menghadapi kehidupan
dunia yang fana dengan penuh kenikmatan, dan kehidupan akhirat yang kekal akan
dihadapi dalam kehinaan, wal’iyadzubillah (semoga Allah melindungi dan
menjauhkan kita dari hal tersebut).
Senantiasalah ingat akan firman Allah subhanahu wata’ala:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ
الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ
عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا
إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
( آل عمران : 185 )
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari
kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu
tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. ( QS. Ali Imran : 185
)
Kehidupan dunia hanyalah kehidupan fana yang penuh dengan permainan,
sandiwara dan tipuan-tipuan belak. Maka dalam kehidupan fana yang penuh dengan
permainan dan tipuan ini, Allah subhanahu wata’ala menerbitkan matahari penerang
kehidupan, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang mana telah
Allah sebutkan dalam Al qur’an sebagai “ Penyeru kepada Allah dan pelita
yang terang benderang”, sebagaimana firmanNya :
وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ
بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا
( الأحزاب : 46 )
“Dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk
jadi cahaya yang menerangi”. ( QS. Al Ahzab : 46 )
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah penyeru manusia ke jalan Allah
subhanahu wata’ala dan sebagai pelita yang terang benderang, yang menerangi
kehidupan kita dan menyejukkan sanubari kita serta mempermudah segala kesulitan
dalam kehidupan kita. Allah subhanahu wata’ala berfirman :
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ
لَهُ مَخْرَجًا
( الطلاق : 2 )
“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan ke luar.” ( QS. At Thalaq: 2 )
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ
لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا
( الطلاق : 4 )
“Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan
baginya kemudahan dalam urusannya.” ( QS. At Thaalaq : 4 )
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ
يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا
( الطلاق : 5 )
“Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menghapus
kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya.” ( QS. At
Thaalaq : 5 )
Dan bagaimana cara kita bertakwa kepada Allah subhanahu wata’ala, panutan
kita dalam hal ini adalah pimpinan kita sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, yang membawa kita kepada keluhuran dan kemudahan, membawa kita kepada
ketenangan, membawa kita kepada kesejukan dan kesejahteraan di dunia dan
akhirat, maka panutlah beliau dalam menghadapi kehidupan kita di dunia ini.
Sampailah kita pada hadits luhur, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam suatu waktu melewati dua kuburan, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam berkata bahwa kedua penghuni kuburan tersebut sedang disiksa di dalam
kuburan mereka, hal ini menunjukkan bahwa beliau mengetahui dan mendengar siksa
kubur. Dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata bahwa mereka tidaklah
disiksa sebab perbuatn dosa besar, kemudian beliau mengambil selembar daun yang
masih basah lalu membelahnya menjadi dua bagian, yang masing-masing bagian
diletakkan di atas kedua kuburan tersebut. Para sahabat yang melihat hal tesebut
lantas bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengapa beliau
melakukan hal itu, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Semoga Allah meringankan siksaan kedua orang ini sebelum daun itu
mengering”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa
mereka disiksa bukan karena perbuatan dosa yang sangat besar, karena juga
dijelaskan dalam riwayat yang lainnya di dalam Shahihul Bukhari bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan bahwa hal tersebut bukanlah
perbuatan dosa yang sangat besar, lantas beliau terdiam dan
kemudian berkata : “akan tetapi termasuk dosa besar”, maka untuk
mempermudah pemahaman dari hadits tersebut adalah bahwa perbuatan itu bukanlah
termasuk dosa yang sangat besar seperti syirik, membunuh, berzina dan yang
lainnya, namun hal tersebut termasuk dosa besar di sisi Allah subhanahu
wata’ala, dan perbuatan tersebut sering dan banyak diremehkan oleh orang.
Perbuatan dosa yang dilakukan kedua penghuni kubur itu, yang pertama adalah
tidak menutupi aurat ketika membuang air kecil, yaitu membuang air kecil di
hadapan orang lain. Mungkin anak kecil yang belum baligh masih banyak yang
membuang air kecil dihadapan orang, namun seorang anak yang sudah baligh
seharusnya tidak memperbuat hal tersebut, maka selayaknya bagi setiap orang tua
untuk mengajari anak-anaknya agar tidak membuang air kecil sembarangan hingga
terlihat auratnya oleh orang lain, dan aurat tidak boleh terlihat bukan hanya
ketika membuang air kecil saja namun dalam segala keadaan. Kemudian dosa yang
kedua adalah banyak mengadu domba orang lain (namiimah), menukil ucapan Hujjatul
Islam Al Imam An Nawawi bahwa makna “Namiimah” adalah menyampaikan
ucapan orang kepada yang lainnya kemudian memunculkan kebencian antara satu
dengan yang lainnya, sehingga mereka saling bermusuhan akibat perbuatan
tersebut. Maka tentunya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat bahwa
kedua orang penghuni kubur tersebut adalah ummat beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam yang sedang ditimpa kesulitan di dalam kubur mereka, dan beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam tidak rela hal itu terjadi atas ummatnya, akan
tetapi meskipun mereka telah berbuat dosa namun masih tetap diberi syafaat oleh
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu dengan meletakkan daun di atas kedua
kubur tersebut agar diringankan siksa kubur mereka sebelum daun itu mengering.
Maka hadits ini menjadi dalil bahwa syafaat nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi
wasallam tidak hanya ada ketika di hari kiamat saja, namun syafaat beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam juga bisa terjadi di alam barzakh (kubur) bahkan di
alam dunia, karena beliau sangat peduli terhadap ummatnya dan tidak rela jika
kesulitan menimpa mereka, dimana segala sesuatu yang membuat ummatnya sulit atau
dalam masalah, maka hal tersebut juga membuat beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam merasa sulit. Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ
أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ
رَءُوفٌ رَحِيمٌ
( التوبة : 128 )
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri,
berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan
keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang
mukmin.” ( QS. At Taubah : 128 )
Jika diantara kita tertimpa kesulitan atau musibah, maka hal itu juga akan
memberatkan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga beliau sangat
menjaga ummatnya dengan tuntunan-tuntunan mulia beliau agar terjauhkan dari
segala kesulitan baik di dunia atau di akhirat, begitu juga dengan doa-doa
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam untuk ummatnya dari zaman beliau hingga di
akhir zaman, serta dengan syafaat kubra kelak di hari kiamat. Inilah indahnya
nabi kita, yang paling peduli kepada kita, di saat semua kekasih kita melupakan
kita, orang-orang yang mencintai kita akan meninggalkan dan melupakan kita jika
mereka bukanlah termasuk orang-orang yang shalih, namun nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam tidak akan pernah melupakan ummatnya selama mereka
masih mengakui kalimat syahadat :
لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهَ
مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ الله
“ Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad utusan Allah”
Meskipun barangkali diantara mereka masih ada yang akan melewati kehidupan
yang sulit kelak di akhirat, namun kesulitan itu tidak akan abadi karena semua
kesulitan ummat ini akan berakhir dengan syafaat nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam. Kita berharap agar semua kesulitan kita di dunia dan di
akhirat termudahkan dengan syafaat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Di majelis yang mulia ini, majelis kecintaan kepada nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam karena majelis ini tidak kita buka dan tidak kita tegakkan
kecuali untuk menuntun ummat menuju cinta kepada Allah subhanahu wata’ala dan
kecintaan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, oleh sebab itu majelis
ini diberi nama dengan “Majelis Rasulillah shallallahu ‘alaihi
wasallam” , serta untuk menuntun ummat menuju kebahagiaan dan keluhuran
dengan bersatu dalam satu barisan bersama para salafusshalih, para muqarrabin,
para awliyaa’ dan para syuhadaa’ dan shalihin dan bersama pemimpin seluruh
orang-orang yang mulia, pemimpin semua manusia sejak zaman nabi Adam As,
sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dimana seluruh alam semesta
mengenal dan mencintai beliau shallallahu ‘alaihi wasallam kecuali para pendosa
dari kalangan manusia dan jin yang tidak mengenal beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam. Sebagaimana dijelaskan dalam riwayat Shahihul Bukhari dimana
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda seraya menunjuk kepada gunung
Uhud :
إِنَّ أُحُدًا جَبَلٌ يُحِبُّنَا
وَنُحِبُّهُ
“ Sesungguhnya Uhud adalah gunung yang mencintai kami, dan kami pun
mencintainya”
Gunung Uhud hanyalah tumpukan batu namun ternyata juga mencintai sayyidina
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan cintanya dijawab oleh beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam, maka terlebih lagi cinta kita kepada nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam seharusnya melebihi cinta gunung Uhud itu, dan
kepedulian kita terhadap beliau dan dakwah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
akan berganti dengan cinta beliau shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kita,
serta limpahan anugerah dari Allah subhanahu wata’ala berupa kemuliaan-kemuliaan
yang Allah berikan untuk kita dalam kehidupan dunia yang dari sana akan muncul
kemuliaan dalam kehidupan akhirat kelak, insyaallah.
Dan layak kita fahami bahwa dalam kehidupan ini, kita telah mendapatkan
anugerah besar yang berupa kalam Allah subhanahu wata’ala, yaitu Al qur’anul
Karim yang merupakan surat kasih sayang Allah yang menuntun kita untuk mencintai
dan dicintai Allah subhanahu wata’ala yang dibawa oleh sang pembawa Al qur’an
sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana Al quran itu berisi
kalimat-kalimat suci dari Allah subhanahu wata’ala yang layaknya menerangi
hari-hari dalam kehidupan kita, layaknya menerangi bibir kita, layaknya
menerangi rumah-rumah kita, dan selayaknya menerangi jiwa-jiwa kita. Namun saat
ini lihatlah bagaimana keadaan rumah-rumah kita, barangkali di sebagian rumah
telah berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan tidak terdengar suara lantunan
kalimat-kalimat Allah dibacakan, tidak ada orang yang membaca Al qur’an di
dalamnya, padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
إِنَّ اَلْبَيْتَ الَّذِيْ
يُقْرَأُ فِيْهِ اْلقَرْآنُ يَتَرَاءَى لِأَهْلِ السَّمَاءِ كَمَا تَتَرَاءَى
النُّجُوْمُ لِأَهْلِ اْلأَرْضِ
“ Sesungguhnya rumah yang didalamnya dibacakan Al quran maka akan
terlihat oleh penduduk langit (malaikat) sebagaimana terlihatnya bintang-bintang
oleh penduduk bumi”
Rumah-rumah yang didalamnya dibacakan Al qur’an tampak terang benderang oleh
penduduk langit, maka bagaimanakah keadaan rumah-rumah kita, apakah terlihat
gelap seperti gelapnya malam, ataukah terlihat berpijar seperti bintang dan
terlihat indah dari langit oleh para malaikat Allah. Maka terangilah rumah-rumah
kita dengan Al qur’an, terangilah bibir-bibir kita dengan kalimat-kalimat Allah
subhanahu wata’ala.
Alhamdulillah di majelis ini kita telah membuka Halaqaturrasul yang ditujukan
untuk mereka yang ingin membaca Al qur’an secara berkelompok, dimana membaca Al
qur’an sendiri pun hal itu adalah baik, namun jika membacanya secara berkelompok
bersama dengan orang lain maka kemuliaan yang didapati pun akan bertambah
banyak, dimana setiap orang akan menjadi pengajar, pelajar, pendengar dan
pembaca Al qur’an. Seseorang akan menjadi sebagai pelajar, karena ketika ia
membaca Al qur’an dan dalam bacaannya terdapat kesalahan maka orang lain akan
membenarkan bacaannya, maka dari pembetulan itu ia telah belajar. Dan ia disebut
sebagai pengajar ketika ia membetulkan bacaan orang lain yang salah atau kurang
tepat, serta disebut pula sebagai pendengar ketika seseorang mendengarkan orang
lain membaca sehingga pendengarannya mendapatkan cahaya dari bacaan itu, dan
disebut sebagai pembaca ketika seseorang mendapatkan bagian untuk membaca
sehingga bercahayalah bibirnya dengan bacaan tersebut, dan hal itu merupakan hal
yang sangat agung di sisi Allah subhanahu wata’ala, demikianlah tujuan dari
dibentuknya Halaqaturrasul ini sebagaimana yang diinstruksikan oleh guru mulia
kita untuk dimakmurkan di Majelis Rasulillah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa sebaik-baik manusia yang
berjalan di atas bumi adalah para pengajar Al qur’an, dimana jika ia mengatakan
kepada seorang anak kecil untuk mengucapkan بسم الله الرحمن الرحيم kemudian anak
itu mengucapkannya, maka Allah akan menentukan untuk anak itu, dan orang yang
mengajarnya serta untuk kedua orang tua anak itu pembebasan dari api neraka.
Maka terlebih lagi jika yang diajarkan adalah Al qur’an hingga khatam, seperti
pembacaan Al qur’an secara berkelompok yang didalamnya tercakup pembelajaran dan
pengajaran Al qur’an.
Barangkali hari-hari kita terlewatkan dan pendengaran dan pengucapan kita ada
pada hal-hal yang tidak diridhai Allah, bagaimana keadaan bibir kita, telinga
kita, pengucapan kita dan pendengaran kita akan hal-hal yang diridahi Allah
subhanahu wata’ala. Seberapa banyak kita mendengar atau membaca kalimat-kalimat
Allah yang begitu indah, dan seberapa banyak kita mengucapkan dan mendengarkan
kalimat-kalimat selain Al qur’an, seberapa peduli kita akan kalimat-kalimat
Allah dan seberapa peduli kita terhadap selain Al qur’an. Mungkin banyak dari
sebagian rumah-rumah kita yang jauh dari cahaya Al qur’an Al Karim, namun
sebagian dari kita telah menata waktu dalam setiap harinya, misalnya ketika
berada di rumah pada jam sekian akan acara ini dan itu di Tv maka aku harus
mendengarkannya dan yang lainnya, kesemuanya ditata dengan tertib agar tidak
terlewatkan padahal hal-hal tersebut hanyalah kefanaan yang sia-sia dan tiada
akan menuntun kepada keluhuran namun barangkali menuntun kepada kehinaan.
Akan
tetapi adakah seseorang yang peduli untuk mengatur waktunya pada jam tertentu
untuk membaca Al qur’an?, sebagaimana waktu sebelum masuk waktu subuh sangat
dianjurkan untuk membaca Al qur’an, begitu pula sebelum terbitnya matahari dan
setelah terbenamnya matahari, bahkan di waktu kapanpun dan dimana pun
disunnahkan untuk membaca Al qur’anul Karim, kecuali di tempat-tempat yang hina
seperti kamar mandi dan lainnya. Maka terangilah waktu-waktu kita dengan cahaya
Al qur’an, yang mana Al quran adalah kalam Allah subhanahu wata’ala yang dibawa
oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan ingatlah bahwa Allah subhanahu
wata’ala menciptakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sebagai
lambang cinta Allah subhanahu wata’ala, lambang kasih sayang Allah subhanahu
wata’ala terhadap hamba-hambaNya, dan dengan kasih sayang itu Allah memberikan
kenikmatan di dunia kepada semua manusia yang beriman atau pun yang tidak
beriman, dan terdapat pula kasih sayang dan kelembutan yang hanya diberikan
kepada manusia yang beriman kelak di akhirat. Allah subhanahu wata’ala berfirman
dalam hadits qudsi riwayat Shahih Al Bukhari bahwa ketika Allah subhanahu
wata’ala telah selesai membangun ‘arsy dan seluruh alam semesta, kemudian Allah
menuliskan di atas ‘arasy :
إِنَّ رَحْمَتِيْ تَغْلِبُ
غَضَبِيْ
“ Sesungguhnya rahmatKu (kasih sayang) mengalahkan
kemurkaanKu”
Oleh sebab itu layaklah jika para shalihin dan para wali Allah dan
orang-orang yang beriman sangat mencintai dan rindu kepada Allah subhanahu
wata’ala lebih dari kecintaan mereka kepada selain Allah subhanahu wata’ala.
Syaikh Ibrahim Al Khawwas Ar dalam kitab Ihyaa’ Ulumuddin sambil memegang
dadanya dan mengalir air matanya beliau berkata :
وَاشَوْقَاهْ لِمَنْ يَرَانِيْ
وَلاَ أَرَاهُ
“ Sungguh rindunya aku pada Yang melihatku (Allah) dan aku tidak
melihatNya”
Dan kerinduan orang-orang shalih seperti mereka ditumpahkan dalam munajat
yang sangat agung dan sering kita dengar, yaitu :
اَللّهُمَّ ارْزُقْنَا النَّظَرَ
إِلَى وَجْهِكَ اْلكَرِيْمِ
“ Ya Allah limpahkanlah rizeki kepada kami untuk memandang dzatMu yang
mulia”
Ketika kita telah mencintai Allah subhanahu wata’ala, maka kita haruslah
menyayangi hamba-hamba yang telah diciptaNya, diantara meraka adalah keluarga,
kerabat kita, tetangga dan teman-teman kita, dan yang lainnya. Orang yang
menyayangi segenap ummat Islam dengan menginginkan untuk tidak datang musibah
atas mereka, maka ia adalah pemilik jiwa yang sama dengan jiwa nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam, satu pemikiran dan satu niat dengan beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam, yang mana beliau senantiasa berdoa untuk ummatnya
agar terjauhkan dari segala musibah.
Semoga Allah subhanahu wata’ala menjauhkan musibah dari kita dan semua ummat
ini, serta mengabulkan segala hajat kita dan semua hajat ummat ini, Ya Rahman Ya
Rahiim permudahlah segala kesulitan dan bukalah segala pintu keluhuran,
angkatlah segala penghalang kami untuk mencapai kemuliaan, keluhuran, dan
kebahagiaan dunia dan akhirat. Wahai Yang Maha Memiliki dunia dan akhirat dan
kebahagiaannya limpahkanlah kepada kami kebahagiaan di dunia dan akhirat dan
jauhkan kami dari api neraka…
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ
الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ
اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ
اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ
اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ
شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar