Sabtu, Desember 08, 2012

Syukur Nikmat Membuka Pintu Berkah

Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam pernah menceritakan;
“Ada tiga orang dari Bani Israil menderita penyakit belang, botak, dan buta. Allah hendak
menguji mereka, maka Allah pun utus kepada mereka Malaikat.

Malaikat itu datang kepada si belang dan bertanya: Apakah yang paling kamu dambakan? Si
belang menjawab: Saya mendambakan paras yang tampan dan kulit yang bagus serta hilang
penyakit yang menjadikan orang-orang jijik kepadaku. Malaikat itu pun mengusap si belang,
maka hilanglah penyakit yang menjijikkannya itu, bahkan ia diberi paras yang tampan. Malaikat itu bertanya lagi: Harta apakah yang paling kamu senangi? Si belang menjawab: Unta. Kemudian ia diberi unta yang bunting sepuluh bulan. Dan malaikat tadi berkata: Semoga Allah memberi barakah atas apa yang kamu dapatkan ini.

Kemudian Malaikat itu datang kepada si botak dan bertanya: Apakah yang paling kamu
dambakan? Si botak menjawab: Saya mendambakan rambut yang bagus dan hilangnya
penyakit yang menjadikan orang-orang jijik kepadaku ini. Malaikat itu pun mengusap si botak,
maka hilanglah penyakitnya itu, serta diberilah ia rambut yang bagus. Malaikat itu bertanya
lagi: Harta apakah yang paling kamu senangi? Si botak menjawab: Sapi. Kemudian ia diberi
sapi yang bunting. Dan malaikat tadi berkata: Semoga Allah memberi barakah atas apa yang
kamu dapatkan ini.

Kemudian Malaikat itu datang kepada si buta dan bertanya: Apakah yang paling kamu
dambakan? Si buta menjawab: Saya mendambakan agar Allah mengembalikan penglihatanku
sehingga aku dapat melihat. Malaikat itu pun mengusap si buta, dan Allah mengembalikan
penglihatannya. Malaikat itu bertanya lagi: Harta apakah yang paling kamu senangi? Si buta
menjawab: Kambing. Kemudian ia diberi kambing yang bunting.

Selang beberapa waktu kemudian, unta, sapi, dan kambing tersebut berkembang biak yang
akhirnya si belang tadi memiliki unta yang memenuhi suatu lembah, demikian juga dengan si
botak dan si buta, masing-masing memiliki sapi dan kambing yang memenuhi suatu lembah.

Kemudian Malaikat tadi datang kepada si belang dengan menyerupai orang yang berpenyakit
belang seperti keadaan si belang waktu itu, dan berkata: Saya adalah orang miskin yang
kehabisan bekal di tengah perjalanan. Sampai hari ini tidak ada yang mau memberi
pertolongan kecuali Allah kemudian engkau. Saya meminta kepadamu -dengan menyebut Dzat
Yang telah memberi engkau paras yang tampan dan kulit yang bagus serta harta kekayaan-
seekor unta untuk bekal dalam perjalanan saya. Si belang berkata: Hak-hak yang harus saya
berikan masih banyak.

Malaikat itu berkata: Kalau tidak salah saya sudah mengenalimu. Bukankah kamu dahulu
orang yang berpenyakit belang sehingga orang lain merasa jijik kepadamu? Bukankah kamu
dahulu orang yang miskin kemudian Allah memberi kekayaan kepadamu? Si belang berkata:
Harta kekayaanku ini adalah warisan dari nenek moyangku. Malaikat itu berkata: Jika kamu
berdusta, semoga Allah mengembalikanmu seperti keadaan semula.

Kemudian Malaikat itu datang kepada si botak seperti keadaan si botak waktu itu. Dan berkata
kepadanya seperti apa yang dikatakan kepada si belang. Si botak juga menjawab seperti
jawaban si belang tadi. Kemudian Malaikat tadi berkata: Jika kamu berdusta, semoga Allah ?
mengembalikanmu seperti keadaan semula.

Kemudian Malaikat tadi mendatangi si buta dengan menyerupai orang buta seperti keadaan si
buta waktu itu dan berkata: Saya adalah orang miskin yang kehabisan bekal di tengah
perjalanan. Sampai hari ini tidak ada yang mau memberi pertolongan kecuali Allah ? kemudian engkau. Saya meminta kepadamu -dengan menyebut Dzat Yang telah mengembalikan penglihatanmu- seekor kambing untuk bekal dalam perjalanan saya. Si buta berkata: Saya dahulu adalah orang yang buta kemudian Allah mengembalikan penglihatan saya. Maka ambillah apa yang kamu inginkan dan tinggalkanlah apa yang tidak kamu senangi. Demi Allah, sekarang saya tidak akan memberatkan sesuatu kepadamu yang kamu ambil karena Allah Yang Maha Mulia. Malaikat itu berkata: Peliharalah harta kekayaanmu, sebenarnya kamu itu diuji dan Allah telah ridha kepadamu dan murka kepada kedua temanmu (si belang dan si botak).” (HR. Al Bukhari dan Muslim, hadits ini juga disebutkan oleh Al Imam An Nawawi dalam Riyadhush Shalihin hadits no. 65)

Di dalam sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam yang mulia tersebut banyak terkandung faedah dan pelajaran beharga bagi kaum muslimin. Tidaklah Rasulullah menceritakan kisah kejadian umat terdahulu melainkan untuk menjadi pelajaran bagi umat yang datang setelahnya.
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang
mempunyai akal.” (Yusuf: 111 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar